~Prolog~

23 4 0
                                    

Kisah yang dipenuhi dengan tawa, tangisan, haru, serta perjuangan yang begitu berat.

Ini adalah kisah kehidupan gue. Kehidupan seorang anak tengah yang berada di kampung, tapi nggak kampung-kampung amat. Bingung deh lu mikirnya gimana.

Dibesarkan dari keluarga yang nggak mewah banget membuat gue belajar arti dari kesederhanaan.

Dari kesederhanaan ini gue kembali belajar arti dari kebersamaan. Saling bantu sama saudara, kayak pribahasa

Berat sama dipikul ringan sama dijinjing

Terlahir sebagai anak tengah membuat gue selalu berbagi sama si bungsu, seperti berbagi makanan ataupun uang jajan. Tapi untungnya dia cowok, jadi ya you know lah.

Gue anak cewek satu-satunya, bukan berarti segala sesuatu harus dituruti. Sebenarnya ada dalam hati ingin dibelikan sesuatu, terlalu munafik kalau nggak bilang gitu.

Tapi setiap ada niat kayak gitu, otak dan hati gue seolah berkata bahwa gue nggak boleh egois dan gue harus ngerti sama keadaan orang tua.

Sampai pernah gue nonton acara tukar nasib di tv, rasanya gue pengen diundang kayak gitu.

Dan sempat berpikir bahwa

"Lo kan orang kaya, yang lo cari pasti kebersamaan bareng keluarga. Sedangkan gue sekeluarga pengen ngerasain jadi orang kaya. Kita tukar nasib yuk biar sama-sama ngerasain lo jadi gue, dan gue jadi lo."

Namun semua khayalan tersebut harus pupus karena terjadi pemadaman listrik, yang seolah mengatakan bahwa itu bukan hal yang harus gue pikirkan, seolah menyadarkan kembali bahwa ini adalah kehidupan gue yang sesungguhnya.

***

#228

My JournalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang