|1|

45 3 12
                                    


"Kapan terakhir kali kamu merasa tersiksa?"

"Saat aku mencoba memenjamkan mata namun degub jantung yang kian cepat dan keras tak mengizinkanku terlelap"

Dini hari, pukul 03:20

Deg

Aku terbangun lagi, baru saja aku memejamkan mataku. Setelah sejam aku bergelut dengan pikiranku.

"Keringatnya banyak lagi..." keluhku sembari mencoba menggapai obat penenang diatas nakas kecil disamping tempat tidurku.







'Ini cuma di pikiran, ini cuma di pikiran, ini cuma di pikiran'









Pagi, 07:30

Drrt...

Drrtt....
Drrrtttt....

Tuk!

Aku mematikan alarm ku yang sudah ribut sedari tadi, mengangkat tubuhku untuk duduk. Mencoba mengumpulkan nyawa nyawa yang sebelumnya berkelana.

"Una! Mandi nak!"

Suara mama sudah terdengar, dan selalu terdengar hangat.

"Iya ma!"

Aku segera mandi, siap siap untuk sekolah. Oiya, aku hidup di keluarga yang sangat harmonis dengan papa tiriku, serta kedua kakak laki laki ku.

Aku duduk di bangku kelas 11 di Hanlim Entertainment Arts Highschool. Hehe, baru pindah sih. Semenjak papa dapet pekerjaan lagi, aku pindah kota. Jadi, yaudah, iya ini hari pertamaku.

"Mah, Pah, aku makan roti nya aja ya ini udah jam segini takut telat!" Kataku sambil menyambar 2 roti bakar dengan nuttela diatas meja.

"Iya! Hati hati ya, jangan lupa helm sama pengaman lututnya!"
Kata mama

•••

Jarak dari rumahku yang sekarang ke sekolah baruku cuma berkisar sekilometer sampai satu setengah kilometer. Jadi cuma butuh 5 menit untuk kesana.

Dengan memasang earphone dikedua telingaku, dan memakai semua pengaman yang mama bilang tadi, aku pun mulai berangkat.

Aku mengayuh sepeda sembari mendengarkan Bireosso lagu milik Changmo. Lagu yang selalu nengangin hati dan naikin mood.

Ga lama aku sampe digerbang, aku senyum sama satpam, dari nama yang tertera di bajunya sih namanya Pak Minsik. Orangnya ramah.

Rasanya baru kemarin aku masih bercanda sama Pak Somad, satpam sekolah lamaku. Jadi kangen di jajanin bakpao.g

Akupun memarkirkan sepedaku, berjalan dengan penuh kekhawatiran di kepalaku,

"Bakal dapet temen ga ya?"

"Bakal nyambung ga ya sama mereka?"

"Gimana kalo nanti aku kerjaannya ke perpus doang, sendirian"

"Gimana kalo nanti mereka nganggep aku aneh?"

Semua itu mengitari lahan pikirku,

"Ga, ga, ga! Bisa kok! Senyum, pasti bisa" Tentangku dalam batin

•••

Kelas 11-2

Disini, kakiku berhenti berjalan, dan mataku hanya dapat menatap papan yang menunjukkan calon kelas ku itu. Aku menarik nafas dalam-dalam, lalu masuk.

Sesuai ekspektasiku, semuanya menatapku sambil berbisik bisik. Sungguh, aku gasuka jadi center of attention.

Mungkin pikiranku memang berfikir dan mengkhawatirkan hal-hal semacam itu. Namun, sepertinya kepribadianku terhadap lingkungan asing tidak mau berkerja sama.

Aku memang sangat berbeda jika baru bertemu orang baru, aku sudah bilang pada diriku sendiri untuk senyum tapi rasanya bibirku kaku.

Aku cuma bisa jalan dengan tatapan datar, duduk disebuah bangku kosong yang berada dibaris kedua, dengan seorang teman yang sepertinya tipe tipe yaudah aja gitu.

Aku cuma bisa memainkan jemariku sembari mendengarkan musik musik yang masih melantun ditelingaku.

Akhirnya aku menyerah dan, memutuskan untuk meletakkan kepalaku dimeja.

Sekitar 10 menit setelah itu, bel masuk berbunyi, dan wali kelas kami masuk. Sudah pasti aku akan dipanggil kedepan.

"Pagi anak anak! Sudah sarapan? Bapak mau mengenalkan kalian dengan seorang murid pindahan, mmmmm....mana mana mana nah, sini nak" kata Wali kelasku, Pak Yunho, sambil menunjukku.

Akupun berdiri dan berjalan kedepan,menatap seisi kelas yang semua matanya tertuju padaku.
Kecuali, dia, yang yaudah aja itu, yang daritadi masih bobo mengahadap jendela.

"Hai, aku Go Euna. Panggil aja Una." Kataku sesampainya di depan. Pak Yunho pun tersenyum ramah kepadaku dan berkata "Nah, kalian nanti untuk lebih lanjutnya kenalan sendiri ya, Nana kamu balik duduk disebelah Wonjae ya"

Akupun bergegas duduk ketempatku semula, masih dengan posisi yang sama lelaki bernama Wonjae itu sama sekali tak menunjukkan tanda tanda kehidupan.g

Ga lama setelah itu, Wonjae tiba-tiba mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah ku,

"Hai" sapaku sambil memindai raut wajahnya

Ia kembali meletakkan kepalanya diatas meja, dan tak mengeluarkan sepatah katapun.

next to chapter 2

Preview
Dari raut wajahnya, ia terlihat lelah. Matanya sayu, mukanya datar, dan rambutnya yang sedikit mencuat dari kupluknya, berantakan.

Entah mengapa, rasanya aku familiar. Ya, familiar.


Pinepel's note(author):
Halo!!

Kalian jangan panggil aku "thor" "author" gitu yak, panggil aja pinepel kalo ga pipel juga gapapa, tapi jangan lipel lipel.

Bonus:

Wonjae UwU⤴️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wonjae UwU⤴️

Makasi sudah baca ceritaku yang alurnya aneh ini❤️

[Levatante]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang