1.prolog

99 13 7
                                    

Cahaya pagi telah menampakkan sinarnya. Embun pagi pun berhamburan di atas rerumputan.Dedaunan hijau turut basah tersiram air hujan semalam. Nampak seorang gadis remaja di balik gorden kamar. Memandangi sebuah album foto yang sedari tadi di genggamnya. Jelas terlihat seulas senyum terukir d bibirnya. Pagi ini hanya suara kicauan burung yg menemani kesendiriannya. Dengan segelas cappucino hangat yang hampir membiaskan segala fikirannya. Jari yang terus menggores tinta pada lembar demi lembar kertas. Seakan melepas segala kerinduan yang sangat mendalam. Begitu malangnya nasib sang gadis. Ibundanya telah kembali pada pangkuannya. Setelah 7 bulan melawan penyakit kronis yang di deritanya. Sungguh waktu yang tak singkat. Lepas begitu saja dari perempuan hebat sang perajut mimpi dalam hidupnya. Meski ada seorang papa d sampingnya yang juga menjadi alasan perajut mimpi hebatnya. Tapi hal itu dirasa barbeda dengan seorang ibundanya. Papanya adalah seorang direktur utama salah satu perusahaan sukses d ibu kota. Hal itu menjadikan sang papa jarang menemaninya d rumah. Hanya soal bisnis ,bisnis dan bisnis yang di gandrunginya. Entah taukah seorang ayah jika melihat anak gadisnya rapuh akan kerinduan pada sosok ibunda tercintanya.

💓 ________💓__________💓____________

"Hil,, mau pindah sekolah kemana udah ada rencana belum?"
Tanya sang papa. Hilzah yang menyantap sarapan paginya terhenti sejenak.

"Udah pah,, Rencananya sih Hilzah mau pindah ke SMA GARUDA".

Setelah kepergian bundanya Hilzah harus merelakan SMA TARUNA yang penuh dengan sejuta cerita dan harapan. Awalnya keluarga Hendro Baskoro yang tak lain adalah papanya Hilzah itu menetap di Bandung. Selang 2 bulan kepergian bundanya lantas papanya menetap di ibu kota. Selain untuk mempermudah bisnis juga salah satu alasan tuk mengubur segala kenangan. Banyak hal yang sangat terkenang di sana. Itu sebabnya ia dan anak semata wayangnya tak mampu membendung segala kepedihan yang di rasa.
Seusai sarapan Hilzah memang belum mempersiapkan dirinya untuk menjadi murid baru di SMA GARUDA yang terkesan elite dan siswa siswinya yang tergolong modis. Ia sungguh tak terbayang gimana nasibnya. Beradaptasi lingkungan baru bukanlah hal yang mudah baginya.

Tok... Tok ... Tok ...

Hilzah yang sedari tadi membayangkan betapa cupu dirinya di sekolah itu. Ia pun terperjap lalu membuka gagang pintu kamarnya.

"Eh elo Dev, gue kira siapa".

Hilzah memasang raut muka hambar ketika tau kalau orang di balik pintu adalah Devi. Devi berdecak kesal dengan expresi datar yang di tunjukkan Hilzah kepadanya.

"Elo itu ya hil, di datangi sahabat sendiri bukannya cipika cipiki kek apa gitu."

Seulas tawa kecil Hilzah tersungging Hinggah lesung pipinya terlihat.

" Ya elah Dev, kayak Lo nggak tau gue aja gimana orangnya".

Devi adalah sahabat kecilnya dulu yang kini tak lain adalah teman satu sekolah dengannya di sekolah barunya sa'at ini. Tak begitu miris nasibnya untung ada Devi dengan begitu ia tak perlu takut untuk beradaptasi di sekolah barunya.

"Lo tu Hil, dari dulu sampai sekarang masih aja sama jutek ,cuek, datar."

Hilzah yang menyruput segelas jus alpukat lantas tersedak.

"Hahahahah,,, ya gitu lah Dev emang gue mau berubah gimana lagi jadi powerenges?"

"Ye,, ya nggak gitu-gitu juga kali hil"

sahut Devi sembari merebahkan tubuh di atas kasur Hilzah yang nyaman, Devi melontarkan perntanyaan yang menurut Hilzah sungguh labil baginya.

" Eh iya hil ngomong-ngomong Lo udah punya pasangan belum? Apa gitu pacar, teman mesra atau pa kek".

Hilzah menoleh ke arah Devi dengan malas ia menjawab pertanyaan labil sahabatnya itu.

"Boro-boro Dev gue punya pasangan ngurusin diri sendiri aja belum becus apalagi ngurusin anak orang". Cletuk Hilzah

"Ya bagus deh kalo Lo belum punya pacar gue kan jadi ada temen jomblo".
Gumam Devi yang hanya di respon Hilzah dengan uluman bibirnya
"emm..."

"Dev keluar yuk cari perlengkapan buat besok." Rayu Hilzah pada Devi yang tengah sibuk memainkan telpon genggamnya.

"Hahahahaha ,,,,, Lo tu ya hil pake cari perlengkapan segala, kayak anak SD tau."

Ejek Devi sambil tertawa terbahak-bahak.

"Biarin kali dev kali-kali jadi anak rajin". Jawab Hilzah dengan nada tak terima atas cibiran sang sahabat.

_______💓_______ 💓 💓

"Kepergiannya tidaklah sebentar akan ada kerinduan yang mungkin sulit untuk di tuntaskan karena perpisahan adalah suatu keniscayaan"🍃
To:bunda Alina







Ma'af ya baru belajar nyusun kata2 dan peletakan paragraf jadi ya agak berantakan, silahkan kasih saran dan komentar kalian dan jangan lupa vote cerita ini 🤗

DREAM WILL TRUE COMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang