Kalimat Pembuka

28 3 0
                                    

Ku lihat langit, mentari mulai tenggelam membuat ia diwarnai oleh sang senja yang mulai memudar.

Aku masih disini, menunggu seseorang yang entah kemana perginya.

Entah masih mengingatku atau tidak. Namun sepertinya tidak. Hilang bagai memang ditelan sang bumi.

Malam itu, ditemani sang rembulan kau memutuskan pergi tanpa memperjelas sebab dan akibatnya.

Aku kebingungan, ingin ku kejar namun kau terlalu cepat melangkah. Ini pasti ada sebuah kesalahan, tak mungkin kau pergi begitu saja.

Janjimu kita akan lebih lama, sampai tua katamu.

Selamanya, abadi.

Tapi kau ingkar, kau tidak ingin kita lebih lama rupanya.
Buktinya kini kau meninggalkanku dengan banyak tanda tanya dikepala.

Ada apa sebenarnya? Seharusnya jika aku membuat kesalahan kau menegurku, kau jelaskan letak salahku supaya aku bisa mengintropeksi diri.

Bukannya malah pergi seenak hatimu.

Tahu kah kamu? Semenjak kejadian tak mengenakkan malam itu, hatiku hancur.

Hancur, sangat hancur bahkan.
Seperti kehilangan 'aku' dalam ragaku.

Marah, kecewa, bingung, sedih.
Ah! Semuanya menyatu menjadikanku sosok yang menyedihkan.

Bodohnya, aku masih mencari keberadaanmu. Padahal sudah ku pastikan bahwa kau sama sekali tak memperdulikan keadaanku.

Apa setelah ini kita akan kembali bertemu? Atau aku akan menemukanmu dijiwa yang lain?

Apapun yang terjadi ku harap hati ini lekas pulih.

Ya, ku harap begitu.
















Halo semua! Maaf untuk cerita lama yang belum kunjung kuselesaikan, tapi pasti akan segera ku selesaikan hingga bagian terakhir.

Ini cerita baruku, cocok untuk kalian yang sedang patah hati. Semoga saja hatimu dan hatiku lekas pulih ya, juga semoga kalian suka untuk ceritaku kali ini.

Salam dariku, oceoceta.💛


U S A ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang