Empat

13 3 1
                                    

Bunyi alarm membangunkanku, beberapa menit mengumpulkan nyawa aku langsung bergegas beribadah lalu mandi sesudahnya.

Ah iya hari ini Ruri mengajak aku dan Seila untuk jogging sekitaran komplek, sesungguhnya aku malas tapi karena masih mengantuk. Tapi yasudahlah hihi

Ketika keluar kamar ada kakakku yang  baru datang dari lantai bawah, ya basa basi seperti biasa. Lalu aku segera ke bawah untuk memakai sepatu dan menunggu mereka.

"Mau susu hangat Mba Fhir?" tanya Bi Nul

"hmm nanti aja deh bi, selesai jogging aja" jawabku,

"eh iya bi, mama sama papa mana?" tanyaku

"sepertinya masih dikamar Mba" aku pun hanya mengangguk-angguk dan Bi Nul melanjutkan pekerjaannya.

Tak lama bel rumah berbunyi, mungkin mereka sudah datang. Aku pun langsung membuka pintu dan benar dua wanita ini sudah berada dihadapanku saat ini.

"yuk!" semangat Ruri, aku hanya mengangguk.

Kututup pintu lalu berjalan santai terlebih dahulu sebelum mulai berlari. Sembari berbincang hal-hal kecil, ah sudah lama sekali kami tidak menyehatkan tubuh bersama. Biasanya hanya wacana yang berujung duduk santai menonton film.

"eh Fhir, tumben si Dewa gak ada nongol depan pintu" ujar Seila,

"iya ya Sei biasanya udah teriak 'jogging neng' gitu" tambah Ruri

Iya juga biasanya pagi-pagi begini Dewa sudah berada diteras rumahnya entah membantu menyiram bunga - bunga kesayangan bunda atau sekedar minum kopi hangat. Kemana dia? Dari kemarin hilang dan tak ada kabar, aku menjadi cemas. Apa ada sesuatu yang terjadi pada dirinya? Semoga dia baik-baik saja.

"ih si Fhira malah bengong" seru Ruri

"e..eeh.. gak tau juga dia kemana, tidur kali" jawabku

Kami mulai jogging, hanya mengitari komplek dan berhenti di taman yang cukup besar. Kami memilih untuk membeli semangkuk bubur untuk sarapan untung saja tidak terlalu ramai. Sambil sarapan kami membahas banyak hal, dari tingkah konyol Ruri dan akan melanjutkan sekolah kemana nantinya.

"gue sih pengen Jogja, kalau kalian?" tanyaku

"kayaknya sih gue stay disini ya semoga aja dapet snm" jawab Seila

"gue... antara disini sama ibu kota gais tapi kemungkinan disini sih" kata Ruri

"eh iya Sei, kemaren waktu gue lagi di toko buku ketemu temennya Dewa namanya Galan" ucapku, tiba-tiba Seila tersedak lalu segera kami beri minum.

"Ga..Ga..lan?" aku pun mengangguk,

"tapi gue gak tau itu Galan yang dimaksud lo apa bukan" kataku sembari melahap bubur ayam,

"kita bahas di rumah lo aja deh Fhir" katanya.

Akhirnya setelah menghabiskan sarapan, kami berjalan menuju rumahku kebetulan jarak dari taman menuju rumahku tidak terlalu jauh.

"eh kalian mau susu anget gak?" tanyaku,

"boleh" jawab Ruri, "kalian duluan ke atas aja" mereka pun mengiyakan.

"Bii tolong buatin susu hangatnya 3 ya tar langsung ke atas aja"

"iya Mba"

Aku pun menyusul Seila dan Ruri dikamarku, tak sengaja papasan dengan kakakku. Dia menanyakan Dewa katanya tidak bisa dihubungi, aku hanya menjawab tidak tau sebab aku juga penasaran dengan apa yang terjadi dengan dirinya.

Dikamar...

"lo masih inget muka Galan yang ketemu sama lo kemaren?" kata Seila membuka suara,

"hmm inget-inget lupa sih, tapi kalau lo ada fotonya kemungkinan gue inget" jawabku,

Lalu Seila sibuk mencari foto Galan sedangkan aku membaca novel yang belum selesai kemarin dan Ruri sedang bermain game.

Ketika sedang asik pada kegiatan masing-masing, Seila mengejutkan kami katanya ia sudah menemukan foto Galan.

"nih, orang yang ketemu lo ini bukan?" tanyanya sembari menunjukkan fotonya bersama seorang lelaki.

Setelah ku ingat-ingat, memang benar namun bedanya Galan yang bertemuku kemarin memakai kacamata.

Sebenarnya aku pun tak tau Galan itu siapa dan ada sangkut paut apa dengan Seila namun ia sering bercerita tentang lelaki itu, aku pikir itu sahabat atau masa lalunya.

"Plis Fhir, bantuin gue ketemu sama dia gue mohon" katanya,

"emang sebenernya dia siapa lo sih Sei?" tanya Ruri,

"kalian bakal tau nanti kalau gue udah ketemu dia, plis bantuin gue"

"tapi caranya gimana? kan gue gada kontak dia Seii" ujarku,

"Fhir, lo kan ada Dewa kali aja Dewa bisa bantu" jawab Ruri,

"iya Fhir, plis gue mohooon"

Kasihan sih, namun aku pun bingung caranya bagaimana. Aku mecoba menelefon Dewa tapi tak kunjung diangkat.

"nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau..." langsung kumatikan lagi.

"gue ke rumahnya aja deh" seruku,

"ikut" ucap Seila dan Ruri bersamaan.

Rumah Dewa sepi, seperti tidak ada kehidupan. Setelah lama memencet bel rumahnya akhirnya ada yang membukakan pintu, ternyata pembantunya.

"Cari den Dewa ya non?" aku mengangguk,

"maaf non, den Dewa gak ada dirumah dari kemarin belum pulang" jawabnya,

"hah? kemana bi? terus bunda sama ayah ada?" tanyaku,

"kalau nyonya sama tuan lagi ke Surabaya pulangnya juga gak tau kapan" jelasnya,

Aku pun berterimakasih lalu kembali ke rumah. Bingung, kemana Dewa pergi? Apa Dewa ikut ke Surabaya? Telfonnya tidak aktif sedari tadi, tanpa sadar aku menangis. Seila dan Ruri menenangkanku, meyakinkanku bahwa Dewa baik-baik saja.

"gue ta..kut.."

"Dewa pasti baik-baik aja Fhir.." kata Seila,

"iya Fhir, Dewa pasti punya alesan kenapa ngilang gitu aja tapi gue yakin Dewa gak akan ninggalin lo kaya dia" tambah Ruri.

Tangisanku semakin deras ketika Ruri berbicara seperti itu, Dewa yang hilang entah kemana dan mengingat kembali ketika lelaki itu pergi pada malam itu.

"Tuhan.. apa Dewa baik-baik aja?" batinku.






















Halooo!
Semoga suka sama part ini yaaa!
Jangan lupa vote dan jika punya kritik atau saran boleh tulis dikolom komentar. Terimakasih.

Salam dariku, oceoceta.💛

U S A ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang