Berpisah lalu asing

35 9 1
                                    


09 Juli 2012


Yuma menatap hampa deretan nama didepannya, hanya ada namanya yang tertulis di lembar sana sebagai siswa kelas 4B. Jeslin dan Arleta ada dikelas 4A. Yuma ingin menangis saja! Dia tak punya teman selain Jeslin dan Arleta.

"Ayo masuk kekelas, ngapain didepan?"

Oh, Yuma melupakan Fadian si cowok manis yang disukai nya.

Yuma memilih duduk dikursi terdepan kelas. Sendirian karena dia tak punya teman dikelas ini. Temannya banyak berada di kelas 4A.

"Aku duduk disini yah?" Yuma mengangguk saja saat seorang gadis dengan rambut ikal itu meminta izin padanya.

Mata Yuma sudah berkaca-kaca ingin menangis, tapi perkataan Arleta yang bilang dia tak boleh cengeng tergiang dikepalanya. Bagaimana ini? Apa Arleta dan Jeslin akan menjauhinya karena mereka tak lagi sekelas?

Terlalu banyak berpikir Yuma sampai tak sadar bahwa wali kelas barunya masuk ke kelas.

Itu Bu Ratna! Wali kelas yang sama sewaktu dia kelas 2. Wah kebetulan macam apa ini.

Bu Ratna tersenyum, mengucapkan selamat karena sudah naik kelas dan bergabung dikelas 4B.

"Ada yang mau pindah kekelas sebelah?" Si rambut ikal di sampingnya dengan semangat menunjuk diri. Yuma pun tak mau kalah, dia sudah heboh berkata dia ingin pindah. Namun hanya di ikal dan seorang pria kecil yang dipilih Bu Ratna untuk pindah kekelas sebelah.

Yuma kesal sekali! Padahal dia sangat ingin pindah dan bertemu kembali dengan Jeslin dan Arleta.

"Yuma?" Yuma mengangkat wajahnya, gadis itu cemberut. Dia sekarang duduk sendirian didepan.

"Yuma akan jadi ketua kelas 4B yah, kalian setuju?" Seisi kelas mengangguk, tak memprotes sama sekali. "Fadian duduk disebelah Yuma yah. Kasihan dia duduk sendiri," dengan cepat Fadian berjalan menuju meja Yuma tersenyum menenangkan.

"Selamat yah ketua kelas!" Katanya riang, membuat Yuma sedikit tersenyum. Ingat yah hanya sedikit.

Oh yah selama setahun belakangan ada perubahan besar dalam diri Yuma. Yuma tak lagi jadi gadis yang bodoh. Prestasi akademiknya tiba-tiba meningkat. Mungkin itu salah satu alasan Bu Ratna menunjuk nya sebagai ketua kelas. Tentu saja alasan utamanya adalah Bu Ratna percaya bahwa seorang Yuma yang terkenal barbar itu pasti bisa mengatur siswa lainnya.

....



Arleta mendesah beberapa kali, menarik nafas dalam-dalam kemudian mengeluarkannya dengan kasar. Jeslin hanya duduk diam disamping gadis itu, Jeslin juga sedih. Yuma ada dikelas sebelah berpisah dengan mereka.

"KESAL!" Arleta berteriak sebal, seisi kelas jadi mengarahkan atensi mereka pada Arleta yang terlihat marah.

"Arleta mau sekelas sama Yuma!" Teriaknya marah, tak tahu marah pada siapa.

"Jeslin, Arleta mau sekelas sama Yuma!"  Jeslin tak tahu harus apa, dia pusing.

"Leta, Yuma kan dikelas sebelah nanti istirahat kita kekelas dia yah?" Tapi perkataan Jeslin sama sekali tak membuat Yuma meredakan emosinya.

"Kamu jangan berisik dong! Dikelas ini bukan cuma ada kamu tau!" Arleta memandang sinis gadis dengan kuncir kuda di depannya yang sedang memangku tangan persis seperti para pembully di film-film. Jeslin jadi takut apalagi gadis itu menatap sinis persis seperti tatapan Arleta jika tak menyukai seseorang.

"Kamu?!" Pantas saja Arleta tak asing, gadis yang sok seperti preman ini adalah gadis yang sama seperti satu tahun lalu. Yang menangis dikelasnya karena tak mau dipindahkan.

FalseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang