'Maaf, Mas. Minggu depan ada acara di kampus.’
Arya terdiam melihat balasan dari Tami. Ia tidak bisa memaksa Tami untuk datang. Baru hari ini ia menghubungi Tami setelah 7 tahun. Bukankah sulit jika ia langsung meminta gadis itu untuk pergi keluar kota dan melihatnya sidang.
Pagi ini Arya sampai di rumahnya. Ia merindukan rumah yang telah dihuninya sejak kecil itu. Ia menghabiskan masa kecilnya disana. Sejak sebelum Tami pindah ke sebelah rumahnya dan menjadi tetangganya.
Arya berniat berkunjung ke rumah Tami setelah menghubunginya. Ia tidak menyangka gadis itu akan membalas pesannya dengan cepat. Namun, saati ia sudah hampir sampai di depan rumah Tami, ia melihat gadis itu keluar dengan motornya dan langsung pergi. Tanpa tahu kalau Arya sudah berdiri di dekat pagar rumahnya.
Arya tidak mendapati pesan balasan dari Tami saat itu juga. Ia kemudian berbalik pulang ke rumahnya. Memutuskan untuk menunggu hingga Tami membalas pesannya. Dan menunggu hingga gadis itu sampai di rumah.
“Arya..”
Arya langsung bangkit dari kasurnya ketika ayahnya masuk ke kamarnya.
“Iya, Pa?”
“Nanti setelah sidang kamu mau langsung pulang kerumah atau mau disana beberapa hari dulu?” tanya Surya.
“Kayaknya langsung pulang, Pa.” Jawab Arya.
“Sudah ke rumah Om Nohan?” tanya Surya lagi.
Arya menggeleng.
“Besok aja Arya ke sana, Pa. Mau istirahat dulu di rumah.” Jawab Arya.
“Ya sudah.”
Surya melangkah keluar dari kamar anaknya.
Arya kembali membaringkan tubuhnya ke atas kasur. Teringat balasan pesan dari Tami. Teringat bagaimana rupa gadis yang sudah 7 tahun tidak dijumpainya itu. Tadi ia hanya melihatnya sekilas.Ia tertawa kecil ketika melihat tubuh Tami yang masih saja mungil. Namun, tetap saja gadis itu tumbuh selayaknya gadis-gadis seumurannya.
Arya meraih HP-nya dan membuka foto profil Tami. Gadis itu tidak memperlihatkan wajahnya dalam foto itu. Hanya punggung dan sedikit pipinya yang terlihat. Hanya sedikit yang terlihat, namun tidak dapat menyembunyikan betapa cerahnya kulit gadis itu.
Hanya sejenak Arya tersenyum menatap foto Tami. Karena detik berikutnya ia menghela nafas. Keraguan berkelebat dalam kepalanya.
“Semoga tidak sia-sia..” gumamnya sebelum akhirnya ia terlelap.
***
Tami memasukkan kertas-kertas yang bersisi konsep tata letak pameran yang baru saja selesai ia kerjakan. Besok ia harus bertemu dengan Boby dan Nuri, juga Diga dan Edo. Ia berharap konsep kali ini akan mencapai final, jadi selanutnya ia hanya harus memperhalusnya bersama Diga.
Hp Tami bergetar. Ada pesan masuk, dan ternyata itu dari Nuri. Nuri mengirimkan lokasi untuk pertemuan besok. Mereka harus bertemu di luar kampus karena besok hari Minggu.
Tami membaringkan tubuhnya di atas kasur dan melihat pesan yang ia kirim ke Arya tadi sore. Tidak dibalas. Ia tidak terlalu memikirkannya dan langsung tidur.
Esoknya, Tami bangun dan turun untuk sarapan. Ia melihat Deon sudah duduk di meja makan dengan ayahnya. Ia langsung duduk di samping Deon dan minum air putih.
“Ada rencana keluar nggak, dek?” tanya Deon.
“Nanti jam 10 mau ketemu anak sanggar Mas. Kenapa?”
“Nanti sore temenin Mas ke mall, ya.” Jawab Deon.
Tami mengangguk. Ia tidak bertanya lagi. Ia justru senang karena kakaknya itu mengajaknya ke mall. Sudah lama ia tidak pergi jalan-jalan.
“Tapi nanti beliin baju, ya, Mas.” Pinta Tami sambil cengengesan.
“Iya, iya..” jawab Deon pasrah. Ia tidak pernah bisa menolak permintaan adik semata wayangnya ini.
Tepat setelah mereka selesai sarapan, pintu rumah Tami di ketuk oleh seseorang. Deon bangkit dan pergi ke depan untuk membuka pintu.
“Cari siapa, ya?” tanya Deon begitu melihat orang yang berdiri di depan pintu rumahnya.
“Nggak ingat gue Bang?”
Deon mengernyitkan dahinya. Memperhatikan orang yang berdiri di depannya. Dari atas sampai bawah, lalu ke atas lagi. Ia seperti kenal dengan orang ini. Ketika orang itu tersenyum, barulah Deon ingat.
“Arya!” deon langsung menyambar tangan Arya dan menjabatnya.
“Kapan lo pulang? Masuk sini.”
Arya menurut dan masuk ke dalam rumah. Ia duduk di sofa sementara Deon memanggil ayahnya dan Tami. Tami mengikuti ayahnya dan melihat siapa yang datang ke rumahnya.
“Loh, Arya. Kapan pulangnya?” tanya ayah Tami.
Tami terhenyak. Arya? Tami bergeser dan melihat apa benar yang datang adalah Arya. Ia melihat Arya duduk di sofa rumahnya. Tami tidak tahu kalau Arya ada di rumah. Ia mengira kalau Arya masih di luar kota.
Arya tersenyum pada Tami dan membuat gadis itu terlihat sedikit canggung. Tami tidak ikut duduk dan hanya berdiri di samping ayahnya. Ia ingin duduk, ingin ngobrol dengan Arya. Tapi ia harus siap-siap untuk pergi bertemu teman-temannya.
“Ayah, Mas, adek naik dulu ya..” izin Tami. Ia segera naik tangga dan menuju kamarnya.
Senyum Arya memudar kala Tami meninggalkan ruang tamu. Tami bahkan tidak menyapanya. Hanya menatapnya canggung. Gadis itu tampak buru-buru. Arya melanjutkan pembicaran dengan ayah Tami dan Deon ketika Tami sudah tidak tampak lagi.
Arya berpikir, pasti memang canggung karena mereka sudah 7 tahun tidak bertemu dan berhubungan. Ia memakluminya.
Hanya butuh waktu sebentar bagi Arya untuk bisa melihat Tami lagi.Gadis itu turun dari kamarnya dengan pakaian lengkap. Tote bag tersandang di bahu kecilnya. Wajahnya tampak semakin segar dengan polesan make up tipis dan seadanya. Bibir mungilnya dipoles dengan lipstick pink muda dan rambutnya ia gulung agak messy.
Arya terhenyak melihat Tami. Ia tidak menyangka akan melihat Tami yang seperti ini sekarang. Gadis kecil yang dikenalnya sudah benar-benar tumbuh.
“Berangkat dulu ya Yah, Mas..” pamit Tami.
Ia menyalami ayah dan kakaknya. Kemudian ia menoleh ke arah Arya dan menunduk sedikit. Dan menunjukkan senyumnya untuk Arya.
Arya sedikit kecewa karena Tami tidak mengatakan sepatah kata pun padanya. Ia hanya membalas senyum Tami dan melihat Tami keluar dari rumah.
Jangan lupa tinggalin jejak yaa guys, luv u ❤..
KAMU SEDANG MEMBACA
Take You
ChickLitTami hanya seorang gadis biasa yang menjalani hari-harinya dengan tenang. Hingga hadir sosok yang mengusiknya, dan harus membuatnya menentukan pilihan tersulit dalam hidupnya. "-..aku ingin kembali ke masa dimana aku tidak harus memilih diantara mer...