boyfriend materials: out of nowhere

343 40 0
                                    

kayaknya perlakuan a la pacar yang paling sering dilakukan jihoon adalah yang satu ini: tiba-tiba muncul di hadapanku.

enggak cuma sekedar muncul, jihoon juga selalu membawa ide aneh yang membuatku merasakan deg-deg-an karena perlakuan yang dia lakukan setelah muncul secara tiba-tiba. mulai dari yang sederhana seperti muncul di depan kelasku untuk memberikan cemilan sampai yang agak nekat seperti muncul di rumahku jam tiga pagi untuk membawaku melihat matahari terbit di pantai yang jaraknya dua jam dari kota kami.

dan setelah berpuluh-puluh alasan munculnya keluar, jihoon seolah enggak pernah kehabisan ide untuk membuatku speechless dengan kemunculan tiba-tibanya. enggak tahu sih, kalau sebenarnya semua ide itu murni tiba-tiba muncul di otak jeniusnya, tanpa dia rencanakan untuk membuatku senang.

tapi beneran, walaupun kadang bikin aku jengkel karena muncul di waktu yang kurang tepat, jihoon enggak pernah gagal buat bikin aku merasakan kupu-kupu di perut dengan kemunculan tiba-tibanya.

___________

malam ini, aku menginap di kamar kos milik vivi. teman satu jurusanku yang baik hati karena selalu mengijinkan aku buat menginap di kamar kosnya kalau harus pulang larut dan tidak ada yang menjemput. kali ini, aku harus ikut rapat kepanitiaan sebuah acara fakultas yang selesai jam delapan malam.

aku udah bilang sama kak seungcheol dan jihoon sejak seminggu yang lalu. dan jihoon setuju untuk menjemputku di kampus dan mengantarkanku pulang sampai kemarin dia tiba-tiba membatalkan janjinya dan bilang tidak bisa karena harus jadi panitia logistik di acara kampusnya, menggantikan lee jinhyuk, teman satu organisasinya yang tiba-tiba masuk rumah sakit karena thypus.

aku enggak marah ㅡdi depannya, tetapi sebenarnya ngambek sampai enggak mau balas pesannya sejak kemarin. membuatku menyesal karena kalau aku tidak ngambek, aku bisa aja pergi ke venue tempat acara kampusnya berlangsung dan menikmati acara sama pacarku yang mungkin enggak akan sibuk sampai acaranya selesai. kemudian aku diantar pulang ke rumah sementara jihoon ikut menginap lagi di rumahku.

"bodoh," umpatku pada diriku sendiri setelah menggigit kuat-kuat stik permen lolipop di mulutku.

"heh," vivi yang sedang membaca catatannya memprotes. melemparku dengan bantal yang ada di sebelahnya dan tertawa puas setelah aku menengok dan memasang wajah masam.

"ke depan, gih! ayamnya udah nyampe," katanya waktu aku hendak membela diri.

aku melotot, "aku udah traktirin, terus harus aku yang ambil ke depan juga?"

vivi mengangguk. "iya dong. emangnya kamu mau kuusir dari sini?"

aku berdecak, tetapi menurut karena takut diusir. setelah mengambil ponsel dan mengenakan sendal jepit pink milik vivi yang tergeletak di depan pintu, aku berjalan ke halaman kos-kosan putri ini untuk mencari supir ojek online yang mengantarkan pesanan ayam yang kami pesan.

tapi yang ada justru ㅡ"jihoon?!" pacarku. masih mengenakan kemeja panitia warna hijau army, masih dikalungi id card panitia logistik bernamakan lee jinhyuk, telinganya masih mengenakan in ear, dan masih tampan walaupun ini sudah lebih dari 12 jam setelah dia mengabarkanku kalau dia sudah tiba di venue. aku mau berbalik dan lari ke kamar vivi tapi ingat kalau aku sudah memanggil namanya, tapi terlalu takjub sama penampilannya yang... gila.

dia menenteng dua kantung plastik; yang satu berlabelkan merk ayam yang aku pesankan untuk menyogok vivi dan yang lainnya berlabelkan ungu, berisi dua gelas milktea kesukaanku.

jihoon akhirnya berbalik, menggaruk tengkuknya seraya menyodorkanku dua kantung plastik yang ada di tangannya. "kok tahu aku di sini?" tanyaku galak. menyembunyikan kenyataan kalau aku sebenarnya sudah leleh sejak mataku menangkap sosoknya tadi.

namun jihoon tertawa tanpa suara mendengar pertanyaanku, kemudian aku merasa pundakku dirangkul dari belakang. "dari gue," ada vivi yang tampak mengerikan dengan piyama merahnya yang ditutupi oleh hoodie abu-abukuㅡoh, punya jihoon sebenarnyaㅡ, dan flatshoes hijauku.

aku melirik vivi sinis. sedikit kesal karena sebenarnya aku sudah mengancam dia untuk tidak membocorkan kehadiranku di kamar kosnya pada jihoon dengan kue cubit. seharusnya aku tahu kalau itu tidak mempan.

"sorry, abisnya sogokan dia tidak bisa dikalahkan. jihoon pacarnya riri, makasih chatimenya, ya! semangat gawenya," ujar vivi setelah merebut kedua kantung plastik di tanganku, kemudian berbalik dan berjalan aneh kembali menuju kamarnya.

aku menatap sinis jihoon di hadapanku. "mau apa kesini?" tanyaku galak tapi jihoon sama sekali tidak terlihat takut. malah merentangkan kedua tangannya ke samping, meminta pelukan dariku ㅡyang mana bisa aku tolak.

aku segera masuk ke dalam pelukannya. "jangan ngambek lagi, ya," ujarnya singkat setelah memelukku erat.

aku melepaskan pelukan. kemudian merasa lega karena tadi memilih untuk makan sebelum menghapus make up. "yaaaaaa. udah sana balik nanti dicariin. makasih udah dateng," ujarku. masih enggan menampakan kalau aku leleh

"udah aja? aku balik?" tapi jihoon dengan menyebalkannya, menggodaku.

senyumku yang sedari tadi aku tahan akhirnya mengembang. aku malu, jadi aku segera berlari pelan sampai menabrak jihoon dari samping, kemudian memeluknya sampai wajahku tenggelam di lengannya.

"aaaaaaaa kesel. kenapa kamu ganteng banget," ujarku tanpa malu, tapi tidak jelas karena wajahku yang terbenam.

aku yakin sebenarnya dia mendengar apa yang aku ucapkan. tapi sekali lagi, ia menggodaku. kemudian aku habis-habisan digodai olehnya sampai sepuluh menit kemudian. sampai sebuah telepon masuk dari ketua divisinya, meminta ia kembali ke venue secepat mungkin.

__________

akhirnya kurang sreg banget... tapi aku udah ngantuk...

btw, ada loona's vivi di chapter ini sebagai cameo! cantik banget gak tuh ㅠㅠ

aku bukan orbit tapi aku mulai suka sama loona. masih berusaha ngapalin membernya dan baru berhasil ngapalin vivi, heejin, hyunjin, chuu, dan yves. mau bantuin?

ii. matchalatte; wooziTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang