•Human Size•

4.4K 603 47
                                    

"Waktunya kamu mandi." ucap Bright.

Ia membawa Win ke kamar mandi lalu meletakkannya di bath tub. Tubuh Win sudah seukuran dengan boneka barbie saat ini.

Saat Bright mulai membuka keran air perlahan, ia mendengar suara bel berbunyi.

"Sebentar, ok?" ucap Bright.

Pria itu melangkah menuju pintu masuk dan sedikit terkejut saat melihat Nevy disana.

Nevy memeluk Bright erat yang langsung ditepis oleh pria itu.

"Kita putus, Nev." ucap Bright santai.

"Kenapa, Bright?"

"Kamu pikir aku ga liat saat kamu ciuman sama laki-laki lain?"

"Bright, maaf. Waktu itu aku mabuk. Tolong maafin aku. Kita nggak perlu putus ya?" bujuk Nevy.

"Nev, ini bukan pertama kalinya kamu pakai alasan 'mabuk'. Apalagi aku yakin banget kemarin kamu ga mabuk." ucap Bright.

"Bright, aku-"

"Lebih baik kamu pergi sekarang, Nev. Sebelum aku minta kamu pergi dengan paksa." potongan Bright sambil membalikkan tubuh Nevy ke arah pintu.

"Kita putus." ucap Bright lagi.

Sesaat setelah menutup pintu, Bright segera menuju ke kamar mandi lagi.

"B-bright.."

Bright terkejut saat melihat Win menggigil. Ia mengecek air yang merendam separuh tubuh Win. Sial! Ia lupa mengatur temperatur airnya.

Pria itu membawa Win ke kamarnya. Memakaikannya pakaian, lalu meletakkannya di ranjangnya. Ia mengecek suhu tubuh si kecil itu dengan telapak tangannya. Win demam, tubuhnya panas.

"Kamu tidur disini ya? Kasurku lebih hangat. Aku juga akan mematikan AC nya."

Win hanya dapat mengangguk lemah saat mendengar ucapan Bright.

Bright beranjak meninggalkan kamar lalu kembali dengan plester kompres yang telah ia gunting kecil. Ia menempelkan plester itu di dahi Win.

Saat terbangun Bright merasakan ada sepasang lengan yang melingkar di pinggangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat terbangun Bright merasakan ada sepasang lengan yang melingkar di pinggangnya. Ia membuka mata dan seketika terlonjak saat melihat Win sudah seukuran manusia sekarang.

Matanya tak lepas menatap bahu polos Win yang tidak tertutup selimut. Tentu saja baju yang sebelumnya ia pakai sudah tak muat lagi. Tapi pandangannya teralih saat Win mulai bergerak pelan.

"Engh... Pagi, Bright." ucap Win saat ia membuka matanya.

"Pa-pagi, Win." ucap Bright terbata.

"Kenapa, Bright?" tanya Win yang melihat Bright bertingkah aneh.

"Kamu sudah seukuran manusia sekarang." ucap Bright sembari menunjuk ke tubuh Win.

Yang lebih muda pun sedikit terkejut setelah Bright mengucapkan hal itu. Benar, tubuhnya sudah seukuran manusia sekarang.

"A-Apa Bright mencintai Win?" ucap Win tiba-tiba.

"Hah?"

"Win dapat berubah menjadi seukuran manusia jika Bright mencintai Win. Itu peraturannya." jelas Win.

Bright tersenyum sebelum mengangkat tangannya untuk mengusak rambut Win.

"Sepertinya iya, karena aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu, aku ingin melindungi mu, aku ingin terus bersamamu." ungkap Bright.

Win menatap Bright dengan senyum bahagianya lalu memeluk pria itu erat.

"Aku memberikanmu nama dan umur, seharusnya aku juga mengatur tinggi mu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku memberikanmu nama dan umur, seharusnya aku juga mengatur tinggi mu." ucap Bright saat melihat Win yang lebih tinggi beberapa senti darinya.

"Bright tidak suka Win yang seperti ini?" tanya Win.

Bright tersenyum dan menjawab, "Bukan begitu, aku hanya bercanda," agar yang lebih muda tidak salah paham.

Win kini menatap bayangan dirinya di kaca di kamar Bright. Ia mengenakan baju milik Bright saat ini. Untungnya ukuran mereka sama.

Mata Win menangkap suatu benda di rak sebelah lemari. Tangannya meraih benda itu. Koin berwarna merah muda yang tak pernah Bright gunakan.

"Kalau Bright ingin mencari pacar yang cantik dan lebih pendek, Bright masih bisa melakukannya." ucap Win sambil menyerahkan koin itu ke telapak tangan Bright.

Tak Win sangka, Bright malah melempar koin itu ke jendela kamar yang terbuka. Setelahnya, yang lebih tua menarik badan Win mendekat.

"Aku hanya perlu dirimu, Bunny." ucap Bright sambil menatap tepat ke mata yang lebih muda.

"I love you, my capsule boyfriend."

"Win loves Bright, too!"

Saat itu mereka berbagi ciuman pertama mereka. Mengungkapkan rasa cinta yang dirasakan keduanya.

 Mengungkapkan rasa cinta yang dirasakan keduanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Author's note:
Cerita intinya end sampai sini. Tapi kalo mood juga bakal update terusannya kok.

Capsule BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang