Dua

20 1 1
                                    

"apa sih kaaa ganggu aja" seruku, "ya abis serius amat, tuh ada si Dewa nungguin daritadi katanya dia nelfon lo tapi ga diangkat katanya" jawabnya.

"hp gue dikamar" balasku sembari menutup buku lalu pergi menemui Dewa.

Jika kalian berpikir Dewa adalah sosok dia, kalian salah. Dewa adalah sahabatku sejak kecil kami tetanggaan dan orang tua kami sudah akrab satu sama lain layaknya seorang saudara.

"Tumbenan lo kesini, kirain udah lupa sama gue" ketusku,

"jutek amat lo, kaya lagi PMS" ujarnya, "eh jalan yuk bosen gue, penat nugas mulu pengen menyegarkan mata dan pikiran" lanjutnya.

"ceilah nugas, gak ah mager gue baru balik" jawabku,

"heh gue tau ya lo itu balik dari sejam yang lalu, ayolahhh kita kan udah lama gak jalan lagian besok libur"

"mau kemana sih Dew mager tauga" 

"ah Fhir ayolah, tar gue beliin es krim matcha kesukaan lo deh" katanya masih berusaha membujukku,

"dew..." belum sempat ku lanjutkan ucapanku ia sudah lebih dulu bersuara "sama novel yang lo pengen deh gue beliin" katanya, "oke deal" jawabku langsung pergi meninggalkannya di teras.

Aku pun pergi ke kamar untuk mengganti pakaian dan sedikit berpoles. Setelah siap aku pamit pada mama, "bilang ke Dewa hati-hati bawa motornya" pesan Mama dan hanya kubalas dengan anggukan.

"Yuk!" ajakku pada Dewa, "tar gue pamit dulu sama nyokap lo" katanya, 

"gak usah, gue udah bilang tadi terus kata nyokap gue bawa motornya hati-hati" ujarku, lalu kami pergi membelah jalanan kota yang penuh polusi ini.

Dijalan kami bercanda gurau, baru kali ini setelah kejadian itu tawaku kembali lepas. Kami banyak cerita soal kehidupan selama seminggu kemarin. Sekolah kami berbeda karena itulah kami sibuk pada urusan masing-masing.

Lalu kami tiba disalah satu mall, tempat yang terkadang aku kunjungi bersama dia untuk sekedar nonton bioskop atau makan. Mendadak ingatan itu kembali hadir seolah menghancurkan tawaku yang lepas tadi.

"kenapa? Kenapa harus hadir kembali?" batinku,

Dewa memperhatikanku sedari tadi, melamun.

"Fhirr, lo kenapa? Gue salah ya ajak lo kesini?" tanyanya membuyarkan lamunanku,

"hah? Eh eng..engga kok gakpapa" 

"Fhir, gue kenal lo. Dan lo lagi kenapa-kenapa, keliatan dari muka lo. Lo keinget lagi sama dia ya?" tanyanya lagi,

"keinget dikit, udah gakpapa yuk masuk" ajakku,

"beneran?" katanya meyakinkan,

"iyaa ah udah ayo cepetan tar kemaleman" kataku sambal menarik lengannya menjauh dari parkiran.

Dewa tau soal dia, bahkan waktu malam itu Dewa marah. Sangat marah dan nekat untuk mencari dirinya tapi aku menahannya sebab percuma, dia sudah tak ingin denganku. Dewa dan kakakku selalu menghiburku semenjak kejadian itu namun tetap kesedihan dengan setia menemaniku hingga sekarang.

Kita menghampiri toko buku karena Dewa sudah berjanji untuk membelikanku novel baru. Ketika aku sedang melihat-lihat buku Dewa seperti terlihat sedang berbincang dengan seorang lelaki tampaknya sih seumuran juga dengan kami. Lalu Dewa menghampiriku disusul oleh lelaki tadi.

"udah ketemu novelnya?" ujarnya,

"udah, tapi bingung milih yang mana" jawabku sambil mempertimbangkan buku yang akan dibeli nantinya,

"ya udah ambil dua-duanya aja" 

"gak ah, inikan pake uang lo tar abis uang lo nyalahin gue"

"udah gakpapa, itung-itung nebus kesalahan gue karena seminggu gak ada waktu buat lo" katanya,

"nonono, gue ambil yang ini aja kayaknya isinya lebih menarik" jawabku,

"iya dah serah lu, eh btw kenalin ini temen gue"

"Fhira" sambil tersenyum, "Galan" katanya sambil menjabat tanganku.

Galan? Apa ini orangnya? batinku.























Halooo!

Gimana nih bagian dua ini? Apa kalian makin penasaran sama kelanjutan ceritanya? btw Galan siapa sih?

Duh yang bikin ceritanya ngebingungin deh, kemarin Dewa sekarang Galan. Besok siapa lagiiii??!

Kalau kalian penasaran terus pantengin update part selanjutnya ya, kaya kalian pantengin chat doi yang online tapi gak bales-bales:(

Salam dariku, oceoceta.💛

U S A ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang