Happy Reading ❤
•
•
•Deru napas di iringi dengan suara sesak tangisan yang awalnya memburu perlahan mulai mereda. Lengan dan tangannya masih setia menumpuk untuk menenggelamkan kepalanya, menyembunyikan air matanya.
Alexa terdiam dan melihat sekitar bahwa Alfino belum menjalankan mobilnya tapi malah melepas seatbelt-nya.
"Al—"
"Lo di dalam aja, gue mau keluar" Alfino menjeda ucapannya. Menoleh menatap Alexa lembut
"Menangis aja xa".
"Eh , gue gak—"
"Gunakan waktu lo sebaik mungkin saat gue keluar. Keluarin semuanya. Teriak sepuasnya. Anggap aja gue gak denger" Alfino memotong ucapan Alexa sebelum beranjak dan membuka pintu keluar dari mobil. Kesal dan emosi masih ia rasakan. Namun Alfino harus menahannya demi Alexa.
Walaupun Alexa selalu meminta untuk menemaninya, Alfino tidak pernah melupakan satu hal. Alexa tetaplah perempuan yang mandiri dan makhluk pemendam yang akan selalu membutuhkan waktu untuk sendiri dan menikmati kesedihannya sendiri tanpa orang lain mengetahuinya.
Alexa adalah sahabatnya yang paling kuat. Perempuan itu pernah mendapatkan kepedihan yang mengerikan, tapi karena kepedihan itulah yang membuatnya tetap mampu menjalani hidup dan berusaha mencari obat penggantinya. Namun, sekuat-kuatnya perempuan, jika harapannya di permainkan dengan cara brengsek seperti itu, pasti akan kembali lemah.
Seperti yang di katakan Alfino. Alexa kembali memukul-mukul dadanya yang sesak. Menangis sejadi-jadinya dan tak mempedulikan Alfino yang berdiri luar mobil. Mengapa takdir selalu mempermainkan dirinya.
Setelah di rasa cukup tenang, Alexa menegakkan kepalanya dan bersandar. Memejamkan matanya, merasakan angin malam merasuk dari sela jendela mobil yang sengaja ia buka. Membiarkan menampar wajah dan meniup helai rambutnya, berharap akan membawanya pergi jauh untuk menghapus segala pikiran yang merusak hatinya.
"Gue jadi penasaran Ervin tuh orangnya gimana sih sampai di belain mati-matian sama lo" Alexa mendengus kesal, sedari tadi Alfino sangat rusuh dengan se-enak jidatnya menyuruhnya menangis lalu kembali tanpa mengetuk jendela mobil yang membuatnya terkejut. Alexa menyuruh Alfino untuk menemaninya bukan untuk mengajukan banyak perintah.
"Dan gue gak habis pikir bisa di marahin habis-habisan sama sahabat gue sendiri karena udah mukul pacarnya"
"Bacot banget sih" ucap Alexa
Alfino terkejut "Wah, hahaha. Jadi gitu? Lo anggap gue sahabat lo atau bukan sih?"
Alexa melirik Alfino dengan tajam "Bego banget, ya masih dong".
Walaupun pandangannya begitu tajam dan kesal, namun di balik itu Alexa sangat bahagia memiliki sahabat seperti Alfino dan Zahra tentunya. Mereka selalu bisa mencairkan suasana setelah kejadian apapun itu. Mereka sangat berharga bagi Alexa.
Alexa terkekeh saat melirik wajah Alfino yang mendengus kesal kepadanya. Dalam hati Alexa berlirih, bagaimana jika saat-saat seperti ini tidak lagi di dapatkannya. Ketika mereka sama-sama telah memiliki kehidupan bersama keluarga kecil masing-masing. Akankah moment seperti ini terulang kembali. Akankah seorang pria dan wanita yang telah ia anggap sahabatnya ini selalu membuatnya tersenyum bahagia nanti.
"Gimana, udah agak mendingan?" tanya Alfino yang di balas senyuman oleh Alexa.
"Oke , kalau gitu kita balik" ucap Alfino sembari memasang seatbelt.
*DORR
Alexa sangat terkejut, begitupun dengan Alfino. Apakah itu suara tembakan, tapi siapa dan dari mana asalanya. Alexa duduk tegak sembari mengedarkan pandangannya guna mencari asal suara tembakan pistol. Ia mendengar orang-orang mulai berteriak ketakutan, sama halnya dengan Alexa saat ini yang sangat ketakutan. Lalu ia melihat orang-orang mulai berkumpul.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEAL
Teen FictionAlexa Zhafira , gadis cantik dan periang . Tapi semua berubah setelah kejadian itu . Kejadian yang sangat menyakitkan bagi dirinya . Sejak saat itu ia menjadi lebih pendiam dan jutek dengan orang lain. Ia menutup hatinya untuk semua lelaki yang ber...