jihoon🙊
kata sejeong kamu udah dua hari gak ngampus
sakit?riri
iya
hehehejihoon🙊
maag?
flu?riri
bengek lagi
kemarin womy tidur di kamar akujihoon🙊
pft
dasar konyol
read. 19.20 pm._______________
i left him on read. abisnya dia nyebelin. setelah dua hari nggak ngampus, dia baru tau kalau aku sakit. bukannya ngedoain supaya aku cepet sembuh, dia justru bilang aku konyol.
sabar, riri choi. orang sabar suka dikasih rezeki tiba-tiba.
by the way, aku nggak bercanda soal bengek. beberapa bulan terakhir, aku jadi nggak bisa deket-deket sama kucing. kata dokter, aku alergi kucing.
konyol, bukan? setelah lebih dari tiga tahun pelihara womy-wymo, aku baik-baik aja. aku bisa dengan nyaman tidur bareng mereka dan bahkan mendaratkan kecupan pada wajah mereka. tapi sekarang, aku nggak boleh deket-deket sama mereka lebih dari setengah jam apalagi tanpa masker.
"kirain tidur," sebuah suara menginterupsi kegiatanku membaca catatan untuk kuis besok.
kak seungcheol muncul di balik pintu kamarku yang sengaja dibuka sedikit oleh mama. kakakku itu membawa satu botol tupperware satu liter berisi air dan potongan tablet obat pilek yang harus aku minum setengah jam lagi.
"belum, kan masih harus minum obat," jawabku sambil senyum-senyum karena baru sadar kalau kak seungcheol ganteng banget dengan pakaiannya saat ini. menurutku, kak seungcheol emang paling ganteng kalau baru pulang ngampus kayak gini. celana jins hitam yang warnanya udah belel, kaos polos, kemeja flanel. dengan lengan kemejanya yang dilinting asal, paket lengkap kalau rambutnya sedang nggak beraturan.
"nih, obatnya. sama ini air minumnya harus habis dalam tiga jam ke depan- kata mama, bukan kata kakak," kak seungcheol segera menambahkan kalimat terakhir saat aku baru saja hendak memprotesnya.
"iya, iya," jawabku jengkel kemudian mulai meneguk air dalam tupperware yang dibawakannya.
kak seungcheol duduk di sampingku yang sedang duduk di atas kasur. telapak tangan besarnya mendarat di keningku. "udah nggak demam. besok ngampus?" tanyanya sebelum tumbang, meregangkan tubuh tingginya di atas kasurku.
"iya. besok ada kuis dan aku udah bosen disuruh makan terus dua hari ini sama mama," jawabku sebelum ikutan tumbang di sebelahnya.
bukannya menanggapi jawabanku, kak seungcheol justru sibuk menjawab pesan-pesan masuk di ponselnya. nyebelin, aku nggak suka. kalau emang dari awal nggak niat ngobrol, lebih baik nggak perlu sekalian daripada akhirnya nyuekin aku.
"martabak, pisang keju? satu... dua..." kak seungcheol tiba-tiba berseru. menyodorkan dua pilihan, lengkap dengan hitungan yang bikin aku tambah kesal. nggak jelas.
"apaan sih?" jawabku sinis, beneran kesal.
"cepetan, ditungguin jihoon," balas kak seungcheol, makin nggak jelas.
"tuh, kan. ditelepon," tambahnya, menunjukan layar ponselnya yang tengah menampilkan sebuah panggilan masuk dari...
.... jihoon?
kak seungcheol segera menjawab panggilan masuk tersebut.
"oi, dia nggak jawab. malah bilang gue nggak jelas," kata kak seungcheol setelah jihoon di sebrang telepon menyerukan kalimat pendek yang entah apa. aku nggak bisa dengar.
"iya, dia lagi sakit juga tetep makan apa aja kok. lo tau sendiri."
"dah ya, pager belom digembok jadi lo langsung masuk aja ntar,"
"sip. yo!" setelahnya, panggilan diputus kak seungcheol yang langsung menatap adiknya yang masih belum paham.
"malah bengong. meningan siap-siap, deh. jihoon udah di depan komplek."
kak seungcheol berjalan santai meninggalkan kamarku sementara aku mematung, memikirkan apa yang harus kulakukan lebih dulu. cuci muka? sikat gigi? keramas? mandi sekalian?
gila, aku baru ingat kalau aku bahkan belum mandi lagi dalam dua kali dua puluh empat jam.
_______________
jihoon tiba di rumahku beberapa menit kemudian. mustahil kalau dia belum pesan martabak ataupun pisang keju yang dibawanya kemari waktu telepon kak seungcheol tadi. aku bahkan belum selesai sikat gigi waktu mama dan jihoon tiba di kamarku. untung aku memilih untuk ganti baju dan cuci muka dulu.
"aaaaaa, mama kenapa ga ngetuk dulu sih? kalo riri lagi gak pake baju gimana, coba?" protesku seraya melepas headband. kemudian kulempar benda itu ke atas kasur.
mama cuma meledekku dengan bibirnya untuk merespon protesanku. "sini masuk, jihoon. tuh anaknya lagi sikat gigi. malu kali, takut ketahuan belum mandi dua hari,"
aku berdecak, memasukan sikat gigi yang baru saja kuolesi pasta gigi ke mulut kemudian kembali ke kamar mandi. sementara jihoon dipersilakan masuk ke dalam kamarku dan mama pergi meninggalkan kami sesaat kemudian.
"beneran belum mandi dua hari?" tanya jihoon saat aku melangkahkan kakiku meninggalkan kamar mandi seraya mengeringkan wajahku dengan handuk. aku mengangguk, menggantung handuk di gantungannya yang terletak di samping pintu kamar mandi. "iya, kenapa? gak suka? pergi sana!" sewotku.
namun jihoon dengan reseknya membalas ucapanku dengan tawa ringan. iya, sialnya, dia jadi terlihat tampan padahal tampaknya dia baru pulang dari kampus. aku berjalan kasar menuju kasurku, tempat jihoon duduk saat ini. kemudian disodori sisirku oleh jihoon yang segera aku terima karena memang itu tujuanku berjalan ke dekatnya.
"nih, pisang keju. aku enggak tahu kamu maunya apa, terus bang seungcheol jawab teleponnya kelamaan. yaudah, aku beli dua-duanya karena takut kemaleman. martabaknya ada di bawah, dimakan bareng-bareng, ya. ini pisang kejunya cuma beli satu karena emang sisa satu, buat kamu," ujar jihoon panjang-lebar selama aku menyisir rambutku. sisir di tanganku direbut, digantikan bungkusan plastik berisi pisang keju kesukaanku.
"dimakan, ya. kalau dibesokin enggak enak. enggak marah kan, karena harus sikat gigi lagi?" ujar jihoon. pacarku itu bangkit dari duduknya, menepuk pundakku dua kali, "aku pulang, kamu cepet sembuh."
"pulang?" aku cemberut, gantian duduk di tempat tidurku yang barusan jihoon duduki. "cepet banget. kalau cuma mau nganterin makanan padahal bisa go-food aja," sindirku, menghindari mata jihoon dengan membuka bungkusan pisang keju yang ia berikan tadi.
ia terkekeh, mengusap kepalaku lembut. "bawel. iya, ceritanya kan ini ji-food. jihoon gofood. udah ah, nanti kemaleman," candanya. kemudian ia benar-benar melangkah hendak meninggalkan kamarku.
tapi aku mencegahnya. bangkit aku dari dudukku dan kupeluk jihoon dari belakang. kemudian bergumam, "di sini dulu, sebentar. aku kangen," di punggungnya, sengaja tidak jelas karena terlalu malu untuk mengatakannya. jihoon berbalik sesaat kemudian, membalas pelukanku dengan pelukan erat yang hangat walaupun hanya sesaat, kemudian bibirku dikecup.
aku kembali didudukkan di atas kasur. sementara ia berlutut di hadapanku. tanganku digenggam oleh jari lentiknya. hangat. "udah malem, enggak enak. ini juga dateng ke sini sebenernya dilarang sama abangmu, tapi aku maksa. soalnya kangen," ujarnya, lalu bangkit dari posisi berlutut, berdiri di hadapanku.
aku mendongak, pipiku ia cubit sedetik, kemudian diusap pelan-pelan. "besok aja, mau dijemput? kelas jam berapa?" tanyanya lembut. aku tersenyum lebar, menangkap tangannya yang ada di pipiku dan membuat gerakan pelannya mengusap pipiku berhenti. "jam sepuluh. kamu juga, kan? mau dijemput," jawabku semangat.
jihoon mengangguk, kemudian benar-benar pamit. aku hendak mengantarnya hingga mobil tapi dilarang olehnya. katanya takut aku tambah sakit. jadi ia menghentikan keinginanku dengan membungkusku dengan selimut.
***
it's been a while! semoga tulisanku enggak jelek-jelek amat. semangat puasanya! ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
ii. matchalatte; woozi
Fiksi PenggemarBuku kedua dari cerita perbucinan-nya Lee Jihoon dan Choi Riri [!] nonbaku; alternative-universe; lowercase; tidak sesuai EBI