[5/6]

382 86 0
                                    

Gadis berambut [H/C] mendekap kantung belanjaan sembari mundur-mundur. Dia baru kembali dari warung kecil di persimpangan ketika tiga orang asing ini menghampirinya dengan aura buruk.

[Name] tak memiliki keahlian bela diri, dia lebih suka menendang bagian vital mereka dan kabur. Sayangnya itu sulit diterapkan sekarang. Saking sepinya, [Name] mampu merasai detak jantung yang mengencang.

"Serahkan pada kami," kata lelaki bertudung, menodongkan senjata tajam pada muka [Name], "uang dan belanjaanmu."

Dua lainnya berdiri di sebelah, mengurung badan [Name] yang tenggelam di antara tinggi mereka.

"Mana bisa." Kendati takut, [Name] menolak dengan kenekatan. Uang ini andalan terakhirnya. Urusan perut fokus utama.

Menggeram, preman berpisau mengangkat tangannya dan bersiap menusuk.

Hawa dingin kuat tiba-tiba hadir. [Name] memejamkan mata, menundukkan kepala menghindari ayunan pisau yang mendadak terhenti.

Saat mengerjap, sang gadis tersadar.

Para penjahat membeku, es tebal merambat sampai pinggang. Pisau yang dipegang seketika jatuh dan menimbulkan denting.

Dia pun mendongak dan menatap Todoroki yang membawa perubahan suhu drastis.

"Todoroki-san!" netra [Name] melebar. Ia bernapas lega, merasa jauh lebih terproteksi.

"Pahlawan? Sejak kapan mereka ke sini?!" seru mereka kaget. Tentu saja, mereka bukan penduduk kota ini. Makanya, kabar Todoroki yang menjaga keamanan pun tak terdengar.

Sepintas Todoroki memandang [Name], mencemaskan luka.

Dia tidak habis pikir, mengapa seorang [Name] yang diberkahi quirk memanipulasi otak bisa terjebak.

Namun setidaknya gadis itu aman. Tinggal membawa pelaku kriminal ke kantor polisi.

"Kau tak apa?" Todoroki berbasa-basi, mendekatinya dengan langkah cepat.

[Name] menggembungkan pipi. Ia lalu mendesah pelan, menatap Todoroki yang wajahnya senantiasa tak banyak menampilkan emosi.

Mengabaikan raut pucat pasi tiga preman, [Name] berucap, "Kau terkejut sampai salah sasaran."

Todoroki bungkam, kemudian menunduk.

Dia baru sadar [Name] ikut membeku karena esnya.

Dia baru sadar [Name] ikut membeku karena esnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝗲𝗻𝗰𝗵𝗮𝗻𝘁𝗲𝗱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang