Agatha sampai dirumah. Agatha masuk pintu rumahnya. Menuju kamar,bermain dengan Ateng dan ritual terakhir adalah mandi.
Setelah selesai mandi, Agatha pergi ke dapur. Niatnya sih ingin cari makan. Dan benar, dimeja makan ada makanan.
Tapi disana juga ada kakaknya, mau apa lagi, karna laper, ya apapun dilawan. Agatha akhirnya makan.
Saat sendok dan garpu beradu, ayah Agatha pulang. Dan mengganggu selera makan Agatha.
"Lho ndre, kok udah pulang. Katanya bakalan pulang telat." Ayah Agatha tak jadi kembali ke kamarnya, malahan ia ikut duduk dimeja makan.
"Iya pa, dari tadi kok. Gak jadi ada acara. Males."jawab Agatha.
"O...malahan papa yang telat."
Mereka berdua tertawa sendiri. Sedangkan Agatha merasa tak dianggap disana.
"Oh ya, Ndre. Gimana? Kata kamu hari ini pengumuman semesteran." Tanya Ayah Agatha.
"Papa kayak nggak tau aja. Ya kan dek."Andre melempar perkataan pada Agatha, seakan akan ingin Agatha memberitahu bahwa Andre lah yang paling berhasil, paling pandai, paling paling.... dibandingkan dengan Agatha.
Agatha hanya diam dan tak ingin merusak selera makannya yang telah rusak.
"Yaaaa, papa tau lah. Anak papa kan paling pinter. Penerus bisnis papa, penerus Aryo Prahadi. Pengusaha properti ternama dinegri ini. Papa bangga sama kamu, Ndre." Perkataan ayah Agatha tadi cukup membuat kuping Agatha semakin memanas.
Agatha memilih untuk membawa piring makanannya ke dalam kamar.
"Anak kebanggaan kamu, Ndre. Nggak kayak adik mu itu. Cuma bisa ngrusak nama baik papa aja." Ucapan ayah Agatha masih terdengar oleh Agatha, karna langkahnya belum terlalu jauh. Dan masih bisa mendengar jelas ucapan ayahnya itu.
Agatha mampir dulu ke dapur, niatnya sih ingin makan disana saja.
"Bik, Agatha pengen tau deh, bibik kerja disini sejak kapan sih?"tanya Agatha pada Bik Imas, pembantu dirumahnya.
Agatha mengurungkan niatnya kembali ke kamar. Ia memilih untuk makan didapur dan berbincang dengan Bik Imas yang sedang mencuci piring didapur.
"Sejak non Atha umur 2 tahun, non." Jawab Bik Imas.
"Bibik yakin kalo aku anak kandungnya Si Aryo Prahadi.?" Pertanyaan Agatha cukup membuat Bik Imas kaget.
"Ck, aku ni ngomong apaan, sih. Yaudah bik. Makan bareng yuk." Agatha tak jadi melanjutkan perkataannya.
"Hah, non Atha makan sama saya?" Tanya Bik Imas.
"Yaiyalah bik, masak makan sama meja. Udah gk usah sungkan. Selera makan saya udah rusak, jadi saya berusaha memperbaikinya." Jawab Agatha.
"Saya udah makan kok, non" Bik Imas tersenyum.
"Yaudah lah, kalo gitu, aku makan dikamar aja. Sama si Ateng. Oh ya, udah dikasih makan belum si Ateng?" Tanya Agatha.
"Udah kok, non" Jawab Bik Imas.
Agatha membawa piring nya kekamar.
Sebegitu buruk kah Agatha sampai tak ada manusia satu pun yang mengerti dirinya.
Makan malam selesai. Agatha berniat ingin mengambil minuman dingin dan snack didapur.
Bukannya hal menarik yang ia jumpai, malahan ya... perbincangan antara 'penerus' dengan yang akan diteruskan. Yup, ayah dan kakak Agatha.
KAMU SEDANG MEMBACA
No! I Don't Care (REVISI)
Teen Fiction♡♡♡♡♡♡♡♡♡ My Dady is My Hero... Ucapan yang telah lama basi bagi gadis berperawakan tinggi, dengan kulit sawo matang, namun manis itu. Yap, ucapan itu tak berlaku lagi baginya. Persaudaraan dan rasa saling menyayangi satu sama lain, seharusnya lebi...