Kawan Blangsak

2 1 0
                                    


Aku melihat begitu banyak derita pada orang ini, melihat dia bisa tersenyum membuatku sangat kesal dan terlebih lagi senyum dan tawanya terkesan menjadi sebuah pelarian atas beban hidupnya. Dia hanya seorang pecandu narkoba yang terbilang sangat akut dan tak bisa lepas dari kebiasaan yang dia sebut hobi.

Hari ini dia memulai hobinya dengan hasil rampokan kendaraan di pasar, entah dimana dia belajar tentang ilmu mencri itu tapi yang jelas dia sangat lihai melakukannya. Padahal dia dulu anak yang lugu dan ceria sampai suatu saat pergaulannya yang terbilang sangat bebas menjadikannya seperti ini, ketika dimana ibunya meninggal dia amat sangat terpuruk hingga dia mendatangi rumah temannya yang salah.

Kami tumbuh besar bersama hingga kini, aku yang menyaksikan dia tumbuh dewasa kian merasa ini kesalahan yang tidak bisa di ubah dan karna itu aku tetap berusaha menemaninya sampai saat ini. Umurku saat itu berusia 8 tahun begitu banyak menyasikan dia semakin tidak benar saja, aku yang diajak nya untuk tinggal bersama adalah sebuah pilihan yang tepat karna sepanjang hidup ku ada disampingnya.

Hingga suatu pagi saat aku pulang dari jalan-jalan dan melihat rumah yang ku tempati bersama nya di kerumuni banyak orang bermuka garang yang ternyata itu adalah polisi yang tengah ingin menangkapnya, aku pun duduk dengan tenang melihat rumah yang tidak luas itu di kelilingi begitu banyak orang yang sangar, suara keras hasil dari badan yang kekar menghantam pintu yang kokoh dan benar saja dugaan ku dia sedang teler di depan tv dengan muka yang bahagia.

Aku mengikuti mereka hingga kekantor polisi, ayahnya datang untuk menjemputnya, ayahnya yang seorang politikus yang terkenal. tak heran karna perbuatan nya yang sangat liar dia terpaksa diusir oleh ayahnya dari rumah beberapa tahun yang lalu. beberapa menit setelah ayahnya datang dan berbicara dengan polisi aku pun mendekat padanya dan dia berkata.

"Dari mana kau datang"

aku yang hanya diam saat di pelukan eratnya, dalam pelukan eratnya aku merasakan jantungnya berdetak begitu cepat dan keras tapi wajahnya tak menunjukan kegelisahannya. Sesak nafas karna dia peluk tidak sebanding dengan sesak hidup yang dia pikul dalam hidupnya. setelah beberapa menit kemudian seorang wanita menghampiri kami dan duduk disebelah kami yang berbincang dengan dia.

"Apakah kamu anaknya ?"

"Iya betul"

"Dasar pembuat onar, membuat malu dan susah ayahmu saja"

"Maaf anda siapa ?"

"Kamu tidak tahu siapa saya ?"

"Maaf tidak"

"Saya adalah calon istrinya yang baru dan saya ingatkan ke kamu untuk tidak menyebabkan masalah lagi pada ayahmu itu karna kami tidak mau hidup kami dirundung masalah dengan hadirnya kamu dan sebaiknya kamu lebih menjauh dengan keluarga baru kami"

"Iya baik"

Mendengar itu aku sangat geram dan marah sampai ingin mencakar mukanya yang sok cantik itu, aku makin di dekam oleh pelukanya yang tangannya semakin dingin dan berkeringat. beberapa saat kemudia ayahnya keluar dan menjabat tangan polisi dengan hangat, ayahnya mengajak dia berbicara 4 mata.

"Aku ingin kau tahu bahwa aku ingin menikah lagi bersama wanita yang ada di sampingmu tadi"

"Iya aku sudah tahu dan mendengar darinya secara langsung"

"Iya bagus kalau begitu, aku ingin kau menjauhi masalah yang menyebabkan kejadian serupa terulang"

"Aku butuh uang"

"Akan ku kirimkan lagi padamu nanti"

"Aku butuh sekarang"

"Aku tidak membawa uang cash"

Celoteh PendengarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang