Kala itu sore sedang menjelang, sebuah pesan undangan tiba dihadapan ku. Saat itu aku tak tahu harus sedih atau malah senang yang harus ku tumpahkan. Pesan yang berisi bacaan bahwa Ani menikah dengan Rivki, tapi dalam benak ku sangat terasa aneh yang muncul kenapa Andi ?
Kami bertiga berteman cukup lama Aku, Ani dan Andi, Sudah 7 tahun Ani dan Andi menjalin sebuah hubungan kisah kasih tapi yang ku aneh kan dari mereka adalah tidaj merasakan risih sedikit pun dengan kehadiran ku dan malah aku yang risih jika diantara mereka.
Suka dan duka mereka terekam dengan sangat baik di otak ku melalui kuping ini, masalah yang mereka ceritakan biasanya sangat klise di kuping ini. Seperti punya peran penting dalam hubungan mereka. Hingga hari-hari berjalan sampai pada hari kelulusan kuliah mereka aku merasa tidak ingin hilang kabar atau kekonyolan mereka yang membuat ku pusing, tapi tidak berjalan dengan mulus permintaan ku ini. Mereka terlalu sibuk dengan kegiatan mereka sendiri Ani yang terakhir ku dengar tengah melamar kerja dan Andi masih selalu kudet dengan gaya hidupnya.
2 bulan kemudian Ani datang padaku dengan sebuah telfon dengan wajah semringah namun dipaksakan, katanya dia telah bekerja sebagai teller di suatu perusahaan peminjaman uang bernominal besar, dengan hela nafas yang begitu berat seperti bersiap lari maraton Ani menanyakan kabar Andi padaku
"Lu tau kabar Andi ?"
"Engga lah ! lu yang pacaran ngapa tanya gua"
"Gua putus"
"Ahh .. Biasa nanti juga balikan lagi, udah berapa lama renggang ? kenapa emang ?"
"Gua yang salah kayanya"
"iya kenapa emang ?"
"Gak papa"
"Ohh .. dah dewasa yah gak mau cerita lagi sama gua ?"
"Ada cowo yang suka sama gua"
"Ahh biasa, terus Andi tau dan cemburu ?"
"Kayanya ini final deh"
"Lu bisa tau ini akhirnya kenapa ? Andi kan bucin banget sama lu pasti dia maafin lu kok dan itu pasti gua jamin"
"Gak tau juga soal itu gua"
"Bloon .. Cerita deh ke gua biar paham ghibahnya"
"Waktu gua jalan-jalan sama adek dan sodara gua, tiba-tiba cowo itu muncul sama pacarnya sodara gua itu"
"Lah kok bisa ? udah janjian ?"
"Engga lah, yang pasti mah kalo sodara gua udah pasti janjian sama pacarnya"
"Terus Andi bisa tau dari mana ? Elu cerita ?"
"Kalo gua cerita pasti dia gak akan semarah itu. Dia tau dari postingan sosmed sodara gua"
"Anak itu padahal anti kamera dan anti sosmed banget tapi kalo feeling bahaya banget"
"Banyak yang kita gak tau dari dia"
"Langsung ilang tuh anak ?"
"Engga sih, ribut dulu gua sama dia dan gua ungkit-ungkit dulu kesalahan dia trus dia putusin gua dan selayaknya wanita gua yaa jual mahal gitu waktu dia minta maaf dan balikan lagi biar tau rasa kalo mutusin jangan sembarangan aja"
"Oke paham gua sampe sini, trus lu gimana ?"
"Gak gimana-gimana sih"
"Yaudah nanti gua kabarin langsung kalo ada kabar dari dia"
Pembicaraan kami selesai dan berlangsung sangat panjang bukan ? Begitu lah kami dan aku paham betul dengan sikap mereka. Ani adalah tipe orang yang gengsi nya lebih besar dari kepalanya dan Andi adalah tipe orang yang gampang terpuruk dan merasa kalah jika saingan dalam percintaan.
Mencari Andi tidak mudah karna dia manusia purba yang masih hidup sampai jaman ini. Kebetulan memang berpihak padaku dan Ani, di suatu malam ketika aku tengah duduk dengan menghisap sebatang rokok Andi muncul dengan mambalas pesan sosmed ku dan tanpa basa-basi langsung ku telfon dia dan syukurnya dia merespon panggilan ku.
"Lu kemana aja ?"
"Ada kok, cuma gak keliatan aja"
"Lu balik lagi ke gaya hidup lu yang kelam ?"
"Engga lah"
"Lu sama Ani kenapa lagi ?"
"Lu tau ?"
"Tau lah .. Lu gak pernah cerita lagi ke gua kenapa ?"
"Gua cuma mikir udah harus jadi beban pikiran gua sendiri dengan masalah ini dan gak melibatkan lu lagi"
"Telek singa !!! Gak usah sok dewasa deh lu"
"Sans boss .. Gua cuma ngerasa gak pantes buat dia"
"Kumat lu mah"
"Lu bayangin deh, kalo lu seorang perempuan yang sudah berumur cukup untuk sebuah kepastian yang serius antara hubungan lu pastinya lu akan punya egois yang tinggi dengan tenggat waktu yang secepatnya bukan ? Apalagi kalo sekitaran lu udah pada nikah, sedangkan gua apa ? masih belom punya penghasilan tetap dan belom bisa jamin juga bakal bikin dia bahagia dengan tetap"
"Tapi masalah yang Ani tau kan kalo soal cowo yang lu cemburuin"
"Oh yang soal itu akhirnya cuma buat alasan untuk gua sadar ada orang yang lebih pantas buat dia dan gua akan selalu maafin Ani kok"
"Sekarang apa yang mau lu lakuin ?"
"Cari kerja"
"Tapi kabar lu gimana ?"
"Baik"
Aku hening dan terpaku memikirkan pertanyaan yang jelas sudah lumrah kukatakan padanya dan tiba-tiba telfon tertutup begitu saja, aku berusaha menelfonnya lagi namun berulang kali juga telfon tak di respon oleh Andi. Esok harinya aku langsung memberikan laporan ku pada Ani yang kebetulan kami janjian di suatu tempat makan, kuberi tahu kabar Andi serta pembicaraan singkat kami semalam dan Ani hanya membeku, senyap dan sunyi.
Hingga dimana hari saat pesan undangan itu datang padaku dan yang ada di benak ku kenapa Andi ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Celoteh Pendengar
Short StoryBagian yang tak luput dari hidup adalah mendengar, entah hasil kesimpulan nya bagaimana tapi yang jelas hindari segala kesalah pahaman. Cerita pendek yang tak faedah dari seorang pendengar mencurahkan hasil pendengaran nya dan ingatanya disini. *Ce...