Chapter:4

585 137 31
                                    

"Aku mohon lepaskan Elisa"

Tak berbasa-basi lagi begitu Hansel menghampirinya di lantai bawah, Alana langsung mengutarakan maksud kedatangannya. Saat matanya melihat Hansel masih memakai seragam sekolah, ia sedikit lega karena besar sekali kemungkinan bahwa Hansel tidak mengapa-apakan Elisa, setidaknya belum.

"Hah?" Hansel menaikkan alisnya sebelah mendengar ucapan Alana. Tau darimana Alana bahwa ia menyekap salah satu temannya? Ah apa dari yang satu lagi itu? Apa ia yang mengadu pada gadis ini?

"Aku mohon kak...kasihan Elisa...orang tuanya pasti sedang mencarinya" pinta Alana pelan. Kalau dapat Alana tak akan mau bersitatap lagi dengan siapapun itu yang beridentitas sebagai berandalan sekolah. Tapi ini menyangkut temannya, sahabatnya dan ia tak bisa tinggal diam. Alana hanya bisa berharap semoga ia bisa pulang dengan selamat setelah ini.

"Mengapa aku harus peduli?"  tanya Hansel dengan wajah remehnya sambil bersedekap angkuh. Diam-diam ia menyeringai melihat wajah panik Alana. Ia menelisik tubuh Alana dari atas sampai bawah. Hanya memakai piyama tipis dan kacamata bundar? Kelihatannya gadis bertubuh kecil ini sedang terburu-buru ke rumahnya.

"Kak..Elisa tidak pernah melakukan kesalahan apapun. Lepaskanlah ia" ujar Alana lagi. Sedetik kemudia ia menatap ngeri Hansel yang menyeringai padanya. Dan kata-kata yang akan keluar dari mulut Hansel berikutnya bukanlah sesuatu yang ia harapkan untuk di dengar.

"Kalau begitu serahkan tubuhmu padaku"

"A-apa.."

"Kau dengar yang kukatakan"

Alana terdiam dan mendadak merinding. Mengapa para berandalan sekolah ini suka sekali merendahkan?  Kalau ia yang di perlakukan seperti itu demi melindungi miliknya, maka Elisa tidak punya urusan atau kesalahan apapun untuk dapat di perlakukan seperti ini. Seharusnya mereka dapat berfikir bukan?

Jika Elisa yang di perlakukan seperti itu maka hilang sudah masa depan dan mahkota paling berharga seorang wanita baik-baik  seperti Elisa.

"Tolong jangan seperti itu kak" Alana menghirup udara singkat.

"Kalau kau menginginkan Elisa, maka tukar dengan tubuhmu itu atau kau boleh pergi dari sini." ujar Hansel tak peduli.

Alana kembali terdiam. Kedua tangannya yang sudah bergetar itu terkepal dengan erat. Apa ia harus seperti ini lagi? Apa ia akan benar-benar hancur seperti ini? Kamu udah hancur Alana sayang~

Sepasang netra cantiknya mulai berkaca-kaca, mau tak mau ia harus melakukannya. Elisa itu seorang gadis.. Tolong ingat diri Alana~

"Aku tak menunggu lama Alana. Berikan tubuhmu."

"Tapi lepaskan Elisa dulu."

"Tubuh siapa yang kau maksud?"

Deg..

Alana dan Hansel tersentak begitu mendengar sebuah suara yang berat dan dalam serta teramat dingin menyapa gendang telinga mereka. Di susul suara langkah kaki yang membuat keduanya langsung menoleh terkejut.

Itu... Alister. Dengan tatapan dingin, tajam dan menusuk seperti biasa. Melangkah mendekati mereka berdua, mendekati Alana lebih tepatnya.

"A-Alister.." Hansel seketika gugup begitu lelaki yang ia sebutkan telah berdiri selangkah didepan Alana.

"Mengapa kau kemari?" tanya Alister tanpa melepaskan pandangannya pada Hansel. Meski Alana sedang berada di belakangnya, Alana dan Hansel tau bahwa Alister sedang bertanya pada Alana. Ini kan rumah Hansel, jadi tidak mungkin ia bertanya pada lelaki itu bukan?

"A-aku...kesini...ingin menjemput...temanku" Jawab yang ditanya dengan takut-takut. Pria bertubuh jangkung didepannya itu selalu bisa membuat Alana mati ketakutan hanya dengan melihatnya saja.

HURTFULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang