makan malam keluarga ditambah Gea adalah hal yang paling Brian syukuri saat ini. sejak awal tahun, Brian jarang dirumah. komunikasinya dengan keluarga ataupun Gea hanya bisa dilakukan secara virtual. sampai desember tahun lalu, studio merupakan tempat bermain Brian, dan sekarang berubah posisi menjadi rumah kedua Brian. lebih dari tiga kali dalam seminggu Brian tidur di studio, kadang terpaksa tidak tidur.
melelahkan, tapi Brian bangga. lagu-lagu ciptaannya yang dulu hanya di dengar sebagian orang, kini bisa diakses oleh siapapun dari penjuru dunia berkat koneksi dan promosi dari label musik yang ia naungi. Brian dan jajaran teman band nya, bukan lagi berdiri di panggung pensi sekolah. tapi panggung venue besar di berbagai kota.
"tour pertama kamu mulai kapan, Mas?" suara ayah Brian terdengar ditengah hangatnya acara makan
"Juli, pah"
"Gea nggak papa ditinggal tinggal Biyan terus?"
"nggakpapa, Om. Gea juga seneng kok, Biyan bisa manggung di luar kota, bahkan luar negeri kayak sekarang"
seperti yang keluarga lain mungkin lakukan, setelah selesai makan, mereka masih duduk di kursinya masing-masing. perbincangan ringan yang diselingi candaan juga masih ada disana tanpa putus.
"Gea tahun depan sudah lulus kuliah kan?", tanya Mamanya Brian dengan lembut
"iya tante, doain Gea ya"
"iya, tante doain semoga skripsinya lancar"
"pasti lancar, Ma. Gea mau daftar schoolarship di Stanford, loh, Ma" saut Brian dari depan kulkas "mau buavita nggak, Ge?"
"kenapa ambil Stanford, Ge?" suara Ayah Brian ikut menyahut
"pengen aja, om. biar kayak kakaknya Gea"
"itu cita-cita Gea dari lamaaa banget, pah" Brian ikut duduk disamping Gea dengan segelas buavita yang ia sodorkan untuk Gea, "sampe ngeprint logonya Stanford terus di tempel di binder"
"Mas nggak mau lanjut kuliah kayak Gea? kalo mau, nanti Gea bantuin. Mama nggakpapa loh kalo Mas mau"
Brian menggeleng, "kalo kuliahnya di Stanford, ngebandnya susah, Ma"
"ya udah. Mama nggak maksa"
"Gea, nanti kalo ada kesulitan bilang aja sama Om, kebetulan temen Om juga anaknya ada yang kuliah di Stanford"
Gea mengangguk menanggapi. senyum hangatnya terpancar untuk kesekian kali. disampingnya, ada Brian yang dipenuhi rasa syukur karena ada Gea yang hadir di hidupnya. rasanya lengkap.
Brian sudah cukup dengan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The story we need to let go
Fanfictionevery story have an end. and we need to let go to forgive, but not forget.