Chapter 04 : Perjodohan

11 3 0
                                    

Tapi anehnya Raina tidak menyukai olah raga yang berbau basket katanya karena ia tidak suka keramaian. Tapi ia akan selalu mendukung apapun yang kan Reyhan lakukan meski sekalipun hal yang ia tidak sukai.

***

Malam hari di rumah Raina ia disibukkan dengan kegiatannya yang membersihkan rumah dan menyiapkan hidangan untuk tamu ayahnya sekaligus teman masa bujangnya dulu yang akan datang dari luar negeri. Sebenarnya Raina paling malas jika bertemu orang di jam-jam ia ingin bersantai.

Tak lama kemudian ada taxi yang berhenti tepat di depan Rumah Raina dan keluarlah dari pintu samping pengengemudi sorang pria tampan, bermata coklat, berbadan tegap, berdada bidang, dan cukup tinggi. Dan keluarlah dari pintu belakang dua orang paruh baya yang bisa dikatakan ia adalah orang tua dari pria tersebut.

"Hallo Rangga Sanjaya selamat datang di rumah derren pradana, akhirnya kamu dan keluarga bisa berkunjung ke rumahku" sambut Ayah Raina kepada tamunya tersebut "kenalkan ini melati istriku, ini putri sulungku Raina Putri Amelia dan ini putra bungsuku yang paling tampan Rizki prasetyo" lanjut Ayah Raina memperkenalkan anggota keluarga.

"Wahh.. Putrimu cantik juga, bisa nih kita" jawab teman dari ayahnya sambil tertawa.

"Hehe Terima kasih om, tapi maaf sebelumnya maksud om tadi itu bisa apa ya?" Tanya Raina yang masih tidak paham dengan yang di omongkan oleh teman ayahnya tadi.

"Sudah-sudah sekarang kita masuk ya, tidak baik jika tamunya kita ajak ngobrol luar di rumah." Potong Ayah Raina untuk mengalihkan pembicaraan.

Kemudian keluarga Ayah Raina masuk untuk berbicara, bersenda gurau, dan sesekali tertawa bersama sesekali Raina ikut nimbrung dan tertawa meski sebenarnya hatinya masih bertanya-tanya apa maksud yang tadi teman ayahnya bicarakan.

Hingga akhirnya mereka duduk di meja makan untuk malam bersama. Mereka masih bersenda gurau bercerita masa bujangannya berbagi pengalaman keduanya yang sama-sama konyol seperti anak remaja pada umumnya. Dan sesekali Ardiwansyah anak dari teman ayahnya itu sesekali menatap Raina meski ketika Raina menoleh ia selalu mengalihkan pandangan ke arah lain tapi Raina sadar jika ia di tatap olehnya.

"kalian tau tidak dulu ayah kalian itu paling susah di ajak kompromi kalo lagi serius diskusi selalu saja dia yang paling bisa memecahkan keadaan yang lagi tegang jadi riuh dan pada ketawa karena ulahnya yang ada saja" Jelas Rangga Teman dari Ayahnya.

"Emang dulu ayah suka ngapain om kalo lagi diajak diskusi serius?" Tanya Rizki

"Ya kaya misalnya dia izin ke toilet lah katanya mau mengeluarkan harta karun" Jawab teman ayahnya dengan tawa bersamaan dari semua yang ada di meja makan.

Dan perbincangan berlanjut sampai waktu menunjukkan pukul Sembilan malam dan keluarga Rangga pun izin pamit untuk pulang. Dan Ardiwansyah masih sesekali melirik atau melihat Raina secara canggung dan Raina hanya membalas tatapan itu dengan senyum simpulnya.

***

Pagi hari pun tiba dan kebetulan hari ini adalah hari libur jadi semua orang bisa melakukan aktivitas lain selalin kegiatan bekerja atau bersekolah. Tapi, tidak untuk Raina karena saat ini ia sedang ada di atas ranjang tempat tidur dan masih bergulung dengan selimutnya yang tebal tanpa meikirkan aktivitas lain.

Hingga pada akhirnya Melati ibu Raina membangunkan putrinya yang susah sekali untuk bangun dari tidurnya jika memang lagi hari libur sekolah.

"Nak bangun ini uadah siang" Kata ibu Raina sambil menepuk-nepuk pipi anaknya secara halus.

"Aku masih ngantuk ma nanti aja ya satu jam lagi deh" Jawab raina dengan suara seraknaya yang masih memejamkan mata.

"Nak, tapi ini udah jam Sembilan loh dan kamu juga di tunggu sama orang di bawah" Jawab Wulan yang sesekali menyisir rambut anaknya menggunakan tangannya. Kemudian Raina duduk di atas kasur dengan mata yang masih mengantuk.

MelupakanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang