Kau harus kuat

12 2 0
                                    

   Dokter itu terdiam sesaat lalu berkata,
“Kami terpaksa mengamputasi kedua kakinya karena sudah tidak bisa berfungsi lagi. Tapi jangan khawatir, dalam 2 hari ke depan pasti dia sudah sadar,” ujar dokter itu menjelaskan kondisi terkini Ha Neul. Young Soo agak syok mendengar kata 'amputasi' yang meluncur dari mulut dokter itu sama saja dengan......

“Berarti seumur hidup Ha Neul akan duduk di atas kursi roda, dokter?”

“Benar, kecuali dia mau menggunakan kaki palsu. Apapun itu, kalian harus bersyukur karena nyawanya tidak terancam. Selain itu, tak ada luka serius yang harus kita khawatirkan.”

“Syukurlah kalau begitu,” timpal Seo Yun mengelus dada.

“Hmm... Kalau begitu aku permisi dulu,” ucap sang dokter melewati Young Soo dan Seo Yun.

“Apa yang akan terjadi jika Ha Neul eonni tahu dia tidak punya kaki lagi.” gumam Seo Yun lemas.

“Dia pasti sulit menerimanya jangan katakan apa-apa pada Ha Neul saat dia sudah sadar.”

“Aku mengerti, oppa.”

   Tak berselang lama pintu ruang operasi terbuka lagi. Terlihat sebuah tempat tidur dorong dan dua orang suster yang mengikutinya. Di atas ranjang itu ada seorang gadis berwajah putih pucat, memejamkan mata rapat karena masih dalam pengaruh bius. Sebuah masker oksigen dan penyangga leher juga melekat di tubuhnya. Pemandangan itu menunjukkan jika si gadis seperti tak dapat hidup tanpa bantuan alat-alat medis itu

   Young Soo dan Seo Yun segera berdiri dari duduknya, menghampiri ranjang ingin memastikan sendri bagaimana kondisi Ha Neul. Entah kenapa pada saat itu Young Soo melempar pandang nya ke kaki Ha Neul.

   Ternyata benar. Sepasang kaki Ha Neul sudah tak ada lagi. Seo Yun pun menyadari hal tersebut dan sama kagetnya dengan Young Soo. Seo Yun menangis tertahan sembari menagkupkan tangan kiri ke mulutnya.

   Young Soo dan Seo Yun mengikuti kedua suster tadi. Mereka berempat menaiki lift yang sama walaupun sebenarnya itu dilarang karena lift tersebut khusus untuk pasien. Akhirnya mereka tiba juga diruang perawatan Ha Neul. Begitu suster-suster tersebut sudah mengatur posisi ranjang Ha Neul dengan benar, mereka lantas permisi keluar setelah sebelumnya mengingatkan Seo Yun dan Young Soo untuk tidak terlalu banyak mengajak Ha Neul bicara.

“Ha Neul....” panggil Young Soo lirih,
menggenggam erat tangan Ha Neul yang bebas selang infus. Entah sejak kapan air bening itu meluncur dari kelopak mata Young Soo. Sembari menggenggam tangan Ha Neul, tangannya yang lain membelai pipi Ha Neul. “Hatiku sesak melihat ketidakberdayaan tubuhmu ini. Bangun....  karena aku ingin menjelaskan semuanya padamu,” Young Soo terisak. Wajahnya memerah dan kedua bahunya berguncang hebat.

“Oppa....,”
Seo Yun sungguh tidak tega melihat keterpurukan Young Soo. Suami mana yang tahan jika istrinya terbaring diam di atas ranjang dengan mata terjatuh rapat dan tidak memberikan reaksi saat tubuhnya disentuh.

“Seharusnya aku yang mengalami semua ini. Aku tanpa sadar sudah melukai hatimu dan tidak peka terhadap perasaanmu. Aku tahu jika kau tidak suka melihatku dekat dengan Rin dan aku dengan bodohnya justru mengajaknya bertemu di belakangmu. Maafkan aku. Kau pantas memarahiku dan menghujatmu sesukamu, tapi jangan begini. Cepatlah bangun. Aku mohon....”

   Akhirnya Seo Yun memutuskan untuk meninggalkan Young Soo. Benar-benar tak sanggup dia mendengar tiap kalimat yang dikatakan Young Soo. Hatinya pun ikut sesak dengan keadaan kakak sepupunya itu.

Simple Love That I FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang