5. Kamar

56 9 3
                                    

❣️Happy Reading ❣️
Don't forget for vote before reading this part☺️

--------

Matahari pun terbenam, Ara mulai siuman. Hal itu membuat kedua orangtuanya merasa lega. Namun siapa sangka, Rhaka juga berada di kamar Ara.

Rhaka panik, ketika mendapat kabar dari mamanya Ara kalau Ara pingsan lagi sejak tadi.

Walaupun di sekolah Ara sudah siuman, tapi entah apa penyebabnya, Ara kembali pingsan. Mama Ara menemukan Ara tergeletak di dapur rumah mereka. Dengan sigap, Rhaka memberhentikan segala kegiatan ekskulnya.

"Syukurlah, lo udah sadar," ucap Rhaka lega.

"E-emang gue kenapa?" tanya Ara kebingungan.

"Lo pingsan lagi," kata Rhaka. Ara terdiam.

"Iya Ra, kamu tergeletak di lantai waktu mama masuk ke kamar kamu," jelas mama Ara.

Ara memegang kepalanya yang sedikit pusing, "oiya, tadi Ara baru dari kamar mandi, dan tiba-tiba sekeliling jadi gelap," ucap Ara.

"Sekarang masih pusing?" tanya papa Ara.

"Enggak pa."

"Ya udah kamu minum dulu air hangat ini, mama sama papa keluar dulu beli obat kamu. Rhaka tolong jagain Ara ya."

"Baik Tan," ucap Rhaka. Dan sekarang hanya ada Rhaka dan Ara.

Walaupun mereka sering berdua di ruangan itu, namun mereka tetap merasa aneh jika hal itu terjadi. Bahkan mereka sering canggung ketika situasi begitu.

"Eh Ka, bukannya lo latihan football ya? Kok Lo disini?" tanya Ara mencoba mencairkan suasana.

"Abisnya denger lo pingsan, gue cemas. Jadi gak fokus sama football," ucap Rhakadan berhasil membuat Ara tersipu malu.

"Thanks ya, lo selalu ada buat gue."

Seketika suasa menjadi dingin hingga beberapa menit.

"Ra, lo mau pindah ke kelas gue? Setidaknya kalau kita sekelas, gue bisa pantau lo. Gimana?" usul Rhaka.

Ara terdiam sesaat, "ta ... tapi ..."

"Makanya itu. Setidaknya Lo sekelassama gue masih bisa gue pantau, tapi kalau begini? Bisa terulang lagi. Lo mau?"

Ara menggeleng," ya udah gue setuju."

"Nah gitu dong. Besok gue bicarain sama guru. Dan lo selalu siap kalah guru suruh Lo pindah, Oke?" tanya Rhaka.

"Hmmm," jawab Ara singkat.

"Ya udah, lo lanjut istirahat, gue nunggu di luar aja," ucap Rhaka.

Ara tersenyum,"makasih Ka."

Rhaka pun meninggalkan kamar Ara, dan Ara melanjutkan istirahatnya. Hingga kedua orang tua Ara telah kembali, Rhakapun izin pulang tanpa sepengetahuan Ara. Karena ia tidak ingin mengganggu istirahat Ara.

Keesokan pagi, Ara diantar oleh supir menggunakan mobil, tidak dengan Rhaka.

Lima belas menit kemudian, Ara pun tiba di sekolah. Dia berusaha mengumpulkan tenaga. Karena sejak kejadian kemarin, dirinya mulai lemas.

Sebenarnya mama Ara melarang datang ke sekolah, tetapi Ara bersikeras untuk tetap sekolah.

Lorong per lorong pun telah dilewati Ara, setelah belok kira ia akan tiba di kelasnya. Namun tiba-tiba seseorang dari belakang memanggil, "Ara!"

Let Me Be HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang