Part 3

24 9 0
                                    

"Gua gak mau lu terluka Nin, Gua takut kehilangan elu" Naufal dalam hati.

"Tuhan Terimakasih untuk sahabat yang telah kau berikan" Anin dalam hati.

,,,,....,,,,

Suara gemuruh yang tak kunjung hilang bersama setiap tetes dari langit membuat 2 remaja itu harus menunggu dalam diam di sebuah gubuk dengan kehangatan yang mendominasi.

Naufal memfokuskan mata nya ke luar jendela, memperhatikan tetes demi tetes air jernih namun terasa memilukan, sesekali ia mengalihkan pandangan nya pada gadis polos dengan cantik yang di atas rata rata baginya, senyum manis yang mendominasi untuk selalu mengingat nya, ntah lah hanya saja Naufal merasa begitu menyayanginya.

Lain hal nya dengan pria tinggi di sebrang sana, jika Naufal saat ini sedang mengagumi sang gadis pujaannya, maka berbeda dengan Pria satu ini yang justru tidak henti hentinya mengutuk kebodohannya sendiri.
Pria yang tadi di tabrak oleh Anin, dia Raka Pradigta pria tinggi yang pandai bermain gitar memainkan melodi yang indah serta ngerangkum semua kenyamanan

Raka Pov
Aku berjalan mondar mandir dari sudut ke sudut di kamar ku, membanting kasar tubuh ku ke atas kasur dengan mulut yang terus mengutuk, menggerutu karna kebodohan ku sendiri.

"Argh! Bodoh sekali kau ini Ka, bagaimana kau bisa lupa menanyakan namanya tadi" gerutuku pada pantulan diriku di dalam cermin.

Aku terus menerus mengeluh dengan otak yang bisa melupakan hal yang sangat penting, ntah lah aku frustasi bagaimana dan dimana aku bisa menemukan gadis itu kembali.

,,,,,.......,,,,,

Hujan mulai berhenti, kini suara gemuruh tidak terdengar lagi, menyisakan dedaunan, bunga dan pohon yang basah karna nya, di terpa angin malam yang cukup menyesakkan dada.

Aku dan Naufal terus berjalan menyusuri jalan yang di penuhin genangan.

"Fal!" panggilku pada sahabat ku yang sedari tadi fokus tanpa suara.

"Kenapa Nin?" balasnya seketika.

"Gpp, tapi gua capek gendong ya" ucap ku melepas genggaman nya, dan menunjukan beberapa baris gigi ku.

"Hah! Lu kan berat Nin!" ejek nya pada ku.

"Yaudah lah!" aku langsung berjongkok tidak mau berdiri dengan Naufal yang terus menarik tangan ku.

"Yaudah oke oke gua gendong" pertahanan nya langsung rapuh jika aku sudah mengeluarkan jurus andalan.

"Asikkk makasih temen gua paling best" ucap ku bahagia dengan suara yang memenuhi sekitar.

Sangat nyaman bahu yang sekarang sedang aku pakai untuk bersandar begitu hangat, rasanya aku bisa terlelap dengan sekejap di bahunya.

"Fal!" suara ku kembali memecah keheningan.

"Kenapa lagi Nin?" jawabnya lumayan cepat.

"Beruntung banget ya Fal cewek yang bakal dampingin lu nantinya" goda ku pada Naufal.

"Lu ngomong apaan si Nin!" sanggah nya cepat.

"Iya bahu lu nyaman banget Fal rasanya sama kayak bahu alm Ayah, gua rasa gua bisa langsung tidur disini, aah oiya Ayah, Anin rindu" ucap ku yang langsung menumpuk kepalaku pada pundaknya.

"Udah ah gak jelas lu mah" tegas Naufal

"Ayah liat lah Naufal malu saat ini karna ia ku bilang sama seperti mu hahhaha!" ejek ku pada Naufal.

"Apaan udah diem! Lagian om pasti tau gua yang terbaik" kata Naufal dengan percaya diri.

"Iya iya, tapi Fal mau McD sama escream dong" pintaku dengan sedikit manja.

Garis JINGGA tanpa SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang