Akhirnya menit demi menit pun berlalu. Young Soo yang memang kurang istirahat selama 2 hari ini ikut tertidur dengan posisi duduk, kepalanya dia letakkan di atas ranjang dan menggunakan kedua tangan sebagai pengganti bantal. Dia bahkan sengaja menggenggam tangan Ha Neul agar wanita itu tetap bisa merasakan kehadirannya meskipun sedang terlelap. Young Soo bertekad tidak akan melepaskan wanita ini lagi.
Young Soo terjaga dari tidurnya ketika dia merasa ada yang tengah mengguncangkan tangannya. Sedikit demi sedikit kesadaran Young Soo mulai pulih. Dia mengangkat sebagian tubuhnya yang bersandar pada ranjang dan langsung kaget karena Ha Neul dengan tampang tidak percaya melihat ke arah kedua kakinya. Agaknya pria ini tahu jika sekarang dirinya sedang terlibat dalam situasi apa.
“Aku merasa kakiku seperti tidak ada,” ujar Ha Neul menatap nanar pada Young Soo. “Kakiku tidak apa-apa, kan?”
“Tentu saja. Sebaiknya kau tidur lagi karena ini masih terlalu pagi untuk bangun,” Young Soo balas menatap Ha Neul, sangat berharap dalam hati jika istrinya tersebut mau mengikuti ucapannya barusan.
“Berarti yang tadi hanya sebuah mimpi buruk.”
“Hmm. Anggaplah itu sebagai bunga tidur penghias mimpimu.”
“Ya kau benar.”
Raut wajah Ha Neul berubah menjadi tenang setelah dia mempercayai kebohongan Young Soo. Kalaupun dapat memilih, sebenarnya dia tak mau berbohong karena pasti dia harus kembali berbohong demi menutupi kebohongan berikutnya. Tapi, keadaan tadi sungguh memaksa Young Soo bertindak demikian agar Ha Neul tak menjerit histeris di pagi buta seperti ini.
Setelah insiden tersebut Young tak dapat memejamkan mata. Dia khawatir jika Ha Neul terbangun lalu menyibak selimut lantas menemukan dirinya sudah tak berkaki lagi. Wanita itu baru sadar kemarin dan dia harus bisa mengulur waktu agar Ha Neul tak menaruh curiga seperti tadi. Hanya dengan memikirkan itu saja cukup membuat Young Soo merasa stress.
“Selamat pagi Nyonya cantik,” sapa Young Soo ketika Ha Neul terbangun. “Ingin sarapan apa pagi ini?”
“Terserah kamu saja. Asalkan jangan bubur ya.”
“Baiklah. Sebelum keluar mencari sarapan, aku bersihkan wajahmu dulu ya? Supaya kelihatan lebih segar.”
Ha Neul mengangguk saja ketika Young Soo berjalan ke kamar mandi lalu kembali lagi sambil membawa selembar handuk basah di tangan. Dia mengambil tempat di sisi kanan Ha Neul kemudian membersihkan wajah halus nan lembut itu secara perlahan. Mungkin ini pengaruh dari kelembutan sikap Young Soo .
“Nah... sudah selesai. Kalau begitu, aku keluar sebentar membeli sarapan untuk kita. Jangan pergi kemana-mana selama aku tidak ada.”
Setelah meninggalkan Ha Neul selama 15 menit, Young Soo melangkah dengan tenang di koridor rumah sakit sembari menenteng dua buah plastik berisi makanan dan minuman. Ketenangan Young Soo sedikit terusik karena ada seorang suster yang tak sengaja menyenggol bahunya tapi suster tersebut pergi tanpa meminta maaf. Karena tidak ingin merusak suasana hatinya di pagi ini, Young Soo mengabaikan saja kejadian tadi dan menganggapnya tidak pernah terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple Love That I Feel
Storie d'amoreBenar kata pepatah jika dibalik semua kejadian ada sebuah Hikmah dan di balik rasa pahit kehidupan pasti ada rasa manis yang mengiringnya. Sebuah kehidupan tanpa masalah pasti akan terasa begitu biasa dan tak menggairahkan. Young Soo merasa beruntun...