🌹: pindah rumah

1.8K 246 18
                                    

“IIH MBAK JUGA BAWA DONG!”

Jae dan Wendy reflek nengok ke sumber suara yang tak lain adalah kedua anaknya yang ribut nentuin siapa yang angkat box lumayan besar ke atas truck.

Oh my god, ngalah kenapa sih sama cewek!” Kali ini Somi ikut menghiasi pendengaran orang tuanya dengan suara tinggi.

“Ck.”

Seolah-olah kaya super hero, Renjun yang baru aja turun dari tangga langsung ngangkat box yang jadi inti perdebatan adik-adiknya itu.

Wendy cuma gelengin kepalanya disamping Jae yang berdiri sambil nahan ketawa.

Renjun yang jalan ngelewatin orang tuanya itu pundaknya ditepuk halus sama Wendy.

“Sabar, Mas,” ucap Wendy lalu dianggukin sama Renjun.

Barang-barang tersusun rapi di atas truck, keluarga Park itu masuk ke mobil dan ngikutin jalannya truck menuju rumah baru mereka.

Di dalam mobil tentunya Jae play music dari Spotify dengan volume keras-keras ditambah teriakannya yang sujud syukur, merdu.

Somi yang tingkahnya memang nurun dari Ayahnya itu dengan senang hati buka tenggorokannya lebar dan sahut-sahutan dengan teriakan Jae.

Lalu Renjun cuma masang aidpod-nya dan klik tanda panah di samping handphone-nya kuat-kuat. Sementara Jisung yang notabenenya pelor cuma merem di jok belakang tanpa keusik sama suara Mbak dan Ayahnya.

Bunda? Bagian milih lagu.

🌹

“Wow... Adek gak tau bakal sebesar ini...” Jisung nutup mulutnya, mendukung kalimat takjub yang barusan dia ucapin.

“Ayah kira cuma besar aja, gak besar banget,” ujar Jae lalu pandang sekeliling taman depan rumah.

Somi ditemani Renjun udah keliling di pekarangan depan dan berhenti di ayunan deket kolam ikan.

“Sabi nih buat pacaran,” celetuk Renjun lalu duduk di atas ayunan.

“Gue bilangin Ayah nih Mas,” ancam Somi.

“Lo tau? Gue baru seminggu putus sama Shuhua udah disuruh cari cewek lagi sama Ayah.”

“Curang banget anjir? Gue ijin jalan sama Guanlin aja kudu seminggu sebelum berangkat???”

“Lo cewek sih.”

“DIH?! KOK NYALAHIN KODRAT?!”

Setelah perdebatan 'kecil' itu, Renjun dan Somi balik ke pintu depan karena suara Wendy udah menggelegar minta dua anaknya itu masuk ke dalam rumah.

Gladly, rumah udah bersih dan tinggal nata barang-barang dari rumah lama. Tiga bersaudara itu naik menuju lantai 2 dan milih kamarnya masing-masing. Setelah itu, mereka turun lagi dan rapihin barang-barang.

🌹

“NGAPAIN NANGIS?!” teriak Wendy waktu masuk ke dalam kamar anak gadisnya dan ngeliat Somi dengan mata sembab.

“Huhu Mbak nangisin episode 1 sama 2-nya Itaewon Class, huhu.”

“Hadeh, Bunda kira kamu kenapa...”

“Kenapa Bun? Kok naik?” tanya Somi lalu bangun dari posisi tengkurapnya.

“Turun, Ayah abis delivery.”

“Pasti MCD lagi.”

“Ya tau lah Ayah.”

Somi pun turun bersama Wendy yang jalan di depannya menuju ruang tamu yang baru terisi sofa sama TV. Jae baru goleran di atas karpet yang dipasang asal sambil nonton Netflix.

“Kok gak di sofa aja Yah,” ucap Somi lalu lesehan di sebelah Jae.

“Kan buat duduk. Kamu di sofa aja sana di bawah dingin.”

Hari ini cuacanya emang sedikit dingin, ditambah diluar baru hujan sejak beres-beres masukin barang ke dalam rumah.

“Mas mana?” tanya Wendy yang habis bilas alat-alat makan ke Jisung yang baru aja turun.

“Tidur kali, Adek udah gedorin pintunya gak dibuka-buka.”

“Bangunin Yah,” ujar Wendy.

“Mager Bun. Kamu aja sana.”

“Si Mas kalo aku yang bangunin malah tambah merem, kalo sama kamu kan langsung melek.”

“Maksudnya gimana ya tolong, apa ini salah satu bentuk penghinaan?”

“Apasih ah, udah sana cepetan.”

Mau gak mau Jae harus bangun dan bangunin anak sulungnya itu.

“Mas bangun,” ucap Jae lalu duduk di space kosong sebelah Renjun.

Betul kata Wendy, Renjun langsung bangun. Padahal Jae belum jadi nepuk badan Renjun. Begitu Renjun bangun dan duduk di tepi kasur, Jae bergerak buat meluk anaknya dari belakang terus diuyel-uyel.

Jae suka banget kasih Renjun serangan tiba-tiba seperti ini. Karena diantara ketiga anaknya, Renjun ini anaknya yang paling sok sibuk dan sok gak mau dimanja. Padahal aslinya gak begitu, Renjun seneng banget kalau udah dikasih afeksi sama orang tuanya.

“MBAK MAU IKUTAN PELUK JUGA!”

“ADEK JUGA!”

“Bunda gak diajak nih? Gak asik banget.”

Secret VitaminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang