[3/6]

450 91 0
                                    

"Halo, Shouto."

Fuyumi, menjadi kakak yang baik, sangat mengkhawatirkan kondisi adiknya. Dia menelepon Todoroki setiap malam, menghabiskan lima menit untuk bercengkerama. Sekadar menanyakan hal repetitif.

"Bagaimana keadaanmu di sana?"

Todoroki tengah memperhatikan jalanan kosong di luar melalui jendela kamar. Dia menjawab, "Aku sehat."

Terdengar embus napas lega dari Fuyumi. Wanita tersebut mulai berbicara lagi.

"Kau sudah makan? Tak ada kedai yang menjual soba dingin, kan?"

Alis Todoroki menukik sedikit. Terpukul akan ucapan Fuyumi.

"Aku makan banyak ramen sebagai ganti soba," balasnya. Dia mengerling ke jam dinding, kemudian ke kaca jendela seperti awal.

Malam yang pekat ditambah bebunyian jangkrik dari perkebunan. Tiada yang melewati jalan aspal semenjak mentari tenggelam di horizon. Mereka mengunci diri di kediaman masing-masing.

Tipe keheningan yang janggal, tetapi Todoroki menikmatinya.

"Kak," lelaki berusia 20-an itu berbicara dengan volume rendah, "aku merasa kota ini seperti Kota Salem."

Fuyumi mengatupkan bibir. Ia memproses sekilas, lanjut memahami maksud sang adik. "Penyihir?" suaranya tidak yakin.

Todoroki tak mengkonfirmasi, melainkan segera menyambung ceritanya.

"Ada toko yang berdiri di dekat rumah. Pemiliknya menguasai quirk membaca dan mempengaruhi pikiran."

Todoroki menjabarkan pertemuannya dengan [Name]. Tentang si gadis bersifat tenang yang mengetahui masa kritis anjingnya dalam sepintas.

Itu bukan asal terka. Hasilnya akurat. Tapi bukan perihal quirk-nya yang membebani Todoroki.

Kemarin, entah melupakan peringatan kedua yang disusun sendiri, ia malah terpikat dan menyetujui ajakan minum teh pukul satu siang. Sangat ajaib gerak-gerik [Name] saat membungkuk, menarik sudut bibir membentuk kurva.

Jimatnya di mana?

Tongkat sulap imajiner memukul kening Todoroki. Si pria menggeleng-geleng, langsung merespons positif.

Saudari Todoroki Shouto di ujung menyimak saksama. Dia ber-hm, mengambil kesimpulan.

"Bila memang itu quirk-nya, berhati-hatilah. Mereka berbahaya."

Alhasil, Fuyumi cuma menyarankan itu.

Todoroki menggumam patuh. Kerincing bel dari kalung. Dia melirik Choco yang badannya membentuk lingkaran sedang terlelap di karpet.

 Dia melirik Choco yang badannya membentuk lingkaran sedang terlelap di karpet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝗲𝗻𝗰𝗵𝗮𝗻𝘁𝗲𝗱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang