🍁Prolog🍁

52 7 15
                                    

Sore itu, Kala matahari tengah lelah menyinari para penghuni bumi. Sepasang kaki jenjang itu berjalan menelusuri bibir pantai dengan linglung. Ditemani dengan surai ombak yang selalu berdatangan tiada hentinya. Dan angin yang tak kenal lelah menerbangkan rambut sang pemilik kaki jenjang itu. Turut menemani kemana pergi Sang pemilik rambut yang Ia terbangkan.

Dia adalah Lara. Ya, Si pemilik kaki jenjang yang kita ceritakan sedari tadi.

Sekelebat ingatan Lara berputar kembali seperti film yang di set ulang yang meminta untuk di putar ulang.

Flashback on

"Ayah liat deh istana Ara bagus banget kan" Seru Anak kecil itu dengan mata yang berbinar-binar menatap sang Ayah yang berjalan menuju kearahnya.

"Wah... Ara jago banget buat istana" Puji sang Ayah sembari menghampiri putrinya yang sedang bersimpuh di pasir putih pantai itu.

"Siapa dulu dong Bundanya " Ujar sang Bunda duduk diatas karpet tak jauh dari tempat Ara dan Ayahnya.

"Anak Ayah nih, Bukan Anak bunda" Kata Ayah dengan nada yang dibuat-buat.

Flashback off

Puftt..
Lara meringis mengingat masa-masa itu. Masa dimana Lara tertawa lepas tanpa perlu tau sekejam apa dunia diluar sana.

Karena Lara rasa Ia sudah berjalan terlalu jauh. Ia mendudukkan dirinya sembari menatap cakrawala di hadapannya.

Lara mendengus, lagi lagi Ia teringat kejadian itu. Hal yang membuat Lara benci untuk mengunjungi tempat ini.

Tapi Di sisi lain, Hanya tempat ini yang mampu membuat rindu Lara kepada orang tuanya sedikit memudar.

Selalu.

Lara dihadapkan kepada dua pilihan yang sulit.

Ah sudahlah.

Lebih baik Ia menikmati masa-masa ini dibandingkan harus memikirkan hal-hal yang selalu membuatnya sakit kepala.

•••

Dua orang pria berbadan tegap dengan balutan tuxedo itu. Berjalan menghampiri Lara.

"Nona, hari sudah mulai gelap. Sebaiknya kita segera kembali ke rumah" Ujar salah satu pria yang datang meng hampirinya.

"Tunggu sebentar" Jawab Lara dengan lembut kepada para pria itu.

"Kalau begitu kami menunggu di mobil Nona" Kata pria itu sembari beranjak dari sana. Untuk memberikan waktu sebentar lagi kepada Sang majikan.

Tak lama setelah kedua pria itu pergi. Lara pun mulai beranjak dari pijakannya.

Sesaat Ia berhenti di tempat. Dan berkata "Mungkin untuk sementara aku tidak akan menampakkan diri ketempat ini" Katanya dengan lirih.

Bukan tanpa sebab Lara mengucapkan kalimat itu. Ia hanya ingin sedikit saja menikmati hidupnya. Tanpa perlu dihantui rasa bersalah.

Ia hanya ingin hidup seperti orang-orang diluar sana.

Ia juga ingin tertawa lepas.

Dan Ia bertekad untuk mencari kebahagiaannya. Bagaimana pun caranya Ia harus mendapatkannya.

Mencari seseorang yang mampu menghidupkan kembali sinar dimata Lara yang telah lama redup, Senyum di bibir ranum itu yang telah lama lenyap, Dan hatinya yang telah lama dipenuhi dengan kehampaan.

Seseorang yang akan membuatnya kembali mengenal apa itu kasih sayang, cinta, dan harapan.

Yah, Lara hanya ingin merasakan itu. Meski hanya sebentar saja.

Tuhan biarkan Aku memiliki itu di hidupku kali ini.

Dan untuk pertama kalinya setelah kejadian yang menimpannya, Lara- si Gadis rapuh itu meminta kepada Sang pemilik Semesta sesuatu yang selama ini telah hilang dalam dirinya.

Berharap kembali.

Di titik inilah Lara sekarang.

Lara pun melanjutkan jalannya yang sempat terhenti itu ke arah dimana sebuah mobil SUV yang terparkir tidak jauh dari tempatnya berpijak saat ini.

Dan di mulai dari sinilah cerita Lara yang memulai mencari obat penawarnya.

•••

Maaf yah, masih Amatiran soalnya:)
Semoga kalian suka.

Jngn lupa ninggalin jejak yah.

Salam manis dari pluto•

ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang