Perubahan

41 7 8
                                    

Kamu mulai berubah
Tapi aku tetap tidak akan menyerah
-Amanda-

***

Amanda memandangi formulirnya, pilihan satu sudah dicentang tapi kemudian ia hapus lagi. Astronomi? Matematika? Dia sungguh tidak tahu harus memilih apa.

"Kenapa dihapus, Manda?" Ini suara Arghizas, Amanda mendongakkan kepalanya. Memberikan senyuman kecil pada cowok dihadapannya itu.

"Bingung."

"Kenapa bingung?" Alis Arghizas terangkat, sekarang jadi dia yang bingung. Amanda kan maniak matematika, jadi apalagi yang harus dipertimbangkan?

"Kepingin astronomi juga." Muka Amanda memerah, ah dia malu mengatakannya di depan Arghizas. Cowok itu pasti sedang kepedean sekarang.

"Hahaha. Mau bareng aku ya?" Arghizas ketawa, gemas memandang Amanda. Apa pacarnya ini begitu ingin selalu bersamanya? Mereka sudah sekelas, apa harus satu bimbingan olimpiade juga? Arghizas tersenyum geli membayangkan jika Amanda memang benar berpikit begitu.

"Bukan, Zas." Iya

"Masa?" Tatapannya meledek, Zas berputar, bergerak ke samping untuk ikut duduk di bangkunya dan Amanda.

"Iyaa." Jawab Amanda dengan jengah, gadis itu tidak pernah suka berdebat. Dan selalu pundung tidak karuan saat Zas mulai menggodanya, satu poin utama kenapa Zas suka sekali menjahilinya. Dia puas, raut muka Amanda akan berubah sebal tapi bikin gemas.

"Ngaku ajasih, nggak mau pisah kan sama pacar gantengnya?" Arghizas letakin kedua tangannya di wajah, memasang senyum termanisnya sambil memandang Amanda

"Narsis" Amanda mendorong wajahnya pelan, rona merah masih belum berpindah dari pipinya. Dia malu, sungguh malu dan Arghizas tambah suka saat Amanda sedang tersipu.

"Matematika aja lagi, Man." Sekarang Arghizas natap dia serius, tatapannya teduh dan itu bikin benci Amanda datang lagi.

"Kamu nggak mau bareng aku?" Tanyanya kesal bercampur selidik. Amanda menggigit bibir bawahnya, kebiasaan yang sangat Zas tidak suka. Amanda sedang gelisah, entah karena apa.

"Ya bukan gitu, itu kan bidang kamu. Impian kamu."

Bohong, bilang aja nggak mau bareng Aku.

"Lagian biasanya juga kamu nggak gini. Mana pernah sih Amanda merubah pilihan karena pengaruh orang. Amanda kan keras kepala." Zas usap lembut rambutya, tersenyum cerah seolah tidak punya salah. Amanda semakin benci, dan itu membuat dia semakin menginginkan astronomi.

"Mau coba hal baru." Menjawab sekenanya, Amanda buru-buru mencentang pilihan kelima. Dia berdiri, ingin mengumpulkan formulirnya cepat-cepat. Keputusannya sudah bulat, dia tidak ragu lagi.

Amanda itu benci astronomi, dia tidak suka melihat bintang-bintang, apalagi membahas hal-hal tidak penting seperti sebuah lubang. Tapi dia lebih benci Arghizas, lebih benci Arghizas menghabiskan banyak waktu dengan dia. Jadi sekuat tenaga dia ingin memisahkan mereka. Tidak apa-apa, kan?

***

Pertemuan itu berisi sepuluh orang, Amanda menghabiskan malam-malam berharganya untuk bisa berada disini. Abai dengan les rutinnya, tidak mengikuti kelas pianonya dan tidak terhitung berapa banyak omelan mama yang harus dia terima. Amanda tidak banyak tingkah, dia selalu menjadi penurut tidak peduli seberapa keras pun mama mendidiknya, tapi kali ini saja dia tidak ingin mengalah. Biarkan Arghizas tahu kalau dia tidak akan menyerah, belum. Setidaknya belum.

"Selamat sore semuanya, selamat datang di pembinaan olimpiade astronomi." Namanya Ibu Dini, guru awet muda itu merupakan pembina olimpiade astronomi, Amanda sudah sering bertemu. Kelas XI ini Ibu Dini pengampu mata pelajaran fisika di kelasnya.

"Kalian sebenarnya nama-nama yang saya duga akan menjadi tim astronomi. Gimana kemarin? Tesnya susah?"

Kesepuluh orang itu tertawa, 9 siswa lainnya dan Ibu Dini. Amanda hanya diam saja, kepalanya sibuk berpikir. Sudut matanya sekali-kali melirik gadis yang duduk di bangku seberangnya. Leana cantik, dan entah bagaimana disaat seperti ini dia jadi tambah menarik. Lalu ekor matanya berpindah ke sosok yang duduk di sampingnya, Zas. Cowok itu sedang ikut tertawa, menikmati percakapan basa-basi dengan Ibu Dini. Senyum Zas cerah, dan Amanda mendadak merasakan perasaan bersalah.

"Oh ya kecuali Amanda, saya nggak nyangka Amanda bakal milih Astronomi dan bukannya Matematika. Kamu kan jagonya Matematika, Manda." Seluruh perhatian tertuju pada Amanda, di tatap seperti itu Amanda jadi kikuk sendiri. Jadi dia hanya menegakkan kepala dan memberi senyum tipis ke gurunya.

"Kenapa milih astronomi Amanda?" Pertanyaan dari Bu Dini sukses mengalihkan pikiran Amanda yang semakin kemana-mana. Yang bertanya memang Bu Dini, tapi Amanda dapat melihat semua teman-temannya juga penasaran. Jelaslah, Amanda yang jago matematika. Yang pialanya tak terhitung jumlahnya, yang selalu dipanggil saat upacara. Dalam pikiran mereka tidak ada alasan untuk Amanda meninggalkan matematika.

"Mau coba hal baru, Bu." Itu jawaban yang dia berikan pada Zas, ah sekarang Amanda sudah lancar mengucap kebohongan. Sudut matanya melirik lagi. Menangkap Leaana yang dengan riangnya sedang bercanda dengan pacarnya. Amanda cemburu, dan dia tidak tahu kenapa bisa timbul perasaan begitu.

Namanya Leana, gadis manis itu juga teman sekelasnya. Mereka bertiga sekelas. Dia, Arghizas, dan Leana. Leana baik, sangat. Dia menjadi salah satu teman dekat Amanda, walaupun dekat dalam kamus Amanda berbeda dengan orang lain. Setidaknya dia pernah beberapa kali tertawa bareng Leana, pernah belajar di perustakaan bersama, dan tidak sungkan menanyakan fisika kepadanya. Tentu saja, saat Arghizas tidak ada. Pacarnya itu masternya fisika.

Tapi semenjak awal semester tiga, mulai ada yang berbeda. Arghizas sering bersama Leana, Amanda paham. Mereka satu tim, dan sering bimbingan bersama jadi tidak perlu menaruh curiga. Arghizas sering mengantar Lea kemana-mana, Amanda juga paham. Mereka sesama anggota osis dan banyak keperluan yang memang melibatakan keduanya.
Tapi Amanda mulai tidak paham, saat Zas sering menceritakannya, padahal cowok itu tidak pernah membicarakan teman-temannya, tidak juga Rangga yang sudah dari orok bersamanya. Amanda tidak paham kenapa mata Arghizas berbinar-binar saat membahas Leana, Amanda tidak paham kenapa Arghizas suka ternyum membaca pesannya Leana.

Arghizas mulai berubah, dan amanda mulai gelisah.

AmigdalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang