Peringatan pertama.
Reklame dibumbui kebohongan apik supaya yang membacanya tergoda. Dia hafal trik pedagang semacam itu.
Peringatan kedua一yang paling penting一sembarangan terayu tulisan di papan iklan bukan hal bagus.
'Menawarkan apa saja' itu seriusan?
Tapi kalau ditilik pakai kaca pembesar atau mencondongkan badan ke depan, di bawah tulisan curang tercetak juga kalimat mikro 'kecuali yang tidak ada'.
Pria bertampang datar menautkan alis.
Dan seolah diserukan abrakadabra, tubuhnya melawan bisikan hati untuk beranjak.
.
.
Toko itu sepi. Aromanya seperti campuran kayu dan cokelat hangat di udara. Mata melirik cangkir porselen yang kelihatannya baru digunakan.
Di sisi kanan, area pigura dan kaktus lucu.
Alih-alih nenek bertopi segitiga, yang muncul rupanya gadis. Dia mendekat. Tampak kasual dan memiliki beauty mark di bawah mata kanan.
Impresi santun mesti diciptakan. Maka, pemuda yang kikuk mengendurkan ketegangan pundaknya. Diajari orang tua soal bertata krama, dia menyalami empunya toko dan memastikan aroma keramahan menguar.
"Kado untuk teman yang akan mati." Ia menyebutkan maksud kehadiran. Sebelum menyambung perkataan yang kabur itu, orang di hadapan mengangguk.
Raut bersahabat si perempuan tidak berganti. Dia memutuskan untuk memandu pelanggannya ke rak tertentu di bagian dalam.
Selain dipenuhi barang aneh dan gantungan di langit-langit, gedung kecil itu ternyata mempunyai tempat memajang yang berderet dan bertingkat.
.
.
Ada sebuah sihir, yang Todoroki percaya atau tidak, eksis.
Hal itu terbukti setiap dia melewati bangunan mungil awanama di jalanan senyap. Pintunya tidak pernah terbuka, begitu pula gorden yang menutupi jendela.
Todoroki mengira, di sana tersembunyi magnet raksasa.
Kecurigaannya kian tumbuh seiring sang gadis yang tidak dikenalnya menyodorkan kalung anjing sebagai jawaban hadiah yang dicari.
Ia mengangkat sejumlah opsi, seraya menjelaskan produk dengan singkat dan lancar.
"Jadi, mau warna gelap atau cerah?"
Todoroki menahan napas. Dia lebih ingin bertanya; kau tahu dari mana?
Gadis anggun memproses, serta-merta melukis senyum. Ia mengetuk pelipis, kekehan halus lolos dari bibir tak berpoles pemerah.
"Aku mengintipmu."
Todoroki mencerna.
Dunia ... dari awal sudah gila.
Quirk sejenis itu, ya. Mengerikan. Todoroki jadi penasaran, apakah gadis itu pernah melenceng dalam menggunakan quirk-nya?
"Tenang, aku tidak keji seperti yang kaubayangkan."
Terbaca lagi. Todoroki mengelus tengkuk tak enak. Dia memandang perempuan yang netranya berkerlipan seindah potongan murni obsidian.
Mereka bercakap-cakap, membulatkan kesepakatan. Todoroki mengamati keeleganan anak rambut sang gadis yang menyentuh tulang belikat. Berayun-ayun seirama lengan mengantongi kalung anjing pilihan Todoroki.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗲𝗻𝗰𝗵𝗮𝗻𝘁𝗲𝗱
Fanfiction𖥻𝐒𝐇𝐎𝐔𝐓𝐎 ᳝ ֙⋆ ˑ ⠀⠀ ⠀⠀barangkali, 𓄵 memang aku ⠀⠀yang terpikat di sini. ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ bnha © kohei horikoshi