Ch 1. Fantasy Park

10 0 0
                                    

Hari itu di sebuah taman bermain langit nampak cerah dan biru seperti hari-hari sebelumnya, tak ada yang merasakan firasat akan datangnya suatu hal yang ganjil.

Di depan sebuah taman bermain yang sangat besar di tengah kota, seorang gadis berusia sekitar 10-13 tahun dengan rambut terurai dan gaun pendek berwarna biru muda nya, berjalan di gerbang depan taman itu, berdiri di tengah keramaian orang-orang yang hendak masuk ke sana. Ia menatap ke depan dengan tatapan kosong. Kedua lengannya terbungkus cairan berwarna merah; satu tangannya ia sembunyikan di belakang, tak ada yang sadar akan hal itu karena semua sibuk dengan kegembiraannya masing-masing. Bibir dari gadis itu kemudian terangkat dan menggumamkan sesuatu. Sesaat setelah ia selesai berguman, ia menjentikan jarinya dan semua aktifitas berhenti.

Orang-orang yang sedang berjalan, layangan anak-anak serta awan pun bahkan berhenti bergerak. Hanya gadis itu yang bisa leluasa bergerak. Ia tertawa dengan sangat nyaring melihat orang-orang hanya bisa berdiam diri. Ah tidak, mereka bisa bergerak namun hanya bola matanya saja. Setelah puas tertawa ia kemudian mengeluarkan sebuah pisau besar bergerigi dari balik punggungnya.

Benda yang tidak seharusnya dibawa gadis kecil? Oh tolong jangan kuno, ia mempunyai banyak barang seperti itu di rumahnya.

Ia kemudian berjalan masuk dengan santainya menuju ke dalam taman bermain itu.

Kemudian dengan langkah riang ia menghampiri lalu menarik paksa lengan seorang pria tua untuk berdiri dan ia pun naik ke atas sebuah kursi agar posisinya dapat lebih tinggi dari pria tersebut. Pisau besar yang ia bawa pun ia arahkan ke kepala si pria tua dan mulai membelah tengkorak kepalanya menjadi terbagi dua. Tentu, hanya gadis itu yang tertawa sedangkan si pria tua hanya menangis tanpa bisa berteriak atau bergerak sebelum ajalnya tiba. Kepala hingga leher pria tua itu kini terbelah menjadi dua. Kucuran darah segar memenuhi baju dari si pria tua dan gadis itu. Naas nya pria tua itu hanya bisa berdiri meski dengan keadaan kepalanya hancur berantakan.

Beberapa orang yang kebetulan ada di sekitar mereka dan melihat kearah sana hanya bisa menatap kejadian itu tanpa bisa berbuat apa-apa. Gadis itu menghela napas nya seolah lega. Ia kemudian turun dari kursinya dan berjalan riang mengitari orang-orang yang terdiam.

Gadis itu menghentikan langkahnya saat melihat seorang anak perempuan kecil yang juga terdiam sedang memegang sebuah balon ditangan kanannya dan juga menggenggam tangan ibunya ditangan kiri. Gadis itu berjongkok untuk bisa saling bertatapan dengan si anak kecil.

"Hei bocah, kau tau? Aku sangat benci balon dan juga aku sangat benci ketika ada orang yang dengan cerianya bermain dengan balon itu." Si gadis kembali memegang pisaunya dan kemudian memotong kedua lengan anak kecil itu.

Ibunya yang ada disampinya terkejut bukan main; namun apalah daya ia tak bisa melakukan apapun saat darah dari anaknya terciprat ke mana-mana. Setelah kedua lengan si anak terpisah dari tubuhnya, gadis itu terdiam karena merasa belum puas. Ia berpikir sejenak sebelum akhirnya tersenyum dan memotong kedua kaki si anak. Anak yang terdiam itu hanya terlihat menangis dari sudut matanya. Pupil mata anak itu sedikit demi sedikit naik ke atas hingga memutih seutuhnya.

"Kau sudah mati? Tidak seru!" Ucap si gadis lalu menyentuh tubuh anak kecil yang sudah terpotong2 itu hingga terjatuh ke tanah. Baik ibu itu maupun orang2 yang kebetulan melihat ke arah peristiwa mengerikan tersebut sungguh rasanya ingin melarikan diri. Baru kali ini mereka merasakan ketakutan yang teramat sangat dari seorang anak kecil.

Gadis dengan pisau itu kemudian mengerucutkan bibirnya karena merasa bosan tidak adanya perlawanan. Ia kembali berjalan, mencari 'mainan' baru yang bisa ia mainkan bersama 'kawan baru'nya. Hanya saja baru beberapa langkah, kakinya berhenti saat melihat dua sejoli sedang duduk berhadapan sembari bibir mereka yang berciuman. Tentu saja dengan orang-orang yang tidak saling menghiraukan; tak ada yang menyadari perbuatan mereka. Selain gadis itu tentunya.

Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang