Setelah pergi dari teater itu, Revan mengantarkan Zea pulang dengan sepedanya.Cukup romantis, Zea mengalungkan tangannya di leher Revan. Karena sepeda Revan bukan tipe sepeda yang ada tempat duduknya dibelakang, jadi Zea berdiri. Apa itu namanya?, entah lah saya lupa.
Revan mengayuhnya dengan penuh semangat, mereka melintasi jalanan ibukota, menikmati jalanan yang ramai dengan lalu lalang mobil, hingga akhirnya sampai di rumah Zea.
"Van, makasih ya." Zea yang baru turun, berusaha merapikan pakaiannya.
Tanpa Zea sadari, beberapa helai rambutnya menutupi wajahnya.
Ia merasakan ada yang mengusap wajahnya. Yup, itu tangan Revan, ia merapikan rambut Zea.
"Eh, Van" seketika Zea langsung mengambil alih posisi tangan Revan.
Revan hanya tersenyum,
"Kamu cantik" Ucap Revan seketika membuat pipi Zea memerah, karna sudah tak tahan menahan malu pada Revan, Zea akhirnya masuk rumahnya.
"Zea....nanti malem aku jemput yaaa,"Teriak Revan yang melihat Zea masuk pintu." Tenang aja, aku bawa motor kok, gak mungkin bawa nih si beki" tunjuk jari Revan pada sepeda barunya yang bernama Beki.
Zea yang sudah berada diambang pintu, melempar senyuman malu malu pada Revan, kemudian masuk kedalam rumah.
Yess.....
Revan sangat bersemangat, ia lalu mengayuh sepedanya dengan penuh rasa senang dan semangat.
Hingga ia tiba dirumah. Langsung masuk ke kamarnya dan tak berhenti berjingkrak jingkrak.
Ibunya Revan melihat anaknya yang seperti orang tidak waras, ia lalu menemui Revan dan masuk ke kamar anaknya itu.
"Astagfirullah......" mengelus dada.
"Hei.....!!!!" Ia memukul pantat anaknya yang digoyangkan seperti orang yang sedang goyang ngebor.
"Ya allah.....kenapa kau jadikan anak hamba seperti ini, ya Allah...."resah ibu Revan.
Revan tak bersuara dan masih jingkrak jingkrak sambil bergoyang.
"Kamu ni kenapa sih, Van?" Tanya ibu Revan, Bu Asih namanya. Ia menarik tangan anaknya.
"Oh....my sweety......my beuty....my young....young.....young....mother....." Revan menekuk kakinya seperti anak muda yang ingin menyatakan cintanya.
Dengan sigap, Bu Asih menepok jidat Revan membuat Revan meringis kesakitan.
"Ibuk, apaan sih" Revan kembali berdiri.
"Kamu yang apaan, young mother young mother, kamu kira ibuk gk tau artinya, hah?" Bu Asih kembali memukul pantat Revan.
Revan tersentak, ia lalu menjelaskan pada ibunya itu.
"Buk, maksud aku bukan gitu, buk." Jelas singkat Revan yang terpotong perkataan ibunya.
"Bukan gitu bukan gitu, kamu mau bapak mu kawin lagi, dan punya mama muda, hah?" Bu Asih semakin kesal.
"Ya enggak lah buk"Jawab Revan.
"Punya ibuk satu aja ribetnya minta ampun"Revan berguman.Tapi ibunya mendengar perkataan Revan.
"Apa kamu bilang, yang keras kalo ngomong." Bu Asih kembali memukul Revan.
"Enggak buk, enggak, Revan gak ngomong apa apa kok." Revan menelangkupkan tangannya meminta ampun.
"Jadi, Revan tuh lagi seneng, buk. Karena, malam ini....hehe Revan mau....berangkat kepesta bareng Zea." Revan ngomong dengan gaya penuh malu dan cengengesan sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
No! I Don't Care (REVISI)
Teen Fiction♡♡♡♡♡♡♡♡♡ My Dady is My Hero... Ucapan yang telah lama basi bagi gadis berperawakan tinggi, dengan kulit sawo matang, namun manis itu. Yap, ucapan itu tak berlaku lagi baginya. Persaudaraan dan rasa saling menyayangi satu sama lain, seharusnya lebi...