kamis, 1 februari 2018
riri dan buku latihan biologi merupakan kombinasi terburuk yang pernah ada. apalagi, kalau ditambah tempat yang comfy dan suasana sekitar yang tenang dan asri. karena kalaupun gempa bumi terjadi, sepertinya riri tidak akan sadar saking fokusnya mengerjakan soal latihan un biologinya.
riri memang sedikit buruk pada bidang biologi. riri perlu waktu yang lama untuk menghapal dan dirinya tidak suka ketika disuruh memahami struktur sebuah organ mahluk hidup. namun, gadis itu suka menulis dan dia bisa menulis banyak hal pada pelajaran biologi.
"stay hydrated, riri choi," sebuah suara berhasil menginterupsi pekerjaan riri. gadis itu berhenti menggerakan tangannya untuk menulis dan mendongakan kepalanya ke arah sumber suara. dalam waktu kurang dari sedetik, senyum mengembang di wajah ayunya. mata riri berhasil menangkap pemandangan paling langka dalam hidupnya: jihoon tersenyum lebar seraya menyodorkan sebotol air lemon.
"oh, thank you, mister!" riri siap menerima botol warna kuning cerah yang disodorkan pacarnya. namun, sang pacar justru menarik kembali uluran tangannya. kemudian kepala botol kuning itu diraih oleh telapak tangan yang satunya sebelum diputar dan mengeluarkan bunyi khas.
jihoon meraih tangan kanan pacarnya. membuka genggaman lemahnya perlahan dan menyelipkan botol kuning yang dingin itu. kemudian diambilnya tangan kiri pacarnya dan ditempelkan pada sisi botol yang lain. sehingga pada akhirnya, riri terlihat seperti seorang anak kecil yang tengah menghangatkan tangannya dengan menggenggam sebuah botol yang hangat.
"apaan sih, suka nggak jelas," canda riri kemudian meneguk minuman di tangannya.
"tanganmu merah, nggak sadar? jangan suka keasyikan. nggak baik, nanti kamu nggak sadar terus tiba-tiba sakit," jawab jihoon yang akhirnya duduk di samping riri.
"kayak kamu nggak suka keasyikan aja," jawab riri, kini sambil membuka telapak tangan kanannya untuk memastikan ucapan sang pacar. dan benar, telapak tangannya kemerahan ditambah lecet di beberapa bagian. sudah biasa, riri nggak heran karena cara riri memegang alat tulis seringkali membuat beberapa bagian dari telapak tangannya memar-memar.
"but thanks, i'll look for it from now on," tambah riri seraya menutup kembali telapak tangannya. gadis itu juga tidak lupa memasang senyum untuk meyakinkan jihoon bahwa ia akan menurut.
"give it to me," jihoon mengadahkan telapak tangan cantiknya.
"hah?"
bukannya menjawab atau memberi kejelasan dari perintah singkatnya, jihoon justru menarik kedua telepak tangan riri. kedua telapak tangan kecil itu kemudian diletakan jihoon pada meja di hadapannya. setelahnya, jihoon mengeluarkan sebuah handcream dari saku celananya. aromanya favorit riri!
jihoon dengan perlahan mengoleskan handcream pada tangan pacarnya. kemudian menyodorkan kemasan handcream yang tadi ia gunakan kepada sang pacar. "pake ini sebelum kamu belajar, mungkin bisa ngurangin lecetnya," pesan jihoon pada sang pacar.
setelahnya, jihoon kembali mengeluarkan sesuatu dari sakunya. kali ini, sebuah plester luka berwarna merah muda. pemuda itu kemudian memasang plester tersebut di salah satu bagian dari jari riri yang memang sering memar. gemas, plester luka untuk anak-anak itu terlihat pantas di tangan riri yang mungil.
"it's all for now. aku balik ke ruang seni lagi, ya?" pamit jihoon, disertai sebuah cubitan pada pipi riri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ii. matchalatte; woozi
FanficBuku kedua dari cerita perbucinan-nya Lee Jihoon dan Choi Riri [!] nonbaku; alternative-universe; lowercase; tidak sesuai EBI