25 april 2013

58 15 7
                                    

Brian Adhitama —yang kerap di sapa Biyan di kalangan mereka, masih belum bosan berdiam diri di studio band bersama ke empat teman lainnya. Jevan, yang kini memilih duduk di sofa dan berpangku gitar, mendadak hilang fokus saat salah satu ponsel berbunyi cukup nyaring dari sudut ruangan.

"bang Bi, kayaknya hape lo deh?", kata Dean dibalik drum set nya. tanpa di beri komando, Wildan mengambil ponsel Brian yang ada di dekat stop kontak piano.

Geasha

semua orang tau siapa yang menelepon Brian hanya dari raut wajahnya saja. Brian bahkan langsung meninggalkan bass-nya dan keluar ruangan untuk menerima panggilan dari orang favoritnya. kata Brian, Gea itu priotitas.

"kamu masih latihan?" kata perempuan itu dari seberang telepon

"iya, kenapa Ge?"

"aku pengen liaaat, boleh nggak?"

"boleh, kamu dimana?" senyum Brian semakin mengembang, "aku jemput aja?"

"nggak usaaah, aku nebeng Nabila, kok. sekalian dia pulang"

"okeeey, hati-hati, Ge"

***

selang dua puluh menit kemudian, pintu studio di buka dan memunculkan gadis cantik dengan senyuman khas miliknya. surai panjangnya di ikat tinggi membuat pipinya terkesan lebih lucu.

"bocil ngapain?", Jevan yang berdiri paling dekat dengan pintu, sontak langsung menatap gadis itu. pertanyaannya hanya direspon cengiran sambil mengangkat tangan kanannya tinggi tinggi, menunjukkan bahwa ada sesuatu yang ia bawa.

"makanan ya, Ge? apaan?"

"kata Biyan, kak Sena pengen order donat nggak sempet mulu. jadi tadi aku mampir sekalian"

"ih Gea! sering-sering, ya"

karena kedatangan Gea dan donatnya, latihan berhenti sejenak. Dean menghela napas lega karena kedua tangannya sudah hampir mati rasa berkat latihan dari pagi. masing-masing dari mereka mengeluarkan keluh kesahnya dengan bangga, bukan karena mereka tidak semangat, justru karena mereka mengapresiasi kerja kerasnya dengan bahagia.

"Ge, kalo kita udah terkenal nanti, terus bikin album, nama lo yang pertama ada di lembar terimakasih kita" Jevan menelan sisa donat di mulutnya, "nama lo ntar paling gede, GEASHA, lebih gede dari tulisan terimakasihnya"

"kenapa, Je?"

"soalnya kalo nggak ada lo, kita semua udah mati kecapean latihan. kata Sena kalo istirahat mulu nggak sukses-sukses"

"iya, padahal kan istirahat juga agenda dari latihan"

"ya kalo istirahatnya nggak keterusan, mah, nggakpapa. lu semua kalo istirahat sampe gue punya cucu juga gak kelar-kelar istirahatnya" ungkapan Sena dibalas gelak tawa dari yang lain.

Gea memperhatikan mereka semua satu persatu. mulai dari Brian, yang dulu hanya sekedar kakak kelasnya di SMA, sekarang sudah berganti status menjadi pacar sejak tiga tahun yang lalu. kemudian ada Jevan dan Wildan yang merupakan teman satu tingkatnya, Dean yang dulunya adik kelas Gea, dan Sena yang ia kenal sebagai ketua osis sekaligus teman sekelas Brian saat mereka sama-sama dibangku SMA.

sedikit orang yang tau bahwa Gea bersyukur bisa bertemu orang-orang seperti mereka. Gea sangat bersyukur dan selalu mendoakan kesuksesan dari masing-masing mereka. bagi Gea, mereka semua adalah keluarga kedua.

dan Gea harap, mereka juga merasa begitu

The story we need to let goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang