T I G A.

15 2 0
                                    

Drrrrtt drrrrtt.

Suara deringan hanphone, membuat lelaki itu terusik dari tidurnya. Perlahan ia mengerjakan matanya dan meraba-raba ranjangnya untuk mendapatkan apa yang ia cari.

Setelah ditemukan, ia membuka ponselnya dan menatap nama yang menelponnya pagi-pagi begini.

"Ah mama" gumamnya sambil mengklik tombol berwarna hijau.

"Gio kamu baru bangun?" Tanya seorang wanita di sebrang sana.

"Iya mah, kenapa nelpon pagi-pagi? Kenapa ga kekamar Gio aja kan deket mah?" Tanya Gio bingung.

"Kamu ini gimana si! Mama ini sudah di bandara, kan semalam mama bilang kalau mama sama papa bakal pergi pagi-pagi" omelnya.

Gio melihat jam di dinding kamarnya, dan betapa terkejutnya dia saat melihat jam.

"Masih jam lima!" Sungutnya berteriak.

"Gio! Kamu apa-apaan sih, kenapa teriak? Emang kamu pikir udah jam berapa?" Tanya mama kesal.

"Gio pikir udah jam enam mah" jawabnya lesu.

"Yaudah mah Gio mau mandi dulu, terus bikin sarapan, kan mba Sur gaada jadi Gio buat sarapan sendiri." Ujarnya sambil mematikan sambungan.

Beranjak dari ranjangnya, mengambil handuk hitamnya dan masuk kekamar mandi untuk membersihkan diri.

                      ๑๑๑๑๑๑๑๑๑๑๑

Selesainya sarapan, Gio langsung berganti pakaian dengan seragamnya dan berangkat kesekolah dengan berjalan kaki.

Rumah Gio memang tidak terlalu jauh dari rumahnya, jadi ia lebih memilih berjalan kaki ketimbang memakai kendaraan entah itu mobil ataupun motor.

Ketika sedang malas berjalan kaki, ia memakai sepeda hitamnya untuk pergi kesekolah.

Tidak sampai sejam Gio pun sampai di tempat tujuannya, sekolah.

Berjalan menyusuri koridor sekolah yang masih sepi, hanya ada beberapa siswa ataupun siswi yang sudah datang.

Terus berjalan hingga sampai di kelasnya, kelasnya masih sangat sepi tak ada satupun teman kelasnya yang sudah datang.

Ia melirik jamnya yang ada dipergelangan tangannya.

"Pantas belum ada yang datang, masih jam 06:33" gumamnya sambil terus memperhatikan arloji hitamnya.

Ting.

Bunyi notifikasi ponselnya, membuat tatapannya teralihkan dari arlojinya.

Nomor tidak dikenal
✓Dateng ke taman belakang sekarang!
Gadatang gua yang dateng ke kelas Lo!!

Dahi Gio menyerngit heran, ia sangat bingung sebenarnya siapa pemilik nomor ini? Kenapa ia selalu meminta Gio untuk mendatangi nya.

Akhirnya Gio pun menghiraukan pesan dari nomor tidak dikenal itu, ia memilih membaca komiknya.

Ia terlalu fokus membaca komik miliknya itu sampai-sampai tidak sadar, jika ada yang masuk kedalam kelasnya.

"Kenapa Lo ga ngebalas pesan gue?!" Ujar seorang yang Baru datang dengan tajam.

Gio pun mengalihkan pandangannya dari komik ke lelaki yang barusaja berujar.

"Ragra?" Gumam Gio bingung.

"Iya ini gue kenapa?" Ujarnya, menatap Gio dingin dan tajam'.

"Kenapa minta Gio buat nemuin Ragra?" Tanya Gio bingung.

Brakk

Ragra melempar beberapa buku tebal dan buku tulis ke meja gio.

Gio menatap Ragra dengan wajah yang meminta penjelasan.

"Tulisin gue rangkuman, minimal 8 lembar. Balikin ke gue pas jam istirahat kedua" perintah dengan menatap Gio tajam.

"Tapi Gio juga punya banyak tugas" balas Gio ragu, menatap Ragra dengan tatapan memelas.

Ragra mengerjap kan mata beberapa kali melihat kegemasan wajah Gio.

Ia tak tahan, Ragra mendekatkan wajahnya ke wajah gio. Semakin lama semakin dekat dan Ragra mencium bibir pink Gio dengan kasar.

Menggigit bibir Gio, agar sang mpu membuka mulutnya. Dan benar saja Gio membuka mulutnya sedikit karena digigit dengan kasar.

Gio membelalakkan matanya, menatap Ragra tajam.

Memukul-mukul tubuh Ragra, tetapi percuma saja karena tenaga Ragra lebih kuat darinya. Apalah dirinya hanyala lelaki yang lemah, yang mudah ditindas.

Ia hanya pasrah mendapat perlakuan seperti itu dari Ragra, seorang preman sekolah.

Ragra menghentikan ciumannya, dan menatap Gio lekat

Gio menintikan airmata, tanpa persetujuan darinya airmata itu jatuh.

"APA YANG RAGRA LAKUIN HIKSS" bentaknya murka, menatap Ragra.

Ragra menatap Gio tak percaya, ia baru pertama kali ini mendengar Gio membentak walaupun tidak menggunakan bahasa yang kasar. Selama ia membully nya ia tak pernah mendengar bentakan dari Gio.

Tapi kali ini, ia mendengarnya. Gio
membentak dirinya.

Ragra menatap gio Tak tega, ia mengingat apa yang telah ia perbuat selama ini pada gio, dan sekarang ia mencium gio seenaknya.

Ia menarik gio keluar kelas, dan berjalan menuju taman belakang sekolah.

Gio masih menangis, sesekali ia menatap Ragra dengan tatapan marah dan bingung.

"Kenapa bawa kesini?!" Ucapnya masih dengan airmata yang mengalir.

"Liat jam berapa, Lo gamalu kalo diliat temen kelas Lo, kalau Lo lagi nangis?"
















Halo epribade:)

Masih membutuhkan kritik dan saran dari kalian.

Vote,coment,and follow. Terimakasih:)

Ig: xxjessiezh
tiktok: it's.me (peti_gledek)

RAGI!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang