si cengeng.

42 9 6
                                    

16 Juli 2011





Kelas itu nampak berisik, siapa lagi si tukang pembuat onar jika bukan gadis cilik bernama Arleta dan Yuma yang menyebalkannya kini bertambah satu. Jeslin gadis Bandung dengan perawakan wajah ayu nya. Ingin menegur tapi seisi kelas takut, ketiga ah maaf hanya dua bocah itu terlalu barbar.


"Hari ini aku dikasih bakwan lagi, cuma dua. Mau gak?" Yuma mengendik tak perduli, dari tadi gadis itu hanya diam saja tak ikut berisik seperti yang dilakukan Arleta dan Jeslin yang sedang bermain kejar tangkap.

"Kamu jangan galau dong, Fadian doang mah gampang! Cowok banyak Yuma" astaga, anak-anak sekecil itu bahkan pembahasan nya sudah seperti gadis dewasa. Aneh-aneh saja.

Iya, Yuma galau karena habis berantem sama Fadian. Berantem soal jaket Yuma dan warna kelinci. Tadi saat kesekolah Yuma mengenakan jaket kuning cerah dengan hiasan telinga kelinci di kupluknya, Fadian protes. Katanya mana ada kelinci warna kuning. Mereka berdua berdebat tak mau mengalah, yang satu kekeh bahwa ada kelinci berwarna kuning dan jaketnya cantik yang satu lagi kekeh bahwa gaada kelinci kuning dan jaket Yuma b aja.

Akhirnya keduanya perang dingin sampai sekarang dan menyebabkan Yuma mengalau ria. Sedangkan oknum Fadian sedang bersenang-senang bermain gambaran di dekat meja depan. Kejamnya,

"Banyak tapi gaada yang semanis Fadian, kamu mending sana deh! Aku males ngomong sama kamu! Nyebelin!" Katanya sinis, membuat Arleta jadi menatap sebal. Dengan lancang malah menjambak rambut Yuma dengan kesal. Membuat Yuma tentu saja membalas. Pertengkaran tentu saja tak terelakan. Dua gadis itu makin membabi buta saling menyerang.


"HUAAAAAAA!" bukan, itu bukan suara Yuma maupun suara Arleta. Itu suara Jeslin yang sudah menangis di sudut kelas menekuk lututnya. Dia takkan pernah bisa terbiasa dengan kebarbaran Yuma dan Arleta.

Mendengar Jeslin menangis, Yuma dan Arleta menghentikan jambak-menjambak mereka.

"Bentar, kita baikan dulu. Si cengeng nangis lagi." Yuma dengan bodohnya mengganguki saran Arleta. Keduanya segera berjalan menuju Jeslin yang tersedu di pojokkan Kelas.

"Udah udah, kita gak berante kok lihat baikan kan?" Kata Arleta dengan senyum riang berpura-pura membenarkan rambut Yuma padahal juga diselingi sedikit tarikan membuat Yuma mendesis sebal.

Arleta masih mengelus rambut Yuma dengan sedikit  kasar berusaha meyakinkan Jeslin agar diam dan berhenti menangis. Sebal dengan perlakuan Arleta akhirnya Yuma membalas mengeplak kepala gadis kecil itu.

Arleta memelototi, tapi dibalas senyuman oleh Yuma. "Makanya jangan jahil!" Katanya sinis, kemudian berdiri tak memperdulikan Jeslin lagi. Biarkan saja gadis itu menangis. Yuma sedang tak mood titik!

"Jangan berantem lagi dong! Jeslin takut, kalian berdua nyeremin!" Itu isi hati terdalam Jeslin. Dia benar-benar takut kalo Arleta dan Yuma udah baku hantam walau ini bukan yang pertama kalinya. Tapi tetap saja rasanya menakutkan. Apalagi melihat ekpresi wajah kedua gadis kecil ini.

Jangan sampai Jeslin trauma dengan dua temannya itu.

"Kasihan Jeslin, temanan sama maung." Teman sekelas yang lain berkomentar, ketua kelas sudah memanggil wali kelas mereka takutkan Yuma dan Arleta kembali berkelahi.

Saat wali kelas datang, sang guru malah membawa seorang siswi yang berjalan malu-malu dibelakangnya.

"Ibu dengan wakil ketua kelas berantem lagi? Kali ini apa masalahnya?" Tanyanya pelan,

"ARLETA NGESELIN " "YUMA NGESELIN!"

Dari tahun ke tahun jawaban keduanya tak pernah berubah.

FalseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang