Akhirnya tibalah di tempat tujuan. Di sebuah desa yang bernama desa Silam. Desa ini agak ramai. Tetapi itu hanya di wilayah pusat pasar dan kantor kepala desa.
"Aku lapar", Kevin berkata dengan wajah lesu sambil memegang perutnya. Kemudian mereka mencari rumah makan yang ada di pasar. Setelah itu mengambil tempat masing-masing, dan mereka makan dengan puas, tentunya bayar masing-masing. Lalu pergi mencari tempat penginapan dan beristirahat. Mereka memutuskan untuk melanjutkannya besok. Berhubung hari ini juga sudah jam 6 sore.
Akhirnya mereka menemui tempat penginapan. Tempat ini memiliki sisa 10 kamar. Mereka berencana memakai 10 kamar tersebut. Namun datang sebuah keluarga berjumlah 3 anggota dan memakai satu kamar tersebut. Jadinya mereka memakai 9 kamar. 3 kamar untuk para perempuan dan 6 kamar untuk para laki-laki. Setelah pembagian kamar, mereka langsung mandi dan kemudian mereka semua berkumpul di halaman belakang penginapan tersebut untuk membicarakan hal apa saja yang akan mereka lakukan.
"Oke, besok kita akan mendaki jam 4 pagi agar bisa lihat matahari terbit, dan kita juga ada acara di puncak jam 6 tepat. Besok bangun jam 3 pagi untuk mempersiapkan segala yang dibutuhkan. Dari sini ke gunung jaraknya 4 km, jadi kita akan naik bus ke lokasi kaki gunung, dan dari sana kita akan mendaki ke puncak." Juan memberi pengumuman sebagai ketua.
"Gimana dengan sarapan kita?" tanya Gilang.
"Udah ada kok di puncak. Nanti kalo lapar atau haus selama mendaki, bawa aja roti dan minuman. Oh iya lupa, kita bagi-bagi tim ya, trus nanti jalannya berurutan sesuai tim. Soalnya kalau terlalu rame jadi susah daki nya." Jawab Juan dengan jelas.
Akhirnya mereka juga menentukan masing-masing tim dengan cara memilih kertas yang digulung dan sudah ditulisi nomor, lalu dari nomor tersebut menentukan dia masuk ke tim berapa.
Setelah itu mereka tidur dengan sangat terlelap karena sudah capek.
Keesokan harinya, jam 3 pagi mereka sudah bangun dan mulai bersiap-siap. Namun,
"Ah.. airnya dingin banget. Aku ga tahan"
"Kalian sajalah, aku masih capek"
"zzz...zzz..zzz.." (masih tidur)
"Aku di sini saja ya"
Begitulah. Banyak diantara mereka yang berubah pikiran dan ada yang terlalu malas.
Mereka yang ikut, langsung mandi, berpakaian, dan membawa barang. Setelah semua beres, hanya 10 orang yang ikut mendaki. 4 perempuan dan 6 laki-laki. Maka mereka jadi 2 tim. Masing-masing tim terdiri dari 3 laki-laki dan 2 perempuan.
Kelompok 1; Juan, Aurelia (Lia), Jeny, Kenzo, Johan
Kelompok 2; Ivan, Kevin, Dea, Chelsy, Theopilus (Theo)
3 orang laki-laki per tim yang membawa tenda. Yang lainnya membawa makanan, minuman, minyak angin, kapas dan betadine jika ada yang jatuh dan terluka. Mereka berdoa terlebih dahulu sebelum berangkat.
Mereka memulai perjalanan dengan berjalan kaki menuju start pendakian. Masing-masing membawa senter karena jalanan sangat gelap (karna masih jam 4). Selama perjalanan, tidak ada suara sama sekali. Sangat hening dan udaranya dingin. Makanya di perjalanan mereka bernyanyi. Dengan rasa senang dan semangat yang berkobar-kobar bernyanyi dengan sangat kuat.
Sampai 1 jam perjalanan, akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat sebentar, ada yang membawa roti, susu, minuman, makanan lainnya. Ada yang berfoto. Setelah beristirahat kurang lebih 10 menit, mereka melanjutkan perjalanan. Mereka akan melihat matahari pada jam 6 tepat.
Sudah setengah jam perjalanan sejak tadi, mulai ada hambatan.
"Duhh.. aku sesak bab nih... Bagaimana dong.."
"huueee.." (muntah)
"Duh..perut gue.. kok tiba-tiba jadi sakit gini".
Tapi mereka tetap bertahan, dan mereka lewati bersama. Jam menunujukkan pukul 5.40, mereka asik bercerita-cerita. Ada yang memasang musik dengan keras, ada yang sedang menikmati perjalanan, dan ada yang sangat serius mendaki.
Dan tiba-tiba yang dikatakan Jeny benar. Mulailah turun rintik-rintik hujan. Mereka takut kalau hujannya semakin deras dan mereka tidak bisa melanjutkan pendakian. Dipuncak tersedia tempat peristirahatan, tempat memandang, warung, tempat berfoto, dan tempat yang cocok untuk berkemah. Lebih tepatnya, dipuncak ada beberapa penduduk lokal. Mereka dengan cepat-cepat melanjutkan pendakian sebelum hujan turun mulai deras.
Salah satu tim bernama Aurelia, sudah tidak sanggup melanjutkan perjalanan lagi. "Kalian aja duluan. Ga apa-apa. Aku gak sanggup mendaki lagi." Lia menyuruh temannya untuk pergi sebelum hujan deras. Mereka semua terdiam saat ini. Mereka saling menatap dengan kebingungan. Lalu menunduk dan terlihat sudah putus asa.
Tiba-tiba Juan meletakkan barang nya dan menggendong Lia dipunggung nya.
"Ken, lu bawain barang Lia. Jo, bawain barang gue." Juan meminta bantuan kepada temannya. Juan tidak bisa meninggalkan temannya sendirian di tempat agak gelap, apalagi dia perempuan dan sedang sakit. Juan adalah pemuda yang kuat dan hatinya lembut.
Mereka melanjutkan perjalanan dengan hati-hati namun tetap mempercepat langkah. Akhirnya tiba lah mereka di puncak dengan sangat lelah. Mereka langung pergi ke tempat peristirahatan bagi pendaki seperti sebuah tempat untuk bersantai sambil memandang. dan langsung meletakkan semua barang bawaan mereka.
Juan meletakkan Lia dengan pelan-pelan. Mereka melihat wajah Lia sangat pucat...
----
-Akan berlanjut-
Jangan lupa vote dan komen. Terimakasih ❣

KAMU SEDANG MEMBACA
Young, Wild, and Free
AdventureKisah perjalanan dan petualangan sekumpulan anak muda yang tidak takut akan bahaya dan malah menantang risiko. Rasa ingin tau yang sangat tinggi melebihi pikiran orang dewasa. Keras kepala namun tetap rendah hati. Bagaimana kisah mereka? Simak cerit...