0.1

38 4 0
                                    

Sahabat yang gila jauh lebih menyenangkan daripada yang hanya terdiam mendengar keluh kesahmu.

•Perfect•

Di pagi yang cerah tampak seorang gadis yang sedang memasuki gerbang SMA kebanggaannya, apalagi kalau bukan SMA Bina Bangsa. Gadis itu menunjukan senyum terbaiknya sepanjang ia melewati koridor, dirinya juga menyapa siswa-siswi yang berlalu lalang.

"Pagii...! Pagii..! Haii pagii...! Semangat ya!" Seperti itu lah kegiatan setiap paginya. Baik yang dikenal maupun tidak, selalu ia sapa dengan ramah. Entah karena gadis ini memang terlalu ramah atau dirinya yang tidak ada kerjaan sepanjang jalan menuju kelasnya.

Hingga tiba-tiba langkahnya terhenti ketika ada seseorang yang berteriak memanggilnya. "TANIAAAA....!"

Gadis yang ternyata bernama Tania itu hanya mampu mendengus sebal sembari menggerutu, "Perasaan gue walaupun ceria gak sampai teriak-teriak kayak gitu deh!"

Tania kembali memasang wajah ceria seperti biasanya kemudian berbalik dan membalas teriakan sahabatnya itu. "NINAAA!!" Teriaknya sambil merentangkan tangan bersiap menyambut pelukan hangat seorang sahabat.

Alhasil kini mereka berdua berpelukan di tengah jalan bak teletubies, menghilangkan rasa malu. Tentu saja kini mereka menjadi pusat perhatian banyak orang. Ada yang memandang dengan tatapan iri seiring kekehan gelinya, namun ada pula yang menatap dengan sinis seolah-olah berkata, 'Alay banget sih lo, norak!'

Pelukan mereka terlepas dengan sendirinya diiringi tawa keduanya yang pecah, tidak tahu kenapa mereka tertawa, mungkin merasa lucu akan kelakukan yang barusan mereka lakukan. Kemudian saling merangkul satu sama lain, lalu berjalan menyusuri sepanjang koridor, menaiki anak tangga satu persatu hingga tiba lah mereka di lantai 2.

Sepanjang jalan menuju kelas keduanya bercerita banyak hal, dari yang penting maupun tidak penting. Bercerita hal lucu yang mereka lakukan di rumah.

Sampai tiba lah pembicaraan yang menurut Tania sangat horror. "Tan, lo udah ngerjain PR Biologi?" Tanya Nina santai tetapi ditanggapi tidak santai oleh Tania.

"NINAAA GUE LUPAA!!" Teriaknya spontan bercampur rasa panik. Tania segera berlari secepat kilat bagaikan vampire yang melesat. Sesampainya ia di kelas, Tania membongkar seluruh tas nya untuk mencari buku Biologi.

Dapat! Dirinya memutar tubuh menghadap samping, berniat meminjam tugas kepada Nina sebelum akhirnya ia tersadar. "Bego! Si Nina kan masih di jalan, gimana caranya gue nyalin tugas dia," ujarnya seraya menepuk dahinya.

Lalu Tania berlari keluar kembali untuk menyusul Nina. "Aduh, Nina lagian kalau jalan lelet banget sih," gerutunya kesal disepanjang koridor. Hingga tiba lah ia dihadapan Nina, menyambar tas nya begitu saja dan kembali berlari menuju kelas.

Nina berdecak kesal melihat kepergian sahabatnya. "Kampret! Jadi dia nyusulin gue cuma mau ambil tas, terus pergi gitu aja tanpa sepatah kata pun? Dasar gak tahu diri!" Cibirnya kesal sambil melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

••

Bel istirahat berbunyi dengan nyaring membuat semua murid berhamburan menuju kantin. Koridor menjadi sesak karena para siswa-siswi berjalan menuju kantin sejuta umat. Begitu pula dengan Tania dan Nina yang berjalan santai.

Setelah mereka sampai di kantin, untuk sesaat mereka mengedarkan pandangannya lalu sedetik kemudian saling menatap dan kemudian keduanya berlari menuju meja serta kursi kosong.

"Gue duluan!" Pekik Tania girang sedangkan Nina mendengus kesal karena lagi lagi dirinya kalah. "Udah sana pesan! Gue mie ayam dan minumnya es kelapa muda ya!" Perintah Tania sembari menyodorkan selembar uang lima puluh ribu. Dengan sedikit kesal Nina mengambil uang tersebut dan berlalu memesan makanan mereka.

My Perfect BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang