riri's: sleepover

295 42 0
                                    

jihoon menelepon hampir pukul sebelas. malam. syukurnya aku masih terjaga karena beberapa tugas yang sedang dikerjakan sehingga dapat menjawab teleponnya. pacarku itu membuatku terkejut hingga melompat dari kursi dengan mengatakan bahwa dirinya baru saja tiba di depan rumahku. kemudian bertanya apakah ia dapat menginap malam ini atau tidak. mama, papa, dan minri sudah tertidur lelap. jadi, aku pergi ke kamar kak seungcheol yang masih terang dan memberikan ponselku pada kakakku itu, mempersilakan jihoon meminta ijin sendiri padanya.

kemudian kak seungcheol menyetujuinya. kami berdua turun dari kamar kami yang terletak di lantai dua dengan langkah pelan kemudian mempersilakan jihoon masuk. wajahnya kusut, keadaannya tampak buruk. sepertinya ada hal buruk yang terjadi padanya. entah apa, yang jelas berhubungan dengan pentas seni yang diadakan fakultasnya karena hari ini jihoon sibuk dengan urusannya sebagai panitia acara tersebut.

melihat wajah kusutnya yang sudah tidak dapat lebih buruk lagi, aku dan kak seungcheol tidak banyak bicara. hanya memastikan mobil yang jihoon gunakan terparkir dan terkunci dengan benar, kemudian kak seungcheol membawa jihoon ke kamarnya sementara aku kembali mengunci pintu. aku kembali naik ke atas setelahnya, berniat kembali ke kamarku dan melanjutkan tugasku tapi kak seungcheol justru kembali ke luar dari kamarnya saat aku tiba di atas.

"jihoon minta mandi dulu, aku enggak enak kalau tetep di dalem. ikut ke kamarmu dulu sekalian mau tanya-tanya tentang dia," ujar kak seungcheol tanpa membuatku bertanya sebelumnya. aku mengangguk, melangkah menuju kamarku bersama kak seungcheol.

"hari ini dia ada rapat akbar kepanitiaan pensi fakultasnya. mungkin tadi ada masalah terus bikin rapatnya selesai kemaleman. kalau udah kemaleman biasanya dia disuruh nginep di kosan daniel, temennya. soalnya orang tuanya suka khawatir kalau dia nyetir malem-malem. tapi daniel setahuku lagi pulang kampung karena keluarganya ada yang meninggal," aku bercerita tapi jemariku sibuk menari di atas keyboard laptop.

kak seungcheol hanya berdeham merespon ceritaku. kemudian entah sejak kapan dia berdiri di belakangku dan mengusap rambutku pelan. "yaudah, kayanya dia udah selesai. coba kamu tanya udah makan apa belum. kakak mau tidur di kamar minri aja," ujar kak seungcheol. kemudian ia pergi meninggalkan kamarku setelah aku mengiyakan perintahnya.

setelah aku menyelesaikan kalimat terakhir untuk tugasku, menekan tombol save untuk menyimpan file tugasku, kemudian membuat laptopku berada pada mode sleep, aku bangkit dari meja belajar dan melangkah menuju kamar kak seungcheol. kuketuk pintunya pelan, kemudian membuka pintunya dengan cara serupa.

terlihat jihoon tengah duduk di hadapan meja cermin kak seungcheol. tubuhnya membungkuk, tangannya tengah mengeringkan rambutnya yang akhirnya berwarna hitam. aku terkekeh menyadari ia masih saja kesulitan saat mengeringkan rambutnya. tungkai bergerak, menuju ke arahnya, merebut handuk di tangannya dan membuatnya bangkit dari posisinya, kemudian tersenyum saat melihatku tersenyum.

"sini, dikeringin," ujarku seraya memposisikan kepalanya agar tetap berada di hadapanku. jihoon tersenyum senang, membiarkan aku mengeringkan surainya sementara ia tampak canggung dan memilih untuk menggerakan matanya sembarang, melihat keadaan kamar kak seungcheol. mata jihoon berhenti beberapa saat kemudian, berakhir menatap aneh beberapa produk skincare milik kak seungcheol di atas meja di hadapannya.

"kakakmu pakai skincare juga?" tanyanya, matanya menyisir produk-produk yang pasti aneh di matanya. aku mengangguk, menatapnya melalui cermin di hadapan kami. "maklum, adiknya dua, perempuan. kita kerjain lah, setiap beli punya kita, kita beli juga buat dia. terus dia enggak tega kalau enggak pakai," ceritaku.

aku melepaskan handuk dari kepala jihoon, rambutnya sudah selesai kukeringkan. kemudian aku meraih sisir, menyisir rambutnya dan menatanya seperti aku menata rambut sepupuku yang masih balita. jihoon protes, tentu saja, tapi aku berhasil membuatnya berhenti protes dengan tertawa puas. aku tidak tega, jadi aku acak-acak kembali rambutnya dan membiarkan jihoon menatanya sendiri sementara aku meraih produk skincare milik kak seungcheol.

"mau coba pakai? kalau cocok aku hadiahin kamu ini," ujarku seraya membuka tutup toner dan mengambil beberapa lembar kapas wajah.

"eh? jangan dong! itu kan punya kakakmu," tolaknya. ia berusaha memalingkan wajah tapi aku menahannya dengan tangan kiriku. jihoon mengalah.

"enggak apa-apa. dia enggak akan sadar kalau diminta sedikit produknya. lagian nanti kalau habis aku sama minri yang beliin lagi. terus, kamu juga udah pakai sabunnya, shampoonya, facial foamㅡeh, kamu udah cuci muka 'kan?" ujarku tanpa membiarkannya membalas seraya memakaikan produk-produk skincare ke wajahnya.

jihoon mengangguk dengan seringai di wajahnya. aku yang semula fokus mengurus wajahnya jadi salah tingkah saat menyadari jihoon terus memerhatikan wajahku sejak awal. aku bahkan terbatuk saat memakaikan pelembab dan membuat jihoon menggodaku yang ketauan salting.

__________

"mau dibuatin apa? mie? nasi goreng? atau digorengin frozen food? jangan yang ribet ya, nanti mama sama papaku bangun," tawarku seraya memeriksa nasi di magic jar. jihoon yang duduk di minibar, berpikir sesaat padahal aku sudah tau dia pasti akan meminta mie.

"mie kuah aja. pakai telur ya!" aku mengangguk seraya meraih sebungkus mie instan rasa kari yang sebenarnya sudah kudekatkan dengan panci sejak kami tiba di dapur. mengambil sebatang bawang daun dan sebutir telur setelah memanaskan air di dalam panci.

"mau yang kurang mateng atau kematengan? tmi nih ya, minri suka mie yang kematengan tapi aku lebih suka yang kurang mateng. kalau kamu?" aku mencoba terus mengajak jihoon berbicara supaya dia tidak bosan. selain itu, aku juga agak salting setelah kejadian dia memerhatikanku tadi dan menyadari kemungkinan jihoon akan diam-diam memerhatikanku lagi kalau aku terus memasak membelakanginya. kali ini, aku memotong bawang daun yang sudah dicuci di minibar, di hadapan jihoon.

"dipotongnya jangan terlalu tipis. nanti enggak kerasa. terus mienya dimasak normal aja, kayak petunjuk masaknya, tiga menit pas," ujarnya setelah mengambil alih pisau di tanganku dan mulai menggantikanku memotong bawang daun.

aku hanya mengangguk untuk meresponnya. salah tingkah lagi. kemudian berbalik dan membiarkan jihoon menyelesaikannya sementara aku membuka bungkus mie dan menuangkan bumbunya ke mangkuk yang sudah kusiapkan.

__________

mie akhirnya matang, aku segera membawanya ke hadapan jihoon dan mempersilakan ia menyantapnya. "mau pakai nasi? kamu kan peri nasi," tawarku tapi tanganku sudah memegang sebuah mangkuk dan membuka magic jar. jihoon sedang memakan mie yang masih terlalu panas jadi hanya menjawabku dengan anggukan dan kekehan.

untuk membiarkan jihoon menyantap hidangannya dengan damai, aku membereskan dapur yang kuberantaki dan mencuci panci dan pisau yang kugunakan. saat aku selesai, mangkuk di hadapan jihoon sudah hampir kosong. aku merasa puas jadi dengan kebaikan hati, aku meraih gelas dan mengisinya dengan empat buah es batu dan cola milik papa di kulkas. membuat jihoon berseru senang saat mendengar suara soda tertuang ke dalam gelas.

"your favorite, cola," godaku saat menaruh gelas tadi di samping mangkuk mie. kemudian aku ikut duduk di sampingnya.

segera setelah suapan mie terakhir ditelannya, segelas cola barusan ia minum. sekali, tanpa nafas, habis hingga menyisakan seperempat gelas. aku meninju pelan lengannya kemudian jihoon membalasku dengan mengeluarkan sendawa khas orang baru minum soda di depan wajahku. bau cola! menyebalkan.

aku memang tidak terlalu suka pada kebiasaannya minum cola terlalu banyak. jihoon dengan mudahnya mencoba mengurangi konsumsi cola-nya setelah aku protes padanya. padahal setahuku kak jeonghan dan kak jisoo sudah menasehati jihoon sebelumnya dan jihoon tidak menurut. aku jadi bangga.

"segitu sukanya sama cola?" ujarku setelah mengisi kembali gelas jihoon hingga setengah penuh dengan cola. tidak apa-apa, hari ini jihoon sudah bekerja keras jadi aku harus memberinya reward. lagipula, aku yakin seminggu ke depan ia akan terlalu sibuk bahkan untuk berpikir bahwa ia ingin minum cola.

"iya, suka," jawabnya singkat, cola kembali ditegak. setelah dua kali meminumnya, gelasnya kembali kosong dan menyisakan empat buah es batu yang mengecil karena mencair. aku mengambil alih gelasnya, kemudian memakan dan mengunyah es batu tersebut.

dan jihoon hampir saja membuatku tersedak es batu karena tiba-tiba dia mendaratkan sebuah kecupan di pipiku. kilat, hingga aku tidak menyadarinya dan hanya bisa membeku setelahnya. sesaat kemudian, setelah aku berhasil sadar, aku memilih lari meninggalkan jihoon yang sudah membuatku salah tingkah entah untuk keberapa kalinya hari ini.

___________

aaaaaaaaaaaaaa sorry! 😭

ii. matchalatte; wooziTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang