Prolog

295 29 2
                                    


Hening.

Keduanya bungkam, hanya terdengar suara kendaraan yang lalu lalang di sore hari itu.

Keduanya duduk dengan tatapan kosong, seolah menerawang jauh makna dari kata-kata yang diucapkan Ken tadi.

Apa jadinya jika mereka bersama? Apa harus salah satunya memilih? Apa mereka tetap bersama tanpa harus memilih?

"Lo tau filosofi tentang Teluk Alaska?"

Alea yang sedari tadi bungkam membuka kembali percakapan. Tatapannya masih menerawang jauh kedepan.

Ken menoleh menatap Alea. "Teluk Alaska? Berdampingan tapi tidak bisa bersama?" katanya.

Alea tersenyum samar matanya memanas menahan butiran air yang akan tumpah dalam satu kedipan saja.

Ken diam setelah menangkap maksud dari pertanyaan Alea.

Apa ini ujungnya?

Apa ini perpisahan diantara keduanya?

Apa mereka tidak bisa bersama dalam ikatan yang sah?

Apa mereka memang ditakdirkan seperti Teluk Alaska?

Mereka saling membutuhkan, menerima satu sama lain. Tapi apa ini akhir dari kisahnya?

Apa ia harus memilih?

Atau berjalan sesuai takdir?

*****

Prolognya aku ganti ya:)

Teluk Alaska [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang