0.3 Perasaan

13 5 3
                                    

Happy Reading😇
Jangan lupa sehabis baca kasih vote and comment nya yaa?
Boleh kan?! Boleh dong!

*****

Sore ini, langit sangat terasa terik. Matahari yang sedang bersalam akan kedatangan senja, tentu saja di sambut banyak pasang mata.

Rabell dan sahabatnya tengah duduk di kursi taman sembari menunggu senja yang sebentar lagi akan datang. Mereka sedang berduduk-duduk santai sambil tertawa ringan. Bahagia itu mudah ya? Hanya seperti ini saja sudah membuat mereka bahagia. Kebersamaan, hanya itu kuncinya.

Tring!! Tring!!  Tring!!

Rabell dan ketiga sahabatnya saling melempar pandangan. Pasalnya nada ponsel mereka memang sama, itu suatu kesengajaan yang memang mereka rencanakan. Lucu bukan? B aja tuh bu!!

Mereka semua memeriksa ponsel mereka masing-masing. Ternyata, bunyi itu berasal dari ponsel Rabell. Gadis itu tersenyum kikuk sebagai tanda maaf, namun mereka tak merasa jika Rabell salah, lagi pula nada panggilan mereka memang sama. Untuk apa menyalah kan yang lain? Toh, itu pun kemauan mereka.

Rabell melihat kontak yang memanggilnya, ternyata itu kakaknya.
Rabell menekan tombol hijau, dan me- loudspeaker panggilan itu. sengaja pikirnya. Sengaja agar Diva menjadi penasaran. Karena sudah sejak lama sahabatnya yang satu ini diam-diam menyukai kakaknya. Memang Diva tidak pernah jujur akan perasaannya, namun tingkah lakunya sudah menjawab semua pertanyaan yang ada.

Halo Bel?
Tanya di sebrang sana.

Saat mendengar suara itu, sontak Diva menoleh ke arah Rabell. Sedangkan Firly dan Evrina, mereka hanya menyimak.

Iya, kenapa kak?

Lo dimana?

Di taman.

Sama siapa?

Sama tiga curut.

Jangan pulang malem-malem!, nanti ada acara makan-makan di rumah tante Vanka.

Iya.

Tut!!

Panggilan itu di putuskan oleh Aribian.

Setelah mengangkat panggilan dari Aribian, Rabell tersenyum manis kepada tiga sahabatnya. Sedangkan yang lain, mereka hanya saling bertukar pandang.

"Udah gila ya? Senyum senyum nggak jelas! " tegur Diva, geram.

"Nggak, gue waras total. " jawab Rabell, santai.

"Terus kenapa lo?! " sentak Evrina, bingung.

"Tau dih! Masa ada yang lebih gila dari gue, itu nggak boleh!! Nggak ridho gue! " jelas Firly. Aneh sekali, lagi pula mana mungkin ada orang yang ingin menjadi gila. Bodohnya nggak ketulungan ya.

"Gue tuh kasih kode ke Diva, DODOL!! LO SEMUA!!" jelas Rabell, geram. Pasalnya diantara mereka tidak ada satupun yang paham akan perihal tadi.

"Dih, kok gue?!" tanya Diva, kesal. Di sisi lain, Evrina dan Firly hanya menyimak. Taku-takut jika nantinya dirinya akan menjadi sasaran empuk atas kemarahan Diva dan Rabell. Mengingat Diva adalah tipe orang yang sangat mudah sekali tersulut emosi, bisa menjadi singa betina jika dalam mode marah. Tak jauh beda dengan Diva, Rabell pun juga sangat mudah tersulut emosi. Jangan marah-marah mulu pok! Entar tua!! Ekekekek.

False HopesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang