Entah hari ini pagi, siang atau malam ia sendiri tak tahu, tubuhnya yang terikat pada sesuatu membuatnya tak bisa banyak bergerak. Bahkan sudah berapa lama waktu yang telah berlalu pun ia tak tahu. Semula kain yang ada pada mata dan mulutnya basah karena ia terus saja menangis dan berteriak, tapi sekarang sudah kering. Di antara pasrah atau terlalu lelah, ia tak tahu.
Kadang ada saat dimana kain pada mulutnya itu dilepaskan oleh seseorang yang memberinya makanan. Seseorang itu tidak mengeluarkan suara, hanya diam lalu menyuapinya yang kadang memberontak diberi makan atau menggunakan kesempatan itu untuk berteriak minta tolong. Mungkin seseorang yang menyuapinya itu terlampau sabar? Ia terus menyuapinya meski mungkin beberapa kali makanan yang disuapkan padanya ia muntahkan ke wajah seseorang tersebut. Jika acara 'makan' itu selesai mulutnya kembali ditutup oleh sebuah kain dan bunyi pintu ditutup menjadi bagian akhirnya.
Terkadang juga ia memikirkan hal-hal indah dalam kepalanya agar pikirannya tetap waras menghadapi yang entah kenapa bisa terjadi padanya. Selain itu, ia tidak memiliki alasan lain agar hidupnya tetap berjalan.
Kriiiiiiiet. Baam!
Siapa? Entahlah yang pasti kini ia yakin saat ini ada seseorang yang sedang bersamanya di ruangan itu. Langkah kakinya yang semula cukup pelan hingga kini terasa berat memberi arti bahwa seseorang itu kini berjalan mendekatinya dan berhenti tepat di depannya. Deru napas seseorang itu mendekatinya, sengaja didekatkan pada telinganya. Bergidik ngeri ia tanpa bisa berbuat apa-apa.
Seseorang itu kembali berjalan. Suara benda berat di beradu dengan lantai kasarpun berisik memenuhi ruangan itu.
Brak! Dipikirannya, mungkin saat ini seseorang itu tengah mengusap keringatnya karena telah membawa benda yang ia rasa berat? Kembali langkah itu terdengar. Kini ia merasakan sebuah tangan berusaha membuka ikatan pada matanya.
Buram dan samar, layaknya baru bangun dari tidur panjang. Beberapa kali ia mengerjap-ngerjapkan matanya agar terbiasa melihat hal disekitarnya itu sekarang. Setelah dirasa cukup, ia kemudian melihat ke arah seseorang yang telah membukakan penutup matanya dan betapa terkejutnya ia. Dibalik ruangan yang gelap dan hanya sedikit penerangan itu yang terpampang didepannya adalah kekasihnya sendiri. Ia menangis.
"Ah kenapa kau menangis? Apa kau kesakitan? Kau ketakutan?" Ucap seseorang itu sembari mengusap pipi kekasihnya yang kini hanya bisa menangis.
"Tak apa, aku disini." Sebuah pelukan hangat mengganti suasana dingin saat itu. Pelukan itu kemudian dilepas dengan perlahan. Berganti dengan sebuah kain yang terlepas dari mulutnya.
"Theo! Bagaimana kau bisa menyelamatkanku? Aku takut.." Ucapnya sedikit terbata karena terisak.
Pria dihadapannya yang bernama Theo itu kemudian berjongkok mengamati wajah wanitanya yang sedang terisak disebuah kursi.
"Seyla..... Apa aku kini penyelamatmu? Seperti pangeran berkuda putih?"
Tanpa pikir dua kali Seyla pun mengangguk. Theo tersenyum senang melihatnya. Ia kemudian berjalan lalu duduk di sebuah peti kayu yang cukup besar sembari melihat ke arah Seyla.
"Theo.. aku takut... Aku ingin pulang.."
Theo memiringkan kepalanya. "Pulang?"
Pria berkemeja putih itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu dan menatap heran. Keduanya sama-sama terdiam namun dengan perasaan yang berbeda.
"Aku mencintaimu, kau tahu?" Seyla kembali mengangguk. "Apa kau juga mencintaiku?"
"Tentu saja aku mencintaimu! Bahkan tanpa kau tanya pun kau sudah tau jawabannya."
Dibalik ruang gelap itu samar Seyla melihat kekasihnya menyeringai. Theo berdiri dan berjalan ke arah belakang Seyla lalu memeluknya. Jemari pria itu menelusuri dari pipi hingga leher Seyla, menatap setiap inchi tanpa terlewat dari pinggir. Tanpa diduga Theo kembali memasukkan kain ke mulut Seyla dan mengikatnya. Meskipun sulit tapi Seyla mencoba untuk meronta, sedangkan itu Theo hanya mengelus rambut kekasihnya dengan sebelah tangannya yang memegang sebuah benda berkerlip.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me?
Mystery / Thriller"I Won't to Disappear" Di dunia yang hanya mementingkan dirinya sendiri ini, aku harap akan ada satu orang yang peduli dan mencintaiku hingga akhir. Namun jikapun tak ada, maka aku akan membuat satu orang itu. Aku ingin dicintai. Aku tidak ingin men...