Jeno tidak tahu bahwa hari ini akan menjadi hari yang paling mendebarkan dalam hidupnya.
Huang Renjun, berdiri di hadapannya, surainya yang kecokelatan itu tersisir rapi. Kemejanya yang berwarna biru kelam menambah kesan manis dirinya.
Jeno tidak tahu bahwa seseorang bisa semanis ini. Tidak menyangka bahwa pesona Renjun dalam akun Instagram milik pemuda itu—yang beberapa minggu terakhir ini selalu ia intai—jauh berbeda dengan aslinya.
Sosok asli tentu saja jauh lebih menawan.
Jeno dapat merasakan keringatnya membasahi kening. Pemuda jangkung itu menggaruk tengkuknya gugup.
“A-apa kabar?” bukanya.
Renjun menunduk, memperhatikan jemarinya yang sedari tadi ia mainkan sendiri. Gugup, tidak bisa menatap wajah Jeno secara langsung.
“Aku baik,” ucapnya singkat.
Jeno membisu. Ia tidak mengerti. Seluruh hal yang ingin ia tanyakan, ingin ia ucapkan, terhambat pada ujung lidahnya. Jeno merasa kelu.
Ucapan Mark terngiang, berputar di dalam dirinya.
“Bukankah dia yang pada hari Valentine menaruh cokelat di lokermu? Aku pikir kalian berkencan!”
Jeno nyaris menepuk dahinya. Tentu saja tidak, Mark! Ia bahkan tidak tahu bahwa pelakunya adalah Renjun!
“Jeno?” Renjun mengerjapkan matanya. Ia gugup melihat ekspresi pemuda itu, terlihat frustasi.
Jeno menelan salivanya kasar, berharap suaranya tidak terdengar gemetar.
“Begini, Renjun ...,” Aku bisa, aku bisa. Ayolah Lee Jeno! “Boleh aku ... meminta nomor telfonmu?”
Pipi Renjun memanas, terkejut akan pernyataan sang pujaan hati.
Tetapi, ia lebih terkejut melihat pipi Jeno yang sama merahnya.
Mungkin, mungkin saja, Renjun boleh berharap?
“Tentu saja—”
“Dan bolehkah,” Jeno memotong perkataan Renjun, “apabila sesekali aku mengajakmu ... kencan—ah, bukan, bukan kencan, maksudku ... yah, begitulah,” ujar Jeno, tersandung kata-katanya sendiri. Ia bahkan tak percaya akan segusar ini di hadapan Huang Renjun. Jangan salahkan Jeno, pemuda itu tampak sangat manis.
Renjun kembali menunduk, tidak ingin menatap wajah Jeno yang memerah terlalu lama. Ia tidak ingin wajah itu berputar lama di benaknya hingga ia tak bisa tertidur pada malam hari.
Tetapi, Renjun mengangguk pelan, mengantarkan euforia yang sama pada keduanya.
Apakah ini awal yang baru?
***
End
AKHIRNYA.
Sebenarnya ini ada tiga buku. Tapi saya mau selesaikan LuRen jadi saya selesaikan sampai di sini saja hehe.
Terima kasih sudah membaca! Terima kasih sudah vote, apalagi komentar saya sangat senang.
Wah kaku banget udah lama ga nulis author note begini. Mood saya kabur kemana-mana jadi ga update padahal draftnya udah lama disimpan.
Sekali lagi, terima kasih!
With love,
Amugoftrouble
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Cinta Klasik
Fanfictionsequel dari Sepucuk Surat Yang Tak Pernah Dikirim Jaemin yakin bahwa ia telah mencapai happy ending-nya. [NoRenMin]