distance...

346 42 3
                                    

Renjun menatap tempat disampingnya. Kosong, Haechan tak ada disampingnya bahkan tasnya pun tak ada. Bahkan ponselnya dan Jaemin pun tak aktif . Renjun sebenarnya panik, benar-benar panik. Apapun yang disampaikan oleh kim seonsaengnim tak masuk dalam pendengarannya.

Pikirannya jauh memikirkan Haechan dan juga Jaemin...Apa yang mereka lakukan berduaan dan tanpa mengaktifkan ponsel? Sesekali Renjun merutuki semua pikiran negatif tentang semua yang terjadi pada mereka. Yang paling mendominasi adalah 'apakah mereka saling suka lalu berpacaran??' Tapi hal itu terbantah dengan adanya status Lami sebagai pacar Jaemin.

Pemikiran itu bertahan sampai jam pulang sekolah. Menghubungi Jaemin untuk pulang bersama pun tak bisa. Sama seperti Haechan Jaemin pun tak ada dikelasnya. Ingin menggerutu tapi otaknya tak sampai untuk memikirkan alasan yang tepat.

Renjun berjalan dengan sesekali helaan napas. Gusar sekali mimik wajahnya. Banyak yang ingin diutarakannya tapi semua kembali pada 'apa alasan yang tepat??'

"Renie!!" Renjun menoleh dengan malas. Dari ujung matanya ia melihat Jeno berjalan kearahnya dengan senyum manis.

Tak ada tanggapan dari Renjun. Renjun hanya diam ditempat menunggu hal yang diutarakan Jeno.

"Mau pulang bareng?" Renjun memincingkan mata. Sedang apakah Jeno ini, mengapa sok akrab sekali. Apa karena di biarkan seenak jidatnya saja Jeno jadi ngelunjak?? Menyebalkan.

Melihat ekspresi tak bersahabat Renjun, Jeno menelan kasar ludahnya.
"I-itu..ak-aku bawa mobil dan gue lihat Jaemin pulang bareng Haechan..yah jadi a-aku inisiatif ngajak pulang bareng lo Renie"
Kacau. Tatanan bahasa Jeno kacau balau. Gugup melihat Renjun.

Entah mengapa yang ditangkap Renjun adalah 'Jaemin dan Haechan pulang bersama' saja. Hatinya hanya sedikit sakit, hanya.

"Yaudah ayo"
Hah!! Seriusan?? Renjun beneran mau pulang bareng??!! Batin jeno berteriak senang. Senyum cerah lalu menyusul Renjun menuju parkiran.
.
.
.
.
.
.

Hening. Kondisi didalam mobil hanya hening dan canggung. Renjun dengan pikirannya dan Jeno dengan konsentrasinya ke jalanan.

Renjun ingat hari ini ulang tahun ibunya.
"Jeno-ssi" terdiam sebentar untuk melihat reaksi Jeno. Setelah mengetahui Jeno memperhatikan
"Apakah hari ini sibuk? Bisa temani aku ke mall? Ada yang ingin dibeli" cicitan Renjun yang di setiap kata itu mengecil tapi jeno masih bisa mengerti apa yang diucapkannya.

Jeno terdiam cukup lama "Ahh..oke"
Hanya itu yang mampu terucap oleh mulut Jeno, semua ucapan syukur dipanjatknnya di batin saja. Renjun yang melihat Jeno hanya tersenyum kecil.
.
.
.
.
.
.
.

Jaemin menggigit bibir, merasa khawatir terhadap gadis dihadapannya. Tanpa pikir panjang saat melihat Haechan menangis ia langsung memeluknya dan mengantarkannya ke uks. Bahkan saat Haechan minta membolos bersama pun ia lakukan.

Jaemin masih meneliti mengapa gadis  dihadapannya masih saja terisak. Jaemin tak tega, sungguh saat melihat seorang menangis Jaemin membayangkan itu adalah Ibunya atau Renjun. Maka dari itu kemarin saat Lami menembaknya dengan air mata malu dan takut tertolak ia langsung menerima. Padahal ia masih sedih setelah putus dari Ryunjin.

Helaan napas Jaemin membuat Haechan mendongak.
"Maaf menyusahkan hiks..hiks.."
"Tak apa. Hapus dulu air mata lo Chan"

Tangan Jaemin meraih wajah Haechan dan menghapus air mata Haechan dengan lembut, seolah-olah takut Haechan akan menangis lagi. Haechan hanya diam, jadi ini alasan semua cewek klepek-klepek sama lo jaem? Seriusan untung gue waras buat bedaain, batin Haechan.

"Mau cerita? Anggep gue diary berjalan buat lo Chan" seolah tersihir Haechan hanya mengangguk.

"Gue...ada orang yang gue taksir sejak dulu Jaem. Tapi orang itu jauh dari gue dan gue enggak berani ngikis jarak itu. Gue berharap aja dia nggak tau apa-apa sampek kapanpun. Tapi takdir kok nyebelin banget jaem...seenak jidatnya tuh takdir buat orang yang gue taksir deket sama orang yang gue sayang. Awalnya enjoy aja soalnya yakin rasa gue bakal luntur..tapi ternyata salah rasa  gue tambah subur kayak.." Haechan menangis dan menghapus air matanya lagi. Jaemin memberi senyum teduh terbaiknya.

Coklat Keju || NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang