Takut

429 34 66
                                    

"Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang - pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah". (QS Az Dzariyat : 49).

****

Angin berhembus pelan. Meninggalkan udara dibelakangnya dapat terhirup lebih dulu oleh manusia. Dan setelahnya baru memanggil kembali agar tetap meng-ekor di belakang. Terus pergi bersama, kapanpun itu. Dan selalu saja begitu- angin meninggalkan udara. Lalu dihirup. Dan saat keluar, kembali memanggil agar kembali meng-ekor. Bagiku, mereka mungkin adalah pasangan travel yang sesungguhnya. Karena aku yakin, kalau mereka telah mengarungi dunia dengan sebenar-benarnya-mengarungi.

Waktu memang berlalu bagai angin berhembus. Dan jangan lupa pula udara yang selalu berada dibelakangnya. Mereka bergerak cepat. Melesat tak kasat mata. Maka begitulah waktu-bagiku. Melesat dengan begitu cepat. Juga, angin dan udara itu penting. Jika mereka tak ada, maka akankah ada yang masih selamat sampai saat ini? Kurasa tidak. Sama pula seperti pentingnya waktu-bagiku. Jika waktu itu tak ada, maka tak ada yang berarti dalam hidup ini.

Langkahku terhenti. Kembali me-maling-kan penglihatan kesana-kemari. Melihat dengan jelas sekali lagi. Yah... memang telah banyak yang berubah. Salah satunya mungkin adalah diriku sendiri. Sebenarnya aku tak hanya ingin menatap lingkungan sekitar ini saja. Aku sedang menunggu seseorang. Seseorang yang memang membuatku membantu menemukan arah cahaya kehidupan yang sesungguhnya. Berkat dialah... dan juga berkat-Nya lah-sang maha kuasa. Maka aku bisa menemukan sosok yang awalnya kuanggap hanyalah pikiran kesibukan belaka. Namun, rupanya memang nyata adanya. Dan aku baru menyadari setelah bertemu sosok itu.

Kulihat bundaran arloji yang mengikat pergelanganku. Sudah lebih delapan menit dari waktu yang ditentukan. Duh, Rabbi! Kemana pula orang satu ini? Lelah menunggu sambil berdiri, aku langsung mencoba mencari tempat yang pas untuk sedikit berbasa-basi. Kulihat ada sebuah cafe kecil diujung sana. Tak jauh. Hanya berjarak kurang lebih sepuluh meter dari posisi aku berdiri saat ini. Setelah mengantungi ponsel yang kupegang tadinya, aku-pun berjalan ke arah cafe tersebut. Saat sampai pun aku langsung mengambil tempat yang pas, lalu memesan beberapa menu yang tersedia. Semoga saja dia juga suka.

Aku kembali memegang ponsel. Hendak mengirim pesan dan menyampaikan bahwa aku sedang berada di sini. Dan semoga saja dia sempat membacanya.

"Hawa!."

Aku menoleh. Kulihat gadis berparas cantik. Berhijab lebih pendek dari milikku-melambaikan tangannya kearahku. Aku heran, padahalkan pesanku belum kukirim. Kenapa dia bisa tau aku ada di sini? Sambil berlari kecil dia menghampiriku dan duduk di kursi yang berada didepanku.

"Kok, kamu tau Hawa disini? Toh, pesannya juga belum Hawa kirim." Ujarku membuka topik sambil memperlihatkan ponselku padanya. Dia hanya terkekeh kecil.

"Tau, dong! Ajaib kan..." balasnya santai. Tak lama, pelayan pun datang membawa pesanan. "Aku sebenarnya juga baru sampai. Tadi udah liat kamu juga. Pas mau manggil, eh, kamu malah jalan masuk ke sini. Ya kuikuti aja. Dan ternyata kamu udah mesenin makanan juga. Aaaww... manis banget! Kamu niat banget deh, buat traktir aku. Thank's Hawa-ku."

Pembicaraan ringan pun terurai sambil menyantap hidangan yang sudah ada. Saat selesai, kami berbincang sedikit.

"Udah lama kamu nggak datang ke Batam ini, Wa. Kamu kemana aja?"

"Ah, nggak kemana-mana kok. Oh iya, Amira! Kita jalan-jalan yuk! Katamu tadi malam, bakalan ngajak Hawa jalan-jalan pakai mobil baru mu itu."

Amira tersenyum. Lalu kami pergi meninggalkan cafe setelah membayar. Amira menarik tanganku menuju arah parkiran. Setelah kupikir-pikir lagi, Amira juga banyak berubah. Berapa lama aku tidak kembali kemari?

Iringi Aku HIJRAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang