HEAL - Chapter 32

15 1 3
                                    

Happy Reading 💜



Malam telah berganti pagi, namun cuaca pagi yang mendung sedang tidak baik untuk beraktivitas, hal itu sangat di setujui oleh gadis yang masih terlelap di balik selimut, mencari posisi ternyaman agar tak segera bangun, menggesekkan kedua kakinya di selimut sambil membenarkan posisi bantal.

Sungguh sangat nyaman.

Namun semua niatnya ia urungkan ketika seseorang mengetuk kamarnya sambil memanggil-manggil namanya dengan suara lembut dan memasuki kamarnya dengan sebuah nampan berisi roti bakar dan susu, membuat dirinya benar-benar bangun ketika sadar akan kehadiran kekasihnya itu .

"Bangun, udah jam 9" ucap Ervin sembari meletakkan nampan di atas meja belajar Alexa.

Hanya senyuman yang dapat di tampilkan Alexa, ia begitu bahagia mendapatkan perlakuan Ervin yang manis seperti ini. Alexa bangkit dan langsung memeluk Ervin dengan erat, ini sungguh sangat nyaman.

Ervin membalas pelukan Alexa sembari mengusap puncuk kepala Alexa dengan sangat lembut. Ia sangat menyayangi Alexa, hanya saja ketakutan akan kebohongannya pada kekasihnya ini selalu mengganggu pikirannya. Entah apa yang Alexa lakukan ketika mengetahui semuanya. Akankah Alexa meninggalkannya atau memaafkannya. Jika opsi pertama yang akan di lakukan Alexa, maka Ervin akan menerimanya karena memang itu pantas ia dapatkan. Tapi jangan panggil dia Ervin jika tidak berusaha mendapatkan Alexa kembali untuk menebus kesalahannya.

"Kamu mau makan di sini atau di meja makan?" tanya Ervin .

Alexa melepaskan pelukannya dan berlari mengambil nampan yang berisi makanan itu ke tempat tidurnya "Di sini aja"

Ervin tersenyum mengangguk dan menghampiri Alexa, ia duduk di depan Alexa dan memandanginya yang sedang makan, sungguh sangat menggemaskan melihat Alexa makan dengan penampilan bangun tidurnya.

"Kalau udah, mandi sana bau tau" ucap Ervin

Alexa menatap tajam Ervin dengan roti di mulutnya.

Tentu saja Ervin tak takut, itu menggemaskan.

"Kamu mau di rumah terus?" tanya Ervin

"Gak, bosan"

"Ya udah mandi, nanti kita pergi nonton, makan apapun yang kamu mau akan aku kabulkan" ucap Ervin dengan tampang songongnya.

Alexa berdecih lalu selanjutnya "Oke setuju".

•••

Zahra menghentakkan kakinya sembari berjalan menuju mobil Alfino. Ia berjanji akan memaki Alfino jika yang akan di katakannya tidak penting.

Bagaimana tidak, jika seharusnya ia tidur siang karena kelelahan mengerjakan tugas dari malam sampai pagi tapi tiba-tiba saja Alfino mendesaknya untuk keluar rumah dengan alasan ingin mengatakan sesuatu.

Zahra membuka pintu mobil dan menutupnya dengan kasar. Moodnya benar-benar sedang down.

"Ngapain sih Al, kalau mau ngomong yah ngomong aja lewat hp juga bisa, ribet lu ah"

Alfino sedari tadi hanya tertawa melihat tingkah sahabatnya ini. Benar-benar lucu. Satu hal yang seru bagi Alfino ketika menjahili Zahra sampai marah seperti ini.

"Udah pakai dulu seatbeltnya".

"Mau kemana sih?" tanya Zahra

"Makan ice cream, biar lu ga emosian" ucap Alfino sembari menaikkan sebelah alisnya berulang kali.

Mendengar kata 'Ice cream' membuat Zahra tersenyum. Seakan-akan amarahnya beberapa detik yang lalu hanyalah sebuah candaan. Mau bagaimana lagi, Zahra tidak bisa menolak jika itu sudah menyangkut tentang ice cream.

"Oke" ucap Zahra setuju

Teringat akan sesuatu, Zahra menepuk bahu Alfino "Eh katanya mau ngomong sesuatu".

Alfino menoleh lalu kembali fokus melihat kedepan "Nggak ada, mau ngajak lo keluar aja"

"Ya ampun kirain mau ngomong apa".

•••

"VIIIIN KOK LAMA" teriak Alexa

Namun tak ada jawaban dari Ervin.

"Gue yang cewek, tapi kok dia yang lama banget yah, kan cuma pake baju" tanya Alexa kepada dirinya sendiri

Alexa duduk di sofa ruang tamunya dengan memainkan ponsel miliknya sembari menunggu Ervin keluar dari kamar.

3 menit ...

6 menit ...

Benar-benar membuat kesabaran Alexa habis. Ia lantas berdiri dan jalan menuju kamar tamu—tempat Ervin tidur—dengan penuh kekesalan.

"Sejak kapan dia gila?"

"  . . . "

"Apa kau serius dengan ucapanmu?"

Alexa berhenti di depan pintu ketika mendengar Ervin menyebut kata "gila" . Ia melihat Ervin berdiri di pintu balkon dengan membelakangi pintu, dan sepertinya sedang menerima telepon dari seseorang. Tapi kenapa dia harus semarah itu. Apakah dia menelpon bodyguardnya. Tapi tunggu dulu, gila?. Apa maksudnya. Kepalanya begitu ringan 6 menit yang lalu, tapi sekarang semuanya berat ketika mendengar Ervin sedang emosi.

Alexa menghembuskan napasnya berat.

Ervin yang menyadari kehadiran Alexa langsung memutuskan sambungan teleponnya. Dan berjalan mendekati Alexa.

"Maaf buat kamu nunggu lama. Yuk berangkat" ucap Ervin langsung menarik tangan Alexa

"Huh? . Eh pelan-pelan" Alexa terlonjak karena tak mengetahui jika Ervin telah ada di hadapannya dan langsung menariknya.

"Nanti telat"

•••

Dan di sinilah mereka. Zahra dan Alfino di Baskin Robbins. Mereka duduk sembari menikmati ice cream.

Tapi tidak dengan Alfino. Ia membiarkan ice creamnya mencair. Yang ia lakukan saat ini ialah menatap Zahra. Ya, menatap Zahra.

Apakah Zahra benar-benar tak memiliki perasaan lebih dari sahabat. Alfino telah berbohong jika ia menyukai Alexa. Itu tidak benar.

Alfino selama ini menyukai Zahra, hanya saja ia takut jika cintanya bertepuk sebelah tangan. Oleh karena itu dia berbohong kepada Zahra dengan menyukai Alexa.

Begitu mengetahui Zahra membatalkan perjodohan itu, Alfino sengaja memberitahu bahwa dia menyukai Alexa, Alfino ingin melihat reaksi Zahra. Melihat reaksi Zahra waktu itu membuat Alfino sedih. Tapi ia takut, air mata Zahra waktu itu tulus karena bahagia atau karena sakit hati. Alfino tak tahu harus meyakini yang mana. Oleh karena itu ia masih bungkam soal perasaannya sampai sekarang.

Zahra yang merasa di tatap membuka suara "Kenapa sih? Mau ngomong apa?"

Alfino tersadar dari lamunannya "Nggak"

Zahra yang mendengar jawaban Alfino hanya mengangkat bahu acuh sembari melanjutkan menikmati ice creamnya.

"Zahra" panggil Alfino

"Em apa?"

"Mau nggak jadi pacar gue?"

•••




HEALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang