Dua

3 1 0
                                    

“Loh, ada Om Surya.” Celetuk Tami ketika ia masuk ke dalam rumahnya. Orang yang ia panggil Om Surya itu tersenyum lebar melihat Tami. Tami langsung menyalami Om Surya dan duduk di sofa.

“Kapan sampainya, Om? Kok, nggak ngasih kabar kalau pulang?” tanya Tami.

“Baru tadi pagi Om sampai, Mi.” Jawab Om Surya.

“Mas Arya ikut pulang Om?” tanya nya lagi. Om Surya menggeleng.

“Arya sibuk mengerjakan skripsinya, jadi nggak bisa pulang.” Jawab Om Surya. Tami hanya mengangguk. Sudah lama ia tidak melihat Arya, tetangganya.

Arya kuliah di luar kota. Orang tuanya juga pindah kesana tiga tahun belakangan. Tetapi ayah Arya, Om Surya mengatakan kalau mereka akan segera kembali lagi ke rumah lama mereka disini. Mungkin ketika Arya menyelesaikan skripsinya.

“Tami, lihat! Ini Arya.” Ujar Om Surya.

   Tami terkejut karena tidak sadar kalau Om Surya menghubungi Arya dengan video call. Tami hanya tersenyum canggung ke arah layar HP yang menampilkan wajah Arya. Tami tidak begitu lama melihat Arya karena Hp-nya berbunyi. Ia pergi menjauh untuk mengangkat telfonnya.

“Halo, By?”

“Kamu dimana, Mi? Acaranya bentar lagi mulai, lo.” Ujar Aby dari seberang telefon.

“Iya, bentar lagi aku berangkat dari rumah.” Jawab Tami.

“Oke. Hati-hati, ya. Eh, sekalian bawain tugas kemarin, ya.”

“Okay.”

Tami masuk kembali ke rumah dan meminta izin kepada ayahnya dan Om Surya untuk siap-siap pergi ke kampus. Om Surya tersenyum melihat Tami yang berlari kecil ke arah kamarnya.

“Sudah besar, ya, anakmu, Han.” Ujar Om Surya. “Padahal baru tiga tahun nggak kelihatan.”

“Yaa.. Anak zaman sekarang cepat besarnya. Rasanya baru kemarin aku gendong dia keliling komplek.”  Tutur ayah Tami.

Ayah Tami, Pak Nohan, adalah sahabat Om Surya. Mereka sudah berteman dari zaman mereka SMP. Meskipun sekarang Om Surya tinggal di luar kota, tapi kadang-kadang ketika Om Surya kembali ke rumahnya, Om Surya pasti akan ke rumah Tami. Namun, beru kali ini Tami bertemu dengan Om Surya lagi sejak Om Surya pindah. Karena ia sendiri sibuk dengan kuliahnya. Sehingga saat Om Surya berkunjung ke rumahnya ia sedang tidak ada di rumah.

Tami memarkirkan motornya di parkiran fakultasnya. Ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Jam 5.30. Ia terlambat. Segera ia berlari ke lapangan voli di belakang gedung fakultasnya.

   Hanya butuh beberapa menit untuk sampai disana. Ketika ia sampai, ia melihat semua orang sudah berkumpul, membentuk lingkaran di tengah lapangan. Matanya menyusuri sekitar lapangan. Ia melihat meja yang penuh dengan minuman kaleng, dan meja lainnya yang penuh dengan piring dan barang lainnya.

Tami segera mencari celah di antara teman-temannya untuk duduk. Ia melihat Aby dan Nuri, dan juga..Diga. Tanpa pikir panjang, Tami menghampiri mereka dan duduk di antara Aby dan Diga, lalu menyapa mereka.

“Hai, Kak, By. Sorry telat ya..” ucap Tami. Aby dan Nuri hanya mengangguk dan tersenyum. Tami menoleh ke arah Diga.

“Hai, Ga.” Sapa Tami.

“Hai.” Balas Diga. Ia langsung memalingkan wajahnya dari Tami. Diam-diam sudut bibirnya terangkat.

“Nah! Teman-teman. Sore ini kita mengadakan acara makrab kecil-kecilan. Agar kita saling mengenal dan akrab satu sama lain. Dan demi acara kita nantinya.” Suara ketua acara, Boby, menggema di tengah lapangan voli itu.

“Kita mulai saja perkenalannya, ya! Siapa yang mau memperkenalkan diri duluan?!” tanya Boby. Ia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.

“Saya, Kak!” Tami mengangkat tangannya.

“Oke! Kita mulai dari Tami. Langsung lanjut ke sebelah kanannya, ya!”

Tami berdiri dan mulai memperkenalkan dirinya. “Perkenalkan, nama saya Utami Cottina Nohan. Biasanya dipanggil Tami. Saya dari jurusan Seni Rupa Murni, semester 3. Untuk acara ini saya di tempatkan dibagian perencanaan tata letak pameran. Terima kasih.”

Tami kembali duduk. Dan menoleh ke arah Diga. Memberi kode kalau dia yang selanjutnya akan memperkenalkan diri. Namun Diga tak kunjung berdiri dan malah menatapnya. Tami hanya tersenyum dan masih memberi kode agar Diga berdiri.

“Haloo.. Teman yang duduk di samping Tami. Silahkan memperkenalkan diri.” Ujar Boby. Diga tak bergeming.

“Diga!” panggil Tami. Diga tersentak dan langsung mengalihkan pandangannya. Ia lalu berdiri dan memperkenalkan dirinya.

“Perkenalkan, nama saya Diga. Jurusan Fotografi dan Desain Mode, semester 5. Saya di bagian perencanaan tata letak pameran. Terima kasih.” Setelahnya Diga kembali duduk.

Perkenalan anggota pameran berlangsung lancar. Mereka melanjutkan ke acara selanjutnya. Dan acara inilah yang paling ditunggu oleh Tami dan Aby. Makan bersama. Tami berjalan cepat ke arah meja makanan dengan diikuti Aby. Tami hendak mengambil piring namun berbarengan dengan Diga. Ia menoleh.

“Eh, Kak Diga. Duluan aja.” Ujar Tami. Diga mengambil piring dan menyodorkannya ke Tami.

“Kamu aja duluan.” Ujarnya.     “Panggil Diga aja, nggak usah pakai ‘kak’.” Lanjutnya. Tami menerima piring di tangan Diga dan mengangguk.

“Oke.”

Tami berbalik untuk mengambil nasi dan lauk bersama Aby. Aby menyenggol lengan Tami sambil tersenyum aneh.

“Mi, kayaknya Diga tertarik sama kamu, deh.” Tuturnya.

“Apaan, sih, By. Nggak lah.” Sanggah Tami. Ia masih sibuk mengambil lauk dan meletakkannya di piringnya.

“Masa, sih? Tapi kelihatannya dia tertarik, gitu.”

“Aby, jangan buat gossip, deh.” Ujar Tami. Aby hanya melengos dan mengikuti Tami yang berjalan menjauh darinya.

Tami dan Aby mnghampiri Nuri yang duduk bersama Boby dan Diga, juga beberapa orang lagi dari kampus yang sama dengan Diga. Tami dan Aby segera bergabung dengan mereka, sambil makan bersama mereka.

“Tami, Aby, ini Elma dan Via. Mereka dari kampus yang sama dengan Diga.” Ujar Nuri memperkenalkan dua orang yang bergabung lebih dulu disana. Tami dan Aby bergantian berjabat tangan denga Elma dan Via.

“Kami satu jurusan dengan Kak Diga.” Ujar Elma. Tami dan Aby mengangguk. Mereka lanjut makan dan berbincang seputar kegiatan yang akan mereka lakukan sambil sesekali bercanda.

Diga dengan cepat menghabiskan makanannya dan pergi meletakkan piringnya di meja. Lalu ia mengambil minuman kaleng. Namun, ia terdiam ketika sampai di meja minuman. Ia mengambil satu minuman, dan masih berdiri disana. Menimbang untuk mengambil satu minuman lagi yang akan ia berikan pada salah satu orang di tempatnya duduk tadi, atau tidak.

   Belum sampai Diga memutuskan, ia dikejutkan dengan tangan yang terulur di sampingnya. Sedikit menyentuh lengannya. Sontak ia menoleh dan  mendapati seorang gadis yang tadi duduk disampingnya tengah mengambil minuman yang ada di dekatnya. Tami.

“Nggak balik kesana, Ga?” tanya Tami.

“Iya, balik kok.” Jawab Diga.

“Yuk!”

   Tami berbalik dan berjalan ke arah teman-temannya tadi. Diga mengikutinya dari belakang. Berjalan cukup pelan, mengimbangi kecepatan berjalan Tami. Menatap punggung kecil Tami yang hanya berjarak 2 meter darinya. Entah kenapa ia tidak bisa berhenti menatapnya sedari tadi. Sudut matanya terus mengarah ke arah gadis itu. Senyumnya yang manis, tanpa sadar membuatnya ikut tersenyum.

Ini adalah hari pertamanya bertemu dengan Tami. Bagaimana mungkin ia bisa menjadi seperti ini dalam hitungan jam?

Bikin penasaran nggak sih?
Sorry kalo ngawur ya, hehe..Jangan lupa comment dan vote yaa..
Thank you ❤❤

Take YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang