Jadi, Edgar ini sepertinya punya stalker gais.
Ketika Edgar pertama kali menceritakannya pada Bintang, dia bereaksi negatif dan agak agresif dengan mengatakan penguntit itu cuma buang-buang waktu ngestalking manusia model Edgar. Yang distalking sendiri pun nggak mengerti, kualitas apa yang ada dirinya yang mungkin dapat menarik perhatian si penguntit itu untuk ngestalk dirinya. Karena sejauh yang dia tau, tidak ada yang spesial dari dirinya.
Tapi, ada fakta lain yang bahkan Bintang sendiri harus mengakuinya, Edgar itu ganteng. Banyak yang ngebet sama dia dari SMA, baik dari kalangan wanita, pria, dan kombinasi keduanya; waria. Apalagi ketika Edgar tersenyum--yang mana jarang dia lakukan--lesung pipinya akan timbul. Membuat beberapa anak cewek dilarikan ke rumah sakit akibat serangan jantung atau tiba-tiba mereka sudah mengandung 8 bulan.
Tapi ya itu, Edgar menang ganteng doang. Dia malesan, lemot, dan otaknya itu random banget. Plus, dia itu sangat tidak romantis karena tidak punya pengalaman pacaran sama sekali.
"Jadi, berdasarkan faktor-faktor tersebut, kita telah tiba pada pertanyaan besarnya; kenapa? Kenapa stalker tersebut mengejar-ngejar Edgar yang hanya seonggok sampah yang dapat kita temukan di gorong-gorong dalam kehidupan sehari-hari? Sekian kesimpulan dari Karya Tulis Ilmiah saya, saya Bintang undur diri."
Beberapa detik kemudian, terdengar gemuruh nggak niat tepuk tangan dari beberapa orang yang sedang ngumpul di Abnormal, tempat nongki andalan mereka. Orang yang berkumpul itu ada Bintang; pelopor dan ketua dari Himpunan Mahasiswa Psikologi Mahatampan atau disingkat HANSIP MAPAN.
Kemudian ada Edgar; public relation mageran yang direkrut secara paksa ke dalam organisasi nyeleneh ini.
Javier; mahasiswa yang terlihat garang dan swag dengan tindikan padahal sebenarnya manis.
Tara; mahasiswa kurang kerjaan yang mau-mau saja diseret ke sekte sesat ini oleh Bintang.
Dan terakhir Oktava; mahasiswa suri teladan yang diracuni oleh bajingan Bintang.
Kesimpulan; Bintang adalah setan dibalik semua kontroversi ini.
"Ini masalah serius gayz, cepat atau lambat stalker ini mungkin bakal bikin Edgar celaka!"
Bintang mengetuk-ngetuk laptopnya dengan jari mencoba mendapat perhatian, tetapi semua terlihat cuek dan sibuk. Bahkan Edgar sendiri yang jadi topik utama malah anteng makan roti bakar.
Saat itulah, Okta berkata dengan bijak.
"Bi, Edgar itu cowok dia pasti bisa jaga dirinya sendiri. Lu kayanya terlalu berlebihan, dah."
"Hmm! Hmm! Gue setuju banget sedunia sama Okta!"
"Kapan sih, lu nggak sepaham sama Okta, Vier. Dasar maho."
"Apaansi lu Tara bagong, iri bilang bos."
"Eh ngelunjak ya lu, gue tampol mulut lu!"
"Hmm... roti bakarnya enak banget, ini pasti dibikin dari gandum pilihan dengan melalui proses sterilisasi bermutu sehingga menghasilkan koko krunch rasa jagung bakar yang sedap bila dicampur dengan jus mangga."
Bintang memijat pelipisnya, teman-temannya ini terlalu santai. Apalagi Edgar, yang baru saja membuat semua orang mingkem dengan dialog nggak masuk akalnya. Anak ini terlalu polos dan baik, Bintang tidak mau hal buruk terjadi pada sahabatnya itu.
Edgar menengadah, sama sekali tidak memerhatikan teman-temannya yang sekarang sedang adu bacot 1vs3 melawan Bintang. Matanya tiba-tiba bertemu dengan seseorang yang sedang melihat kearahnya. Orang itu duduk sendirian, dengan pakaian serba hitam dan topi hitam membuatnya tidak terlalu mencolok di keramaian kafe ini.