Hari telah menunjukan pukul sembilan malam, Liam dan Vero juga telah kembali ke apartemen Vero. Oliv sendiri telah tertidur sehabis minum obatnya di kamar yang berada di dekat dapur. Alana? Ia sedang belajar di kamarnya dan menulis catatan yang selalu tertinggal olehnya.
Sedikit menghela nafas, Alana berharap bahwa nilainya tidak akan menurun semester ini. Ia takut beasiswanya di cabut. Sebenarnya Alana ingin pindah ke sekolah lain namun hanya sekolah ini yang dekat dengan rumahnya, Titan tak mengizinkannya jauh-jauh dari rumah.
Tok..tok..
Alana menghentikan kegiatannya saat mendengar suara pintu yang di ketuk. Ia mengerutkan keningnya mengira-ngira siapa yang datang. Apakah Roni? Atau Elisa?
Tak ingin terlalu lama berpikir gadis manis itu langsung keluar dari kamarnya menuju ruang tamu kecil yang mengantarkannya pada sebuah pintu. Dengan perlahan ia membuka pintu kayu berwarna coklat tersebut.
Deg..
"Si-siapa..?" tanya Alana takut-takut. Ia menatap dua orang lelaki berbadan besar yang sedang berdiri dihadapannya. Mendadak Alana meremas tangannya yang seketika berkeringat dingin.
"Alister menyuruhmu untuk mengikuti kami." Ujar salah satu dari pria tersebut
Deg..
Jantung Alana langsung berdetak kencang saat mendengar sebuah nama yang di ucapkan oleh salah satu lelaki itu. Ia menelan ludahnya dan nafasnya terasa memberat begitu saja. Rasa traumanya menjalar dengan cepat dan ini mengakibatkan kepalanya mulai sakit lagi.
"Ikut atau kami paksa." Ujar lelaki yang lainnya saat melihat gadis pendek itu hanya terdiam diri. Alana lantas tersentak dan langsung mengiyakan ucapan kedua lelaki itu.
"A-aku akan ikut. Sebentar..." Ia tak ingin membuat keributan hingga Oliv terbangun dan menyadari hal ini. Wanita itu juga bisa celaka nantinya, Alana langsung memasuki kamarnya untuk mengambil kunci seraya mengunci pintu kamarnya sebelum menegak beberapa pil untuk meredakan sakit kepalanya. Ia lalu keluar dari rumah dan mengunci pintu rumah. Ia, Oliv, dan Liam masing-masing memegang satu kunci.
Setelah itu ia mengikuti langkah kedua pria tersebut dan memasuki sebuah mobil sedan. Entah apa lagi yang akan terjadi padanya malam ini.
Di sepanjang perjalanan Alana hanya bisa diam dan menahan tangisnya. Bahkan ia di jemput pada malam hari seperti ini. Apa Alister benar-benar membenci ia dan Liam?
Hingga tak berapa lama kemudian mobil sedan yang membawanya sampai di sebuah parkiran. Alana tak berhenti terkejut. Begitu mereka keluar dari mobil, matanya menangkap tulisan yang tak asing didepannya. Exact Club? Apakah ini sebuah klub malam? Ya Tuhan..
"Ayo"
Ucap salah satu lelaki menyadarkan Alana. Dengan langkah dan hati yang berat, ia mengikuti kedua lelaki tersebut masuk kedalam klub malam itu. Semoga saja ia selamat setelah ini.
Dan mereka kini sudah memasuki klub malam. Alana tak suka dengan suasana seperti ini dan sekarang ia merasa sangat takut hanya sekedar untuk bernafas. Dengan musik yang keras dan bau alkohol dimana-mana.
Tak ada tanda-tanda bahwa Rea akan bergerak, jadilah kedua anak buah Alister menarik paksa tangannya. Satu genggaman lengan kirinya dan satu genggaman lengan kanannya.
Alana tidak bisa memberontak, ia hanya pasrah saat mereka membawanya menaiki sebuah tangga ke lantai dua. Langkah mereka berhenti di depan sebuah pintu yang bertuliskan VIP. Alana menelan ludahnya gugup. Wajahnya sudah memucat dan ia semakin takut.
Ceklek..
Pintu kemudian di buka oleh salah satu anak buah Alister, dan selanjutnya ia kembali ditarik memasuki ruangan VIP itu. Dan ternyata didalam ruangan berbeda dengan diluar tadi. Ruangan ini tampak mewah dan tenang meski lampunya sedikit temaram. Alana terkejut melihat siapa yang berada di depannya. Itu Alister yang sedang merangkul dua orang wanita berpakaian minim dan seksi masing-masih di kiri dan kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURTFUL
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] warning: -DON'T READ IF YOU ARE NOT STRONG ENOUGH! -Violence -Strong Words -Fullofsin Follow Instagram : @caacihh Wattpad : @caacihh Budayakan Follow Sebelum Membaca!