Maaf. Adalah nasihat satu kata yang gampang diucapkan, tapi akan sangat sulit untuk direalisasikan. "Aku tidak tahu apakah ini berguna. Tapi aku salah, aku menyesal, dan aku minta maaf," ucapmu.
"Aku terhempas bagai tak bernyawa setelah kejadian itu. Aku tak tahu akan berbagi dengan siapa. Seminggu aku tak berselera makan. Aku butuh telinga untuk mendengar tangisku. Aku butuh bahu untuk menegakkan tulang punggungku yang rapuh. Aku bertanya-tanya, ini aib siapa? Aku, kau atau kita berdua?" Sahutku. "Aku yang salah," ucapmu lagi.
"Tadinya aku berpikir untuk menyerahkan saja sisa hidupku bersamamu. Tapi sekelilingku terlanjur mencapmu laki-laki labil, dan aku terlalu baik untukmu," mataku menatap lurus penuh dendam. "Itu kesalahan. Kau berhak mendapat laki-laki yang jauh lebih baik dariku." Ah, begitu cemennya. Tak bisakah kau katakan, "Tolong bantu aku menemukan jalan, akan kuyakinkan mereka bahwa aku layak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kolaborasi Rasa
Short StoryPernah tau pentigraf? Aku belum pernah belajar secara formal tentang pentigraf, cerpen yang hanya memiliki tiga paragraf. Namun, sekalinya pernah nyoba buat, ketagihan untuk terus mencipta pentigraf-pentigraf baru. Ini adalah beberapa ke-halu-an ak...