🌹: my insecurities, not yours

978 132 8
                                    

Enak ya jadi anaknya Pak Jae; Pak Jae kan kaya makannya Somi bisa banyak tingkah; Renjun enak ya kalo minta apa langsung diturutin; Jisung mah makan harus yang mahal kalo gak nanti dimarahin Ayahnya; Lu mah ban mobil bocor yang diganti semobilnya sekalian.

Capek gak sih jadi orang kaya? Banyak yang bilang jadi orang kaya pasti gak akan capek dan bahagia terus. Sepertinya gak sama sekali berlaku di keluarga Park. Karena nyatanya sumber kebahagiaan keluarga berasal dari masing-masing anggota keluarga itu sendiri.

Didikan Jae dan Wendy yang menerapkan tiga kata terpenting dalam hidup; tolong, terimakasih, dan maaf. Sepertinya berhasil bikin mental-mental anaknya kaya gini, coba cek rapot trio Park lalu amati dengan seksama bagian nilai sikap. Bakalan penuh dengan nilai A dan mentok paling jelek itu B+; ya karena masing-masing dari trio Park ada tingkahnya sendiri.

Selain itu, Jae dan Wendy adalah orang tua paling suportif sekaligus idaman anak-anak lain. Baik Renjun, Somi, ataupun Jisung kalau mau mengembangkan hobi orang tua mereka bakalan berusaha penuh buat memberi fasilitas yang terbaik.

Sore itu, seluruh keluarga berencana buat jalan-jalan sekaligus hunting makanan street food karena sang Ketua Dapur alias Wendy lagi mager aja buat masak. Jae dan Wendy, Renjun, sekaligus Jisung udah rapi dan wangi. Mereka masih nunggu Somi yang masih belum kelar juga siap-siapnya.

"Yah, kemaren aku liat Miss K di pohon Jambu samping pertigaan," celetuk Renjun kepada Jae yang lagi nali sepatu converse-nya.

"Terus kamu ajak ngobrol gak?" respon Jae.

"Ya gak ngajak ngobrol juga sih, aku cuma lewat aja terus ya udah liat dia," ujar Renjun.

"Ya siapa tau kamu ajak ngobrol kaya waktu kamu ketemu Uwo di deket pecel lele rumah lama," ledek Jae yang langsung ditabok sama Renjun.

"Iya anjir, lo Mas kurang ajar banget ngajak omong dia. Mentang-mentang gue gak bisa liat terus lo godain," protes Jisung yang sebenernya punya bakat serupa tapi lebih milih buat ditutup sejak kelas 5 sd.

"Mbak mana sih kok lama banget." 

Setelah satu kalimat protes tadi keluar dari mulut Jisung, Somi keluar dengan bau parfum yang langsung menyeruak ke seluruh hidung manusia di teras.

"Mbak kamu pake parfumnya Bunda yang di deket cermin ya?" tanya Wendy.

"Iya hehe," bales Somi disusul dengan ketawa, "ih asik banget Ayah sama Bunda menjadi ABG."

Mata dua anak yang lain otomatis natap kedua orang tuanya. Ada Jae yang pake kaos dilapisi denim jacket dengan celana jeans pendek, Wendy pake crop top yang juga dilapisi jaket denim warna lebih muda dengan celana jeans sobek-sobek. Sepatu mereka berdua pun kembar.

"Udah ayo berangkat," ajak Renjun, "nanti keburu kemaleman sampe sana."

Jae, Renjun, dan juga Somi pun segera jalan menuju garasi. Sisanya nunggu di depan sambil bukain pintu gerbang karena Pak Lee baru pulang kampung. Gak lama tiga orang yang ambil motor udah keluar, dua orang yang nunggu pun langsung naik ke atas motor dengan formasi Jae-Wendy tentunya, Renjun-Jisung, dan Somi sendiri.

Tolong jangan heran kalau Somi sendiri, dia itu preman walaupun masih bayi di hadapan Ayah, Bunda, dan Masnya. Setelah jalan kurang lebih 40 menit karena tadi macet sedikit, akhirnya mereka sampe di tempat tujuan. Beres parkir, langsung deh tuh kebagi jadi dua kubu. Alias Jae dan Wendy yang curi-curi kesempatan buat pacaran lagi dan trio Park yang pergi ke arah berlawanan.

"Gue BM telur gulung please," tutur Somi dengan tangan yang gandeng Jisung di kiri dan Renjun di kanan. 

"Ya cari," jawab Renjun sambil mengedarkan pandangan cari pedagang telur gulung.

Secret VitaminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang