Hana menatap pria didepannya. Pria dengan setelan jas hitam itupun menatap hana dengan pandangan yang sulit diartikan. Cukup lama mereka saling diam.
" sejak kapan kau sakit? " tanya pria itu. Hana mendongak, berusaha untuk menatap pria itu dengan tegar." 3 bulan lalu. " cicitnya.
Nyatanya hana masih saja merasa takut berhadapan dengan pria itu. Pria yang sudah meninggalkannya ditengah jalan tempo hari. Bahkan jika johnny tidak menolongnya, mungkin sekarang ia tidak akan berada disini.
" Ara mengetahuinya? " tanya taeyong lagi. Hana menggeleng pelan dengan wajah yang menunduk. Ia sadar, seharusnya ia tidak boleh memendam masalahnya sendiri. Ia harus lebih terbuka.
" Aku akan membiayai operasimu. " Hana mendongak menatap pria itu dengan tidak percaya. Apakah ia tidak salah dengar? Bagaimana pernyataan itu muncul dari bibir taeyong?
Hana masih menatap taeyong dengan bodoh" Maaf.. "
Taeyong menarik nafas, ia tahu gadis ini masih tidak percaya dengan ucapannya setelah apa yang ia lakukan padanya. Tapi demi tuhan, kali ini taeyong benar benar tulus ingin membantu hana. Taeyong tahu hana yatim piatu, dan dia juga satu satunya teman ara. Taeyong tidak ingin membuat ara sedih mendengar kondisi temannya itu.
"Anggap saja ini tanda permintaan maafku padamu karena sudah meninggalkanmu dijalanan waktu itu. Aku benar benar menyesal. " ucap taeyong akhirnya.
Hana masih spechless, ia tidak menyangka taeyong mau meminta maaf padanya." Tapi... " hana masih ragu.
" Aku tidak membantumu dengan gratis. " potong taeyong. Hana mengernyit bingung" lalu? " tanyanya.
" aku akan membantumu dengan satu syarat. " ucapnya lagi.
" apa? " tanya hana penasaran.
Taeyong menatap hana dengan tulus" kau harus sembuh. " ucap taeyong.
Mendengarnya hana berkaca kaca. Ia tidak menyangka jika sebenarnya taeyong adalah laki laki yang sangat baik. Hana mengangguk dengan haru" saya pasti sembuh. " ucapnya.Taeyong meraih tangan hana" aku tahu kau gadis yang kuat." ucapnya.
Sementara itu, yuta yang melihat hana dan taeyong mengepalkan tangannya. Ia tidak menyangka dibelakangnya hana dan taeyong menjalin hubungan. Yuta jadi mengerti mengapa hana menolaknya. Dan apa yang dilihatnya? Taeyong memberikan sejumlah uang pada hana. Apakah hana sematrealistis itu? Yuta tidak menyangkanya.
💚💚💚
Hari demi hari yuta semakin menjauhi hana. Sikapnya berubah dingin dan ia sudah tidak pernah menyapa hana ketika mereka berpas pasan. Hana hanya diam saja, menerima semua perilaku yuta. Toh, ini juga salahnya.
Hana menuruni tangga satu persatu. Hari ini ia datang kekampus untuk mengajukan cuti menjelang operasinya. Dokter taeil bilang jika operasi ini berhasil butuh waktu berbulan bulan untuk memulihkan kondisinya.
Hana tiba tiba berhenti di pertengahan tangga. Diujung sana, tepatnya dibawah tangga ia melihat yuta yang tengah memeluk seorang gadis seksi. Hana tertegun, hatinya serasa diremas melihatnya.
Pandangan mereka bertemu. Hana menatap yuta dengan sendu, sementara yuta menatap hana dengan datar. Bahkan dengan sengaja yuta semakin mengeratkan pelukannya pada gadis itu.
Hana mencoba mengacuhkan mereka. Dengan pelan ia kembali berjalan melewati dua sejoli itu. Hana harus tampak setegar mungkin.
Yuta melepaskan pelukannya pada gadis itu lalu mengejar hana. Bukan ini yang diharapkannya. Ia ingin membuat hana merasakan apa yang ia rasakan. Namun gadis itu terlalu tegar.
Yuta mencengkeram tangan hana. Hana yang terkejut menoleh. Tatapannya begitu sendu. Ingin rasanya yuta memeluk gadis itu. "lepas.." ucap hana lirih. Namun yuta bergeming.
Ditatapnya gadis itu dengan seksama. Ia ingin percaya bahwa gadis itu tidak seperti yang dipikirkannya. "berapa banyak taeyong membayarmu?" entah mengapa kalimat itu yang keluar dari mulut yuta. Rasanya ia ingin sekali menabok mulutnya sendiri. Namun nasi sudah menjadi bubur. Ia melihat hana begitu terluka mendengarnya.
Hana menyentak tangan yuta. "apakah dipikiranmu aku semurahan itu?" tanya hana lirih.
Yuta merasa bersalah "aku.. Aku.." ia bahkan bingung akan berbicara apa.
Hana tersenyum kecut, ia tidak menyangka pikiran yuta akan seburuk itu terhadapnya. Dengan perasaan kecewa ia berbalik dan meninggalkan yuta sendiri.Hana menghapus air matanya dengan kasar. Ia menyetop taksi kemudian naik. Ia harus pergi sejauh mungkin dari yuta.
"maaf nona.. Anda ingin diantar kemana? " tanya supir taksi itu. Hana terkejut, rupanya ia belum memberi tahu tujuannya pada pria paruh baya itu.
" ah.. Maaf pak.. Tolong antarkan saya ke alamat ini. " hana menunjukan alamat pada supir itu. Supir itu mengangguk kemudian melajukan mobilnya. Sementara itu, hana memandang kosong keluar jendela. Ia benar benar lelah.
Hana mengucapkan terima kasih setelah turun dari taxi itu. Hana berbalik dan secara kebetulan ia berpas pasan dengan kun. Hana tersenyum dan menyapa kun.
"hai kun.. " sapa hana.
" hai hana.. Mau bertemu ara? " tanyanya. Hana mengangguk" apa dia dirumah? " tanya hana.
" ah.. Sayang sekali hana.. Ara dan taeyong baru saja pergi. Tapi sepertinya tidak lama kok.. Mau menunggu di dalam? " tawar kun. Hana menatap kun ragu namun akhirnya ia mengangguk.
Kun meletakkan cangkir teh itu di meja." terima kasih kun. " ucap hana. Kun mengangguk. Hening.. Suasana diantara mereka berubah menjadi canggung.
" hana.. " panggil kun.
Hana menoleh pada kun." kudengar kau akan menjalani operasi? Apa itu benar? " tanya kun.
Hana menunduk dan mengangguk pelan. Kun meraih tangan hana" aku berharap kau akan baik baik saja hana. Aku yakin kau pasti bisa melewati ini. " ucapnya.
Hana mendongak dan tersenyum" ya.. Kun aku pasti bisa. " ucap hana dengan senyumannya. Kun menatap hana lama" kuharap masih ada cela dihatimu untukku hana. " batin kun.
TBC
Finally up new chapter...
Dann...2 chapter lagi cerita ini akan ending...kuharap kalian masih memberikan cinta pada cerita abal abal ini 😉😉😉
Terima kasih 😉😉😉Love
HanLee 💚💚💚💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny [Nakamoto Yuta]
FanfictionTujuan yuta hanya satu. Melihat senyum gadis yang telah mendebarkan hatinya sejak awal pertemuan mereka. Hidup dan cinta, hana harus memilih diantara keduanya. Manakah yang menjadi tujuannya? "apapun itu asal kau tersenyum. " ~yuta Jika...seandai...